DEAR HANA : HANA

90 6 0
                                    

'Hei! siapakah kamu yang kini datang dan memasuki kehidupanku, apakah kau akan menyelamakanku atau kau malah akan bekerja sama dengan semesta untuk menyakitiku?'

-Hana A M-

***

Hana sampai di pintu kaca berwarna gelap, di atasnya tergantung papan kecil dengan tulisan 'KEPALA SEKOLAH'. Ia mendorong pintu itu pelan pelan. Hawa sejuk dari ruang berAc itu ia rasakan. 

Gadis itu tetap terdiam mematung di depan pintu, ada sorang pria berkemeja biru dengan rambut yang masih hitam dan kulitnya yang agak keriput, pria berumur 40 tahun itu masih terlihat segar.

"Hana, ayo masuk!" Seru pria itu menyadarkan Hana dari lamunannya. Gadis itu melangkah, mendekati meja pria itu lalu duduk di sofa yang telah di sediakan.

"Ada apa pak?" Ucap Hana to the point.

"Ayolah, aku ini pamanmu Hana tak perlu sungkan!" Ucap pria itu, Andra. Yang juga menjadi paman Hana. Gadis itu menghela nafas

"Baiklah, paman." Andra tersenyum lembut, lalu menyajikan teh kepada Hana. Gadis itu tersenyum kepada pamannya sebagai tanda terimakasih.

"Hana, dengarkan paman." Ucapan Andra berhasil membuat seluruh perhatian Hana beralih kepadanya, mereka berdua memiliki mata yang  hampir sama itu saling bertatapan. Sorot mata teduh dari Andra membuat siapapun menjadi tenang. Namun tetap tidak akan berpengaruh pada gadis yang bahkan lukanya tak bisa di deskripsikan.

"Paman tau, prestasimu di sekolah ini sangatlah bagus, bahkan melebihi Adnan, kakakmu." Sedetik kemudian Andra merasa menyesal perkataannya karna melihat sorot mata Hana yang mulai meredup. Namun Hana langsung menatapnya dan tersenyum

"Lanjutkan."

Andra menghela nafas, lalu melanjutkan perkataanya

"Paman ingin kamu mengikuti olimpiade Sains yang sebentar lagi dilaksanakan. Paman tahu, kamu akan menolak, namun pikirkan jika kamu bisa membuktika kepada dia, bahwa kau mampu menjadi anak perempuan yang hebat Hana." Ucap Andra dengan suara yang lembut, entah tuhan menguji keponakannya dengan cara yang dinamakan apa, karna Andra tau, gadis manis di hadapannya ini sedang berjuang untuk bertahan.

Hana tersenyum kepada pamannya itu, lalu melanjutkan ucapan.

"Biar aku pertimbangkan paman, terimakasih." Katanya tulus dengan senyum yang tulus pula, lalu pergi dari ruang kepala sekolah itu.

Andra menatap punggung anak perempuan berusia 16 tahun itu, punggung yang kokoh namun juga rapuh.

'Paman hanya bisa berharap yang terbaik untukmu Hana.' Batin Andra.

Sementara itu Hana sedang berjalan melewati koridor, dan menulikan telinga dari semua yang ada di sekitarnya, menatap kosong ke depan. Entah beruntung atau apa, namun orang yang mengganggunya kini tidak ada.

Gadis itu merasa lega sejenak, namun ada satu hal yang membuatnya berhenti berjalan.

Ia melihat empat orang laki laki sedang tertawa, dan yang menjadi perhatiannya adalah seorang laki laki dengan paras yang tampan, tinggi berkulit putih dan hidung yang mancung. Laki laki itu bernama Adnan, kakaknya. Untuk sejenak laki lai itu menyadari keberadaan Hana, Hana membuka mulutnya ingin menyapa, namun keempat laki laki itu melewatinya, Hana tersenyum kecut lalu kembali berjalan.

Kak, aku tau kakak membenciku, namun bisakah kakak  tersenyum padaku, aku menyangi kakak, meski aku tau kakak tak menyayangiku.

Akhirnya Hana hanya bisa berjalan lurus tanpa bicara sepatah katapun.

***

Sampai di kelas, gadis itu duduk seperti biasa. Di belakang dan menatap jendela.

Tangannya menopang dagu, memperhatikan daun kering yang jatuh tidak terhitung, lalu mengeluarkan catatan kecil dan pulpennya.

Teruntuk daun gugur yang terbawa angin, kemanakah kau terjatuh di tempat terakhir, kemanakah suara gemerisik ranting, ketika angin tak lagi bertiup menerbangkan daun kering.

Hai daun daun kering, biar kuberi tahu, sebera kuatpun dirimu untuk bertahan pada ranting, kau akan tetap kalah oleh angin. Namun bolehkah aku iri kepadamu? Karna kau bertahan meski tau kau akan kalah, lalu terbuang setelahnya.

Hana menutup buku catatan berwarna abu abu miliknya.

Karna ia tau, dirinya sama seperti daun kering yang tetap berjuang meski tau ia akan terbuang.

Jika boleh jujur, Hana menyukai musim hujan, karna di musim itu ia bisa menangis keras tanpa terdengar, berteriak tanpa di pedulikan. Namun siapa yang peduli musim apa yang di sukai gadis itu, karna bahkan tidak ada yang menganggap gadis itu ada, selain pamannya dan sepupunya.

Hana mengadah menatap langit yang mulai kelabu, baru saja tadi di beri tahu apa musim kesukaannya dan sekarang musim itu mulai datang, untuk pertama kalinya di hari ini, Hana tersenyum dengan tulis ketika hujan mengguyur sampai ke tanah.

Tak lama guru masuk, memberikan isyarat bahwa kini pelajaran akan di mulai. Hari itu hanya ada sedikit sekali kisah yang dapat di beri tahukan kepada rembulan.

Tapi setidaknya, hujan kini datang, berharap saja hujannya dapat terhenti saat malam agar ia dapat bercerita pada rembulan.

*

Waktu terus berjalan kini ia harus pulang,  ke tempat yang tak pernah ia inginkan, sebuah neraka yang disebut rumah.

"Assalamualaikum." Salamnya setelah membuka pintu, rumah itu sepi, hanya ada suara miliknya saja, Hana menghembuskan nafas, lalu pergi ketangga saat itulah badannya bertubrukan dengan Adnan, ia terjatuh dan terduduk di lantai. Saat ia mendongak ke atas yang ia lihat hanya tatapan benci dari kakaknya, Hana langsung memalingkan wajahnya, ia terlalu takut untuk melihat tatapan itu.

"Kenapa lo masih hidup sih." Ucap Adnan sambil berjalan menjauh, Hana hanya bisa menunduk lalu tersenyum miris, berdiri dan pergi ke kamarnya, menutup pintunya lalu menguncinya.

Lututnya merasa lemas ia merosot terduduk ke lantai, memeluk kakinya lalu berusaha untuk tak menangis mengeluarkan suara. Tuhan menyayanginya ia membiarkan hujan turun begitu deras diiringi dengan guntur agar meredam suara. Di saat itulah Hana menangis, menjerit dan memukul mukul dadanya agar sesaknya berkurang.

Ia menjerit, dan menangis meraung raung tanpa satu orang pun menyadari, bahkan seragamnya telah basah oleh air mata.

***

Halohaaa

Nah jadi aku tuh mau minta maaf, cerita ini di anggurin, dan maaf kalau feelnya gk kerasa :(

See you yaaa

Dear HanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang