Karna yang memilih tuk membunuh harapan, aku.
Karna yang memilih menjauh, itu aku.
Karna yang memilih bertingkah kekanakan, juga aku.
Bahkan, aku memilih tuk mengabaikan
Bertingkah seperti bitchy hanya tuk mengalihkan.
Ini pilihanku, tapi kenapa aku sakit karna pilihanku tuan?Tuan, sungguh resahku kau yang sebabkan.
Aku membenci, bukan tuan juga bukan aku.
Aku membenci saat sisi dramaku keluar ketika tuan bersamanya.
Seolah tuan melupakanku.
Ahh melupakan?
Bagaimana bisa melupakan jika pernah mengingat saja tidak? Benarkan tuan?Sungguh sajakku hanya berputar tentang tuan.
Tentang kerinduan akan "kita" yang waktunya bahkan tak sampai sekejap mata.
Sungguh aku berdusta ketika ku katakan akan fokus pada prioritasku,
Nyatanya, tuan tetap menjadi fokusku.
Sungguh tuan, aku bukan melankolis apalagi masokis.
Sungguh tuan, ini menyebalkan.Bahkan secangkir coklat hangat kesukaanku tak mampu membuat ku merasa lebih baik.
Sedang hujan dengan kurang ajarnya datang memperparah senduku.
Butiran airmata tak urung mengalir dengan derasnya.
Sungguh ini menyebalkan tuan!Tidak, tidak, aku tidak menyesal akan keputusanku tuan.
Aku hanya menyesalkan diri yang masih peduli.
Aku hanya kesal pada diri yang tak mampu membinasakan harapan dengan sempurna.
Aku hanya malu pada diri, yang dengan tak tau malunya masih mengandaikan tuan yang pernah dengan sengaja ku jauhi.
Bahkan mungkin ku kecewakan atau bahkan ku sakiti.Ahh aku terlalu memandang tinggi diri ku, tak mungkin aku bisa menyakiti tuan.
Sedang, tuan saja hanya menganggap ku angin lalu.
Tuan, aku membenci diri yang sangat drama menginginkan tuan tau. Bahwa nona ini, juga tersakiti.