8.reuni

77 21 3
                                    

Mahkotai hati dengan keikhlasan, karena akan menjadikan tetap bertahan dalam menghadapi rumitnya kehidupan

🌸🥀🌸

_____°°°*°°°_____


***

"benda kecil ini bisa membunuh orang" katanya sambil memegang sebilah pisau tajam mengayunkan kesana kemari. sesekali mengelus ujung runcing pisau dengan jemari lentiknya. "kamu sudah pulang? sudah berapa banyak teroris yang kamu bunuh?, aku tau mereka sekumpulan kelompok orang jahat yang salah, itu mungkin salah satu alasanmu membenci mereka. tapi kebencian mu... mengapa demikian?" katanya lagi.

"kamu tidak perlu tahu itu!" tersirat kebencian disana "sangat, apapun tentang mereka aku membencinya! aku sampai sudi bergabung ke pasukan agar amarahku terpenuhi. akan aku bantai mereka semua! akan ku habisi!" kata yang lain dia mengepal kuat kedua tangannya, kemarahan dalam setiap ucapan nya "hidupku.. hanya untuk membunuh semua muslim sebanyak yang aku bisa!"

tanpa sengaja seseorang mendengarnya, kemudian dia berjalan ke arahnya.. siapa seseorang yang sangat membenci islam itu?

"aku hanya seorang anak kecil, apa kakak juga akan membunuhku tanpa terkecuali?" tanya anak kecil laki-laki itu, saat menghampiri dua orang yang membicarakan amarahnya

"bagaimana kami tega membunuhmu, hei bocah?!" jawab seseorang yang memiliki jemari lentik itu. "Rava! apa kamu ingin membunuh bocah itu.?" tanyanya pada orang yang sedang dalam kemarahan itu, iya. dia adalah Rava.

"kenapa jika aku membunuhmu, dan kenapa kalau tidak!" ucapan Rava ke bocah itu

"karna Azra adalah seorang Muslim! apa kakak juga akan membunuhku?" jawab balik Azra penasaran dan takut.

"kamu bohong, aku tau ayahmu,. ibumu! mereka bukan teroris, mereka Kristen aku tau" Rava

"benar, bagaimana jika Azra berbeda kak?"

"aku sangat membenci islam. tanpa ragu aku akan membunuhmu jika kamu layak di bunuh.!" katanya tanpa menyembunyikan apapun

"Hei Azra! sini sini, kemari! aku punya mainan baru dari ayah nih. ayo main bersama!" teriak Bian dari kejauhan sambil memperlihatkan mobil mobilan barunya. dan Azra langsung berlari senang menghampiri Bian. terlihat Azra juga memegang mobil mobilan di tanganya.

"Ayo balapan..! hehe..Azra akan menang! mobil Bian larinya lambat, Azra akan menang lagi!" katanya sangat senang saat berlarian kecil dan memamerkan gigi putih milik Azra.

"Bian yang menang! karna mobil Bian baru.. hehehe..." timbal balik Bian tak kalah senangnya seperti Azra yang memamerkan gigi putih rapinya.

"lupakan saja, lagipula dia masih bocah." kata seorang yang memiliki jemari lentik itu mengupas apel merah, dengan pisau yang dia ayunkan tadi "kamu sudah lumayan lama gabung di pasukan, jagan buat ibu khawatir padamu kalau kamu jadi jasad di sana" katanya lagi kemudian menggigit apel yang dia kupas.

"Shavira, kalau kakakmu mati kamu akan jadi anak tunggal dan kamu pasti kesepian kalau aku tidak ada. hei kenapa kamu memakan apelnya sendiri.!? kau tidak memberikannya juga padaku, padahal aku yang membelinya" Rava mencoba mengambil apel dari Shavira, tapi usahanya gagal karena tangannya di tepis Shavira.

"Kalau mau kupas sendiri!" memakan apel yang tersisa dan melemparkannya satu apel pada Rava

"tapi aku maunya mangga" balas Rava.

"apa aku sebagai adikmu peduli kalau kamu sukanya mangga atau apel.!" tapi dia melempar beberapa mangga segar pada Rava "kupas sendiri,!"

"oh, thanks" menangkap dua mangga muda.

"kenapa kak Shilla belum datang, kamu belum mengabarinya kita akan makan di taman bersama untuk merayakan kepulanganmu, jadi terlambat deh reunian kita.. huf" Shavira menaruh irisan buah menata rapi pada piring. "kalau kak Shilla tau kamu seorang pembunuh apa yang akan dia pikiran?" katanya sedikit khawatir

" dia tidak akan tahu Kalau kamu tidak beritahu. cukup mudah menjaga rahasia buatmu kan?" kata Rava santai "lagipula kau akan menjaga rahasia kakakmu"

Bagaimanapun secara naluri seorang adik juga akan melindungi dan menjaga kakaknya, itu membuatku cukup lega.

"wah si Hero sudah di sini!, oh.. Shavira!? maaf sedikit terlambat ta.. tadi aku... aku ada sedikit urusan" kata Shilla yang kemudian duduk di depan keduanya. mereka duduk di tanah, kain lebar dan panjang sebagai alasnya menyajikan bekal makanan yang enak serta minuman.. seperti acara piknik keluarga di tengah taman. "Shavira, taman ini cukup menyenangkan. aku lumayan sering kesini, menurutku sangat sejuk pagi dan sore hari. lain kali kita bersama kesini lagi jangan ajak kakakmu, tinggalkan saja Rava di jalanan hahaha.."

"pfftt..betul!" Shavira yang mendengarnya langsung menganggukkan kepalanya setuju meninggalkan Rava di jalanan.. haha.. emang seperti peliharaan buanggan jadinya.

"kenapa di jalanan, tinggalkan saja aku di restoran. aku bisa makan kenyang di sana haha.. aku bukan peliharaan terlantar hemm.. haha. ha. kalian berduakan tahu kalau aku sang Weak Hero," candanya Rava.. membanggakan dirinya seperti weak Hero. apa itu Weak Hero? hem.. entahlah!!

entah candaan Rava yang di buat buat, atau memang tidak lucu bagi Shavira. Shavira terlihat sedikit sedih

meski itu candaan, itu sama sekali tidak lucu. pikirnya

"Weak Hero apaan! pahlawan yang lemah Apaan!? kakak bukan Hero! kakak seorang pembunuh, tapi aku benci aku tidak bisa menghentikan kakak mengukir tinta merah di tanganya. meskipun kami membenci teroris, aku tidak ingin terus menerus melihat tangannya ternoda merah darah."  batin Shavira terdiam melamun memeganggi cangkir teh hangat di gengaman jemari lentiknya. ekspresi di matanya terpantul terlihat jelas, air teh hitam jernih yang memantulkan bayangan wajah Shavira.

"oh, lihat! anak kecil itu, Azra! sangat meyenangkan melihatnya bermain" Shilla menunjuk Azra dan Bian yang sedang bermain mobil mobilan dengan anak-anak lainya.

"kamu tahu bocah itu?" Shavira yang tadi sedikit melamun pun melihat ke arah yang di tunjuk Shilla. sedangkan Rava sedikit acuh pada Azra, mungkin rasa bencinya Pada islam sampai ke akarnya, sampai anak kecil tanpa dosa tak luput dari kebencianya. "ya bocah itu cukup manis, wajar saja kalau kak Shilla menyukainya"

"ya Azra memang mengemaskan. tapi aku sangat suka suaranya, merdu dan enak di dengar" sambil mengingat pertemuannya dengan bocah kecil itu saat Azra sedang hafalan.

"Shilla, aku tidak melihatmu memakai kalung dariku? " potong Rava

"!? "

***

NEXT🔜🌸🥀🌸

Dear Muslim [Ongoing] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang