12. Pergi

68 8 0
                                    

Gue melangkah keluar kamar dan mendapati Mama yang tengah berdiri dengan pakaian rapinya.

Gue mengeryit. Mau ke mana Mama hari ini? Pasalnya Mama tak mungkin pergi ke butik hari ini. Ini hari sabtu, dan butik milik Mama selalu tutup di hari sabtu.

"Mama," panggil gue yang berhasil membuat Mama menoleh.

"Eh, anak Mama udah bangun. Udah rapi lagi, mau ke mana?" tanya Mama.

Gue tersenyum kecil. "Mau ke rumah Adin bentar. Mama sendiri mau ke mana rapi banget kaya gini?" gue pun bertanya balik.

Mama malah tersenyum manis lalu sedikit mendekat dan berbisik ke telinga gue. "Mau bertemu orang spesial," jawabnya.

Gue tambah dibuat mengeryit bingung.

Orang spesial? Siapa?

"Ma, jangan bilang Mama punya selingkuhan di luar sana?" tanya gue sambil menggeleng tak percaya.

"Hush! Kalo ngomong gak pernah dijaga!" bentak Mama sambil mendorong kepala gue dengan kasar. "Diajarin siapa ngomong kaya gitu, heh?"

Gue pun cuma cengengesan sambil mengacak rambut dengan pelan. "Udah ah, Ma. Devin mau pergi dulu," pamit gue lalu langsung meraih tangan Mama untuk gue salami.

Gue sudah tak memikirkan Mama yang hendak ke mana, toh yang pasti Mama tidak akan mungkin berani selingkuh seperti yang gue katakan tadi.

***

"Tumben lo ke sini?" tanya Adin dengan nada menyindir begitu melihat gue yang datang ke rumahnya.

Gue hanya melengos dan tak menggubris keberadaan makhluk halus itu, makhluk halus yang sekali berbicara akan sepedas cabai.

Gue lebih memilih langsung masuk ke dalam rumah dan menuju kamar Adin.

"Sialan! Gue tanya malah dikacangin. Lo pikir dikacangin itu enak? Ingat bro! Akan selalu ada karma di setiap hal yang kita lakukan!"

Lihat, kan? Benar ucapan gue, Adin jika sudah berbicara akan sepedas cabai. Padahal ini hanya masalah sepele, tapi kenapa dia harus membahasnya.

Gue menghela napas pelan lalu segera meraih gitar dan duduk di tempat tidur. "Gue bete diam terus di rumah."

"Nah gitu. Kalo dijawab kan enak!" serunya lagi.

Gue menghela napas lagi sambil tak kembali menggubris ucapan Adin. Gue pun langsung memainkan gitar milik Adin untuk menghilangkan rasa jenuh.

"Lo gak ke rumah Natt?" tanya Adin.

Gue hanya menggeleng sambil tak menghentikan aktivitas yang tengah bermain gitar.

"Kenapa?" tanya Adin lagi.

"Natt ada kelas hari ini." Gue menoleh sebentar ke arah Adin. "Lo sendiri kenapa gak masuk kelas? Kan lo ada di kelas yang sama kaya Renata?"

Adin lalu langsung cengengesan kecil. "Mager gue. Boleh lah libur sehari mah," jawab Adin.

Gue hanya mencibir pelan. "Dasar!"

Adin pun kembali cengengesan. "Lo sendiri kenapa gak ke kampus?" tanya Adin lagi.

"Gue gak ada kelas hari ini."

"Iya gue tau lo emang gak ada kelas hari ini. Maksud gue, biasanya kalo hari sabtu juga lo kan ke kampus buat ngintil terus ke Natt dan terus nempel kaya perangko."

Gue hanya terkekeh pelan mengingat kebiasaan gue yang satu itu. "Gak apa-apa, gue mau kasih Natt kebebasan tanpa gue satu hari aja. Siapa tau tanpa gue sehari di kehidupannya dia bakal rindu."

Devino Xavier ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang