Kumohon, kau boleh saja memukulku, tapi jangan katakan bahwa aku tak pernah ada harganya bagimu
-Hana A M-
***
Langit begitu kelam, bulan bahkan tak datang hanya untuk sekadar bertemu pandang, yang kini Hana dengar hanya suara hujan, ia tidak mendengar ada nyanyian burung bagi purnama, yang ia dengar hanya ranting yang menampar kaca jendela. Iya, ia hanya mendengar, matanya sembab, dadanya sesak, seragamnya masih melekat, dan ia yang kini berbaring pada lantai yang dingin
"Bunda..." lirihnya, air mata kembali jatuh, ia menghirup udara sebanyak-banyaknya, berharap udara itu bisa mengurangi sesak pada dirinya, nyatanya itu sia-sia, kini ia malah semakin terisak, ia ingin bangkit, namun seluruh badannya sakit.
Sebelum ia bisa bangun, pintu kamarnya di buka paksa, menampilkan siluet pria yang berjalan dengan tak seimbang, ditangan kanannya terdapat sabuk, sedangkan di tangan kiri pria itu memegang botol kaca, yang Hana yakini adalah minuman keras
"A-Ayah..." ucap Hana dengan badan yang bergetar menahan takut, ia tau apa yang akan terjadi selanjutnya, ia tau. Pria itu mendekat, tubuhnya oleng ke kiri dan ke kanan, bahkan hampir terjatuh.
PRANG!
Pria itu melempar botol kaca yang berisi cairan bening, hingga menjadi serpihan kaca, tubuh mungil gadis itu semakin bergetar, jendela telah terbuka, membuat kamarnya semakin dingin
"Heh anak setan, berdiri lo!" Gadis itu ketakutan, sungguh, ia hanya menunduk, namun itu membuat pria yang ia panggil ayah menjadi marah. Pria itu menarik paksa rambutnya, seakan itu hanya benang-benang dari kepala boneka yang tak berguna, seakan gadis yang kini ia tarik rambutnya bukanlah seorang manusia. Hana mengikuti apa kata ayahnya, ia berdiri.
"Heh anak setan! Lo tau? Gua kesal sekarang, gua kalah judi! hahahah," pria itu tertawa keras, bau minuman keras menguar dari mulutnya, Hana bisa menciumnya, ia tau minuman itulah yang membuat ayahnya tak sadar
"Ayah..."panggilnya lirih
"JANGAN PANGGIL GUE DENGANSEBUTAN ITU! GUE BUKAN BAPA LO!" Pria itu semakin mencengkram rambut Hana, gadis itu meringis, matanya berkaca-kaca
"AARRRGGHHH! SIALAN, MATA LO, GUE BENCI MATA LO. LO SELALU NGINGETIN GUE DENGAN DIA YANG UDAH NINGGALIN GUE, DAN ITU SEMUA KARNA LO! ANAK SETAN!" Pria itu mencengkram lalu menghempaskan Hana hingga tubuhnya membentur lantai
"Bangun." Nadanya begitu dingin dan menusuk, Hana takut, ia takut mengadah melihat mata ayahnya yang penuh kebencian, ia takut untuk tetap duduk karna ayahnya akan lebih marah, tapi ia juga takut untuk berdiri
"Bangun." Katanya lagi, Hana bersusah payah untuk bangun, pria itu menarik tangan Hana agar ia bisa bangun, Hana kini berdiri sejajar dengan ayahnya
"Liat mata gua!"
Hana menggeleng, ia menunduk, mencengkram roknya, ia tak berani menatap, tatapannya itu membuatnya takut, tidak ia bukan takut akan disakiti, ia takut akan mata yang memberinya sorot kebencian, ia takut. Pria itu memegang dagu Hana, lantas membuat Hana melihat matanya, gadis itu semakin gemetar, mata yang begitu gelap, kelam, dan berkabut
Ctass
Satu cambukan sabuk mengenai tangan Hana, gadis itu hanya diam, sambil menggigit bibir bagian bawahnya
Ctass
Cambukan ke dua ia dapat di kakinya, roknya sobek, bahkan kulitnya pun tergores
"Anak nakal harus dihukum, ulurkan tanganmu!" Hana dengan pasrah mengulurkan tangannya
![](https://img.wattpad.com/cover/177870404-288-k367196.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Hana
Teen FictionIni bukan cerita yang berakhir seperti Cinderella, ini juga bukan cerita berlatar kerajaan seperti Alladin. Mudah saja, ini hanya kisah tentang gadis dengan seribu luka, gadis kuat bernama Hana. * * * "Aku akan meli...