Episode 9

211 32 1
                                    

Tiffany berlari ke arah aula untuk menemui Sunny, namun saat di pertengahan jalan Ia bertabrakan dengan Yeri dan Wendy.

" Ya! ", ucap ketiganya.

" Tiffany-ssi, mianhae, mianhae. ", ucap Wendy yang masih ketakutan.

" Apa yang sedang kalian lakukan ? ", tanya Tiffany.

" Tiffany-ssi, sebaiknya kita kembali ke aula. ", jawab Yeri.

" Ada apa ? ", tanya Tiffany.

" K-kami tidak bisa menceritakannya sekarang. ", jawab Wendy.

" Cepat, kau harus melindungi dirimu. ", ucap Yeri yang langsung menarik Tiffany menuju aula.

" Melindungi diri ku ?! ", gumam Tiffany.

Ketiganya kembali ke aula, namun sebelum sampai di depan aula, ketiganya bertemu dengan Irene yang sedang berdiri di dekat aula kampus. Yeri dan Wendy sudah saling menatap dan menggenggam erat lengan Tiffany. Mereka membawa Tiffany melangkah mundur dengan wajah yang sangat ketakutan.

" Apa kalian belum menemukan Jessica ? ", tanya Irene.

Tidak ada satupun yang menjawab Irene. Yeri dan Wendy masih mengatur nafasnya yang terengah-engah.

Carilah Jessica secepat yang kalian bisa . . .

Meanwhile . . .

Jessica melangkahkan kakinya sambil meraba sisi tembok kampus, Ia sudah kelelahan mencari tempat bersembunyi. Ia bersandar di lorong kampus yang memiliki cahaya cukup banyak malam itu.

" Who the hell are you ? "

" Aku dosen baru di kampus ini. "

" Lalu apa maumu ? "

" Kembalilah ke aula. "

" Hmm. "

Bruk!

" Siapa yang mengizinkan mu untuk memerintahku ? "

Jessica berlari sesaat Ia melihat Taeyeon memukul Yuri tepat di hadapannya. Ia berlari karena Taeyeon memukul Yuri sangat keras sampai terjatuh ke tanah dan darah mengalir dari pelipis Yuri. Namun, saat Ia hendak berlari ke aula, Ia tidak bisa membuka pintu aula dan Ia melihat Taeyeon berjalan tepat di belakangnya.

Di tengah-tengah keheningan, Jessica mendengar suara rantai yang digerakan dan erangan seorang namja. Meskipun sedang dalam situasi ketakutan, Jessica penasaran dan mengikuti asal suara itu.

" Argh. ", suara erangan itu semakin terdengar jelas.

Jessica melihat ke satu ruangan dan Ia mendapati seorang namja dengan pergelangan tangan yang dipasangkan rantai menggantung terbuka. Ia terkejut saat Ia mengetahui siapa namja yang sedang tersiksa itu.

" T-taeyeon ?", batin Jessica.

Taeyeon menyadari jika ada seseorang di luar sana. Ia pun mencoba untuk berdiri, namun Ia seperti tidak memiliki tenaga untuk berdiri.

" J-jessica. ". ucap Taeyeon terbata-bata.

Jessica terdiam saat Ia mendengar Taeyeon mengucapkan namanya.

" H-help. ", pinta Taeyeon.

Hati Jessica berubah menjadi tidak tega dan Ia melihat ke arah pintu ruangan yang terkunci. Tak berapa lama, Jessica tidak lagi mendengar suara Taeyeon, Ia semakin khawatir jika sesuatu yang buruk akan terjadi pada Taeyeon.

Krek . . .

Jessica melihat Taeyeon tak bergerak sedikitpun dan Ia melangkahkan kakinya untuk mendekat. Ia melihat guratan bekas kaki Taeyeon, Ia mengambil kesimpulan jika Taeyeon diseret seseorang agar masuk dalam ruangan itu. Ia berdiri tetap dengan jarak yang cukup jauh dari Taeyeon.

" T-Tae. ", ucap Jessica.

" S-sica. ", gumam Taeyeon.

" Siapa yang membuatmu seperti ini ? ", tanya Jessica.

Taeyeon tidak menjawab pertanyaan Jessica, namun beberapa menit kemudian, Ia mencoba mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Jessica.

Yuri . . .

* * *

Aku tidak percaya jika Yuri melakukan hal ini pada Taeyeon, aku bisa melihat sendiri jika Taeyeon memiliki kekuatan yang lebih dari Yuri.

" Aku ingin melindungimu saat di depan aula, tapi kau malah berlari. Aku khawatir jika Yuri melukaimu. "

" T-taeyeon. "

" Lepaskan aku, Jessica. "

Aku benar-benar dalam dilema, aku tidak tahu mengapa aku tidak percaya sepenuhnya dengan apa yang diucapkan Taeyeon. Kaki ku berjalan mendekatinya dan melihat pergelangan tangannya yang diborgol.

" Aku tidak bisa membukanya, Tae. "

" Kau bisa, Sica. "

Suaranya sudah tidak terlalu jelas, Ia seperti seseorang yang kehabisan tenaga. Aku mengambil jepit rambut ku dan mencoba untuk membuka kunci borgol itu.

Click . . .

Satu borgol itu terlepas dari tangan Taeyeon dan dia langsung terbaring di lantai dengan mata yang terpejamkan. Wajahnya mengisyaratkan dia merasa sakit dan kehabisan tenaga.

" Gomawo, Sica. "

Aku hanya menatapnya dan membiarkan satu tangannya masih terborgol. Aku melihat wajahnya disinari cahaya rembulan dan itu membuat wajahnya tampak indah.

" Mianhae, Sica. "

" . . . "

" Aku membuatmu takut. "

Dia meraih tanganku dan meletakan di dadanya yang bidang.

Kau tidak perlu takut, Jessica . . . 

* * *

" Irene. ", ucap Tiffany.

Yeoja itu hanya berjalan lurus tak mempedulikan Tiffany.

" Irene, berhenti. Aku ingin bicara denganmu. ". ucap Tiffany.

Irene tidak berhenti dan Ia tetap melangkah ke arah suatu ruangan.

" Irene! ", ucap Tiffany dan Ia berhasil menghentikan langkah kaki Irene.

Irene berbalik arah dan menatapnya.

" Apa yang sebenarnya terjadi ? ", tanya Tiffany.

" Apa maksudmu ? ", tanya Irene.

" Kau dan Taeyeon. ", jawab Tiffany.

" Tidak ada apa-apa. ", ucap Irene.

" Apa kau sebenarnya tahu dimana keberadaan Jessica ? ", tanya Tiffany.

" Jika aku tahu, aku akan mengantarmu kesana. ", jawab Irene yang beranjak pergi.

" Lalu sekarang kau mau kemana ? ", tanya Tiffany.

" Ada hal yang lebih penting dari sekedar menyelamatkan sepupu mu. ", jawab Irene.

" Menyelamatkan ? ", tanya Tiffany.

Tiffany mengikuti langkah kaki Irene dan sampailah Ia di lorong kampus lantai empat. Ia melihat Irene membuka pintu dengan kasar dan sepertinya sedang marah. Ia memperhatikan Irene yang masuk ke dalam ruangan itu dan memegang sebuah rantai panjang.

Namun, karena masih penasaran, Tiffany masuk ke dalam ruangan itu dan mendekati Irene.

" Apa yang kau lakukan, Irene ? ", tanya Tiffany yang menatap Irene curiga.

You better find Jessica before it's too late . . .


Peek A BooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang