(11:27) 22-08
Mata gadis itu terpaku melihat langit biru yang memukau penglihatannya. Dia suka musim panas di kota New York meskipun dia masih lebih suka dengan musim gugur. Tapi lagi-lagi dia berwajah datar karena ada pesawat yang menghalangi pemandangan di depannya. Sebuah panggilan dari ponselnya sedikit menghilangkan mode datarius platipus yang sedang dia nyalakan. Tanpa nama dan cuma ada emoji bunga matahari yang terlihat. Dan ternyata itu videocall."Kenapa manusia dari masa depan?" Tanyanya asal dan yang diseberang sana dengan wajah siap - siap mengumpat. Tapi gadis berambut hitam ini terkekeh lebih dahulu.
"Kau kapan berangkat wahai orang yang terjebak masa lalu?" sekarang giliran gadis ini kembali dengan wajah datarnya.
"Aku sedang menikmati pemandangan tapi pesawat selalu berterbangan menghalangi." Racaunya yang sebenarnya kebosanan.
"Aku tidak tanya itu dan KAU SEDANG DIBANDARA YA PASTI PESAWAT SELALU LEWAT!!" Suara tawa dari si gadis dan suara tawa dari teman temannya di seberang terutama Jennie yang sudah berpelukan dengan Lisa karena tertawa terbahak - bahak. Rose cuma memasang wajah datar.
"Maaf, hahaha. Aku akan berangkat sebentar lagi, ah, aku harus antri. Sampai ketemu di Korea."
"Hati-hati dan ada kabar gembira, mantanmu mencarimuu~~". Nana tidak banyak komen, dia langsung mematikan ponselnya. Dia menggeret koper besarnya dan case cello warna merah di punggungnya. Seharusnya dia membiarkan Ayahnya mengirimkan asisten tapi dia tidak ingin memiliki momen canggung selama 14 jam lebih perjanan meskipun dia menggunakan firstclass.
Ini kepulangan terberat sepanjang hidupnya. Dia bukan lagi pulang ke Cina seperti biasa tapi ke Korea. Dia bukannya benci tempat itu tapi disana dia akan reuni akbar dengan beberapa teman lamanya termasuk mantannya. Dia menghempaskan pantatnya ke kursi empuk itu setelah menaruh barang barangnya. Nana sudah membayangkan mulut tidak tersaring teman-temannya yang akan membuatnya malu setengah mati nanti. Sial, membayangkan saja rasanya ingin menampar wajah mereka satu persatu. Kata orang kita bukan sahabat kalau belum mengumpat satu sama lain. Tapi untuk mereka mengumpat adalah makanan sehari-hari.
***
(06:52) 23-08-2018
Tendangan sudah mendarat di pinggang pemuda jangkung itu dan berhasil membuat dia tersungkur di lantai. Dia bangun dengan wajah datar."Aku tidak pernah ada harga dirinya kalau didekatmu" katanya sambil mengumpat.
"Kau menyuruhku membangunkanmu kau ingat? Om om kaya raya itu akan datang siang ini, siapkan dirimu aku akan buat sarapan." Seokjin tau kalau Namjoon itu pemilih dalam makanan dan masakannya adalah salah satu pilihan Namjoon. Namjoon yang masih mengumpulkan energi kehidupan berjalan lemah ke kamar mandi. Tidak lama dia mendengar teriakan khas Hoseok menggelegar. Apartemen mewahnya akan ribut pagi ini.
Di dapur Hoseok mengunyah apel dengan sangat serius sambil memandangi Seokjin yang fokus memasak. Seokjin melirik sedikit dan kembali melihat masakannya.
"Ku kira Crazy Rich China itu cuma Jack Ma ternyata dia juga salah satunya. Istrinya pernah tinggal di Korea dan salah satu anaknya juga aktris. Lumayan juga" sebuah gigitan besar diberikan Hoseok pada buah tidak berdosa itu.
"Ku kira kau polos ternyata kau juga bodoh. Makan makanan sehat akan membuatmu lebih baik." Iya Seokjin itu sosok ibu yang baik sayangnya dia berbatang. Kalau tidak Hoseok akan meminangnya atau bahkan Namjoon. Sarapan pagi ini ada salad, daging asap, telur mata sapi dan juga kentang panggang yang wanginya kesana kemari. Hoseok sebenarnya merindukan dakjuk (bubur) tapi pisau di dekat Seokjin terlihat mengkilat jadi dia tidak berani mengeluh. Namjoon keluar kamar dengan lengan kemeja yang sedikit tergulung. Dahinya mengkerut dan Seokjin menangkap itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Dream
Fiksi PenggemarSemua dari kita adalah pengejar mimpi. Iya kita karena bukan hanya kami. Tapi aku lupa terkadang manusia itu egois.