Episode 1

541 47 4
                                    

Setelah melewati masa-masa sulit dalam ujian, mahasiswa Gu University kini bisa bernafas lega. Mereka akan menemui gerbang kelulusan mereka setelah sekian lama berada di kampus yang sangat populer namun menyimpan banyak misteri.

Gu University merupakan kampus tertua di Korea Selatan, meskipun begitu, kampus ini menjadi kampus favorit bagi para calon mahasiswa yang berasal dari kalangan elit. Pemilik dari kampus ini tidak pernah diketahui bahkan tidak ada seorang pun yang pernah bertemu dengan pemilik kampus ini. Rektor kampus biasa berkomunikasi melalui telepon atau langsung dengan anak dari pemilik kampus yang identitasnya hanya diketahui oleh petinggi di kampus.

Alasan Gu University dikatakan menyimpan misteri karena terdapat satu ruangan di lorong lantai sembilan yang tidak pernah dibuka dan tidak ada satupun yang tahu apa isi ruangan itu. Semua dosen juga melarang mahasiswa mereka untuk berlalu lalang di depan ruangan itu.

Namun, misteri legenda itu tidak mengusik seorang yeoja yang baru saja keluar dari kelas dan bernapas lega.

" Ah, akhirnya aku bisa melewati masa-masa sulit di kampus menyebalkan ini. ", ucap Tiffany.

" Tiff, apa kau bisa menyelesaikan soal tadi ? ", tanya Jessica yang baru saja keluar kelas.

" Sepertinya bisa. Bagaimana dengan mu ? ", tanya Tiffany.

" Fashion is my passion, of course I can do it. ", jawab Jessica.

Kedua yeoja berdarah Amerika itu berjalan di lorong lantai sembilan dan berdiri tepat di depan pintu lift.

" Jess, sampai sekarang kita akan lulus, aku masih tidak percaya tentang ruang kosong di ujung lorong ini. ", ucap Tiffany.

" Ya, bisakah kau membicarakan hal itu nanti saat kita sampai di lobby ? ", tanya Jessica dengan wajah cemasnya.

Ting . .

" KHA !!!! "

Teriakan Tiffany itu membuat Jessica menutup telinganya.

" FANY-AH! ", ucap Jessica.

Seorang namja di dalam lift hanya menatap keduanya dengan serius tanpa berkedip meskipun suara Tiffany sangat nyaring. Tiffany menutup mulutnya dan matanya terbuka saat melihat namja yang paling sering dibicarakan di kampus.

" A-annyeonghaseyo, T-Taeyeon. ", ucap Jessica sambil menundukan kepalanya.

Namja berkulit putih itu hanya menatap lurus tanpa ekspresi apapun. Perlahan Ia melangkahkan kakinya ke belakang dan kembali menatap lurus ke depan. Kedua yeoja itu masuk dan berdiri di depan Taeyeon sambil berpegangan tangan. Saat lift sampai di lobby, Tiffany dan Jessica langsung keluar dari lift. Sementara Taeyeon masih berada di dalam lift dan Ia menutup kembali pintu lift.

" Ya, mengapa namja itu tidak keluar dari lift ? ", tanya Tiffany.

" Aku tidak tahu. Dia memang aneh sekali. ", jawab Jessica.

Meanwhile . . .

" Hah, aku harus kembali lagi ke lantai tiga karena mereka terlihat ketakutan sampai tidak mau bergeser. ", ucap Taeyeon sambil bersandar di dinding lift.

* * *

Ting . . .

" Omo. Taeyeon oppa. "

Namja itu menatapku dengan matanya sangat indah itu, benar-benar membuatku terdiam. Aku sangat mengaguminya sejak masuk kuliah, namun aku tidak pernah memiliki kesempatan untuk berbicara langsung dengannya, aku takut sekali melihat yeoja yang biasanya bersama Taeyeon.

Keheningan terjadi begitu saja di dalam lift dan saat pintu lift terbuka di lantai 3, aku mendengar gerak kakinya yang bersiap untuk keluar dari lift.

" See you next time, Seolhyun. "

Kalimat itu keluar dari bibir tipisnya dan tepat di telinga ku. Aku merasa wajahku sangat merah bahkan aku tidak bisa menahan senyumku.

I can't believe this . . .

* * *

Siang itu, aku berada di ruang rektor untuk membicarakan persiapan acara kelulusan mahasiswa tahun ini. Aku merasa sangat bosan mendengar beberapa orangtua ini berbicara dan melarang beberapa aktivitas saat kelulusan nanti.

Tok . . .

Suara pulpen yang ku jatuhkan membuat mereka semua terdiam. Mereka menatapku dengan serius dan beberapa dari mereka tertunduk.

" Apa yang sedang kita rencanakan ? "

Tidak ada satupun yang menjawab pertanyaanku.

" Mengapa kalian tidak menjawabku ? "

" Uh, kami sedang merencanakan acara kelulusan untuk mahasiswa tahun ini. "

" Lalu mengapa kalian seperti sedang merencanakan acara formal yang membosankan ? "

" T-tapi . . . "

" Wae ? Apa ada yang keberatan jika aku tidak setuju dengan susunan acara yang kalian buat ? "

Mereka semua tertunduk dan aku mengambil kertas yang ada di hadapanku. Seketika mereka semua melihat ke arah ku, terutama saat aku meremas dan membuang kertas itu.

" Berubahlah sedikit. Kampus ini adalah kampus elit yang memiliki anak muda masa kini. Aku tidak akan menandatangani dokumen seperti tadi. Mengerti ? "

" N-ne. "

" Aku ingin acara itu dilangsungkan hari sabtu minggu ini. Lakukanlah dengan sangat menyenangkan. Aku menunggu dokumen baru. "

" N-ne. "

Kaki ku melangkah keluar ruang para rektor dan berjalan ke ruanganku sambil memastikan situasi aman.

Sreet . . .

Aku menghela nafas ku saat melihat seseorang duduk di kursi menghadap jendela. Aku berjalan ke lemari yang berisikan koleksi minuman. Saat aku membuka satu botol minuman, tiba-tiba saja aku mendengar dia menghela nafas.

Letakan itu, Irene . . . 

Peek A BooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang