4. iman

85 27 7
                                    

Seharusnya kita tidak pernah merasa iri. Sejak kita tahu Tuhan itu maha
adil.

🌸🥀🌸

_____°°°*°°°_____

***

AUTHOR POV

"Ayah apa tuhan itu adil? Dimana letak keadilannya saat dia mengambil mu dan ibu? Sampai saat ini aku bahkan tidak tau seperti apa wajah ayah..? peluk kasih sayang mu seperti apa ibu? Saat itu masih terlalu kecil aku untuk bisa mengingat kalian.. seperti apa kalian dulu, aku sama sekali tidak tahu" keluh pilu Shilla tak dapat menahan air matanya jatuh. Menangis saat dia melihat dua pemakaman orang tuanya. Ia berharap segera bangun dari mimpi buruk ini.. bukan mimpi buruk lagi, tapi kenyataan yang berlawanan dari ego kecilnya. Hatinya belum mengikhlaskan kepergian mereka. Dia sangat berharap suatu hari nanti dia akan kembali dan tak akan pergi dari nya lagi untuk selamanya. Mustahil! Itulah kenyataan, harapan itu takkan pernah terjadi. Bahkan orang orang pun tau itu sangat tidak mungkin terjadi.

"Ayah.. ibu... Shilla rindu. Sangat rindu kalian.." suara serak Shilla karena menahan tangisnya.

🌸🥀🌸

Setelah dari pemakaman orang tuanya, Shilla berjalan ke taman untuk menjernihkan pikirannya karena tadi dia habis menangis dan sekarang matanya sedikit membengkak.

Hembusan angin sore terasa begitu sejuk saat menyentuh kulit wajah Shilla yang tadinya membasah.

Di taman itu terlihat anak kecil yang duduk sendirian sambil mulutnya terus terucap tiada henti. Kata kata apa yang di keluarkan anak kecil itu? Yang tidak bisa Shilla dengar karena jarak yang lumayan jauh. Karena penasaran akhirnya Shilla mendatangi anak kecil itu.

"Kakak boleh tau nama adik?" Tanya lembut Shilla. dan duduk di sebelahnya

"Azra kak" jawab anak kecil itu sambil tersenyum di bibir kecilnya.

"Kok sendirian, memangnya azra sedang apa?" Tanya Shilla lagi.

"Lagi hafalan kak, agar gak lupa harus di ulang ulang terus" jawabnya

"Kakak liat azra serius sekali, emang azra hafalan apa sih?" Tanya Shilla lagi.

"Lagi hafalan surat kak, azra ingin menghadiahkan surga dan jubah dari Allah untuk orang tua azra kelak ketika di akhirat" kata azra "kak ini" sambil menyerahan lembaran lembaran surah pada Shilla.

"Buat apa dik?" Tanya Shilla sedikit bingung dengan maksud anak kecil itu .

"Ini jus amma, kakak bisa nyemak hafalan azra? Kalo ada hafalan azra yang salah kakak bisa ingatkan azra kan?"

"Iya sayang tentu kakak mau" Shilla mencubit pipi azra gemas.

Karena Shilla seorang kristiani, seumur hidupnya dia belum pernah mendengar lantunan ayat al-qur'an. Al-qur'an itu apa? Shilla sendiri tidak tahu menahu.

Azra pun memulai hafalannya dari surat An-Nas. Shilla tersenyum melihat azra dengan pelafalan yang sempurna. Karena dia tak tahu tulisan arab, Shilla hanya bisa menyimak dengan melihat cara membacanya dengan tulisan latin.

Suara azra yang lembut saat melantunkan ayat suci al-qur'an dan irama khas Muhammad Toha Al-junayid di bawakanya sempurna tanpa celah dan terdengar sangat indah bagi Shilla. Terasa nyaman saat hatinya mendengarkan lantunan surah dari azra. Suara kecil azra mampu membuat hati Shilla bergetar hebatnya, meskipun hatinya telah lama dingin dan membeku akan dunia yang fana. Perasaan sedih dan senang menjadi satu terasa bagi Shilla tanpa alasan.

Dear Muslim [Ongoing] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang