"menjadi sumber kekuatan bagi orang lain, aku suka. Jadi, aku mohon jangan pernah sungkan untuk bersandar walau sesaat.."
Madinta berjalan santai menyusuri lorong menuju apartemennya. Malam itu terasa sangat dingin, ditambah Ia hanya mengenakan kaos oblong dan jeans penedek. Sekilas Ia melihat Jesicca dari kejauhan, Ia berdiri di depan sebuah Bar terkenal di daerahnya.
Jesicca ngapain di sono? Batinnya heran. Dengan sigap Madinta mempercepat langkahnya.
"jess, lo ngapain disini??" Tanya Madinta dengan raut heran.
"sutttt.. nanti gue ceritainn" Balasnya sedikit berbisik. Lalu Jesicca menarik tangan Madinta dan mengajaknya berdiri tepat disamping pintu Bar.
"mau masuk sungkan ya lo?" Goda Madinta.
"ihh, apaan sih. Sori aja deh gue gak semurah itu" Ujar Jesicca datar.
"lahh.. terus ngapain deh ngumpet beginian?"
"udah nanti gue ceritain pokoknya"
Kurang lebih sekitar 20 menit mereka berdua berdiri di sana. Madinta yang sejak awal bingung dengan maksud Jesicca yang hanya celingak celinguk sedari tadi tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Kaya lagi nungguin orang, tapi siapa? Batin Madinta. Tak lama dari itu keluar dari Bar seorang wanita yang berpakaian sangat minim bersama dua orang laki laki yang tengah mabuk.
"mama..!!" Teriak Jesicca dengan wajah marah. Lalu berusaha menarik wanita yang Ia panggil mama.
Mama?
"ayo pulang mah, mama ngapain sih disini? Ini siapa lagi?! Apaa apaan pegang pegang segala!!" Ujar Jesicca sembari melepas gandengan tangan laki laki itu pada tangan ibunya.
"eh, lo siapa?!" Salah satu dari laki laki itu bertanya dengan suara yang parau.
"gue anaknya! Lo siapa?!" Jesicca meninggi.
"anaknya?! Nggak salah lo?? Dia ni calon bini gue elaahh.."
"calon bini lo?! Ngimpi aja lo! Brengsekk..! ayo mah pulang"
"ehh, bentar dulu. Sayang kamu kenall siaapa orang ini??" Tanya lelaki itu pada ibunya Jesicca dengan lembut sambil mengelus elus pipinya.
"eh! Gak usah pegang pegang ya lo! Setan!" Jesicca nampak marah.
"eng.. enggak.. aku nggak kenal.." ucap ibu Jesicca sedikit gagap. Jesicca yang mendengarnya sontak kaget, begitu pula dengan Madinta.
"mama apa apaan sihh..?!" Tanya Jesicca kecewa.
"ahhudahlahh...! Pacar gue tu nggak kenal sama lo!"
"sono pergi..! anak setann dasar!!" Tambah lelaki itu membentak.
"eh, tante! Anak tante tu dari tadi kedinginan nungguin tante disini. Mau ngajakin tante pulang, mau jagain harga diri tante biar nggak jatoh keinjek injek kaya gini. Inget tan, Alex lagi sakit" Madinta ceplas ceplos. Alex adalah adik Jesicca yang sekarang sedang dirawat di Rumah Sakit karna mengidap kanker paru paru.
"eh.. lo siapanya lagii?!" Tanya laki laki itu masih dengan suara parau.
"kalian tu salah orang..! ayo pergi aja" ajak ibu Jesicca sembari menggandeng kedua laki laki yang sedang mabuk itu.
"brengsekk! Sekalian gak usah pulang kerumah! Jangan ngurusin Jesicca sama Alex lagi. Pergi aja jauh jauh!" Teriak Jesicca pada Ibunya yang telah berlalu. Madinta memandangnya penuh iba, terlihat amat jelas jika Jesicca membenci ibunya.
YOU ARE READING
MADINTA
Teen Fiction"ketika aku gagal, gagal menyembunyikan duka dibalik tawa juga lara dibalik bahagia. Maaf, tak ada niat untuk memamerkan kelemahanku.." Madinta Rahel.