Part 4

10 5 0
                                    

Saat sampai di tempat yang dituju, aku mendengar langkah sepatu waiters itu menjauh.

"Nih ran udah sampe, aku buka yaa"
"1..."
"2..."
"3..."
"Taraaaaa"

"Hahh"

"Gimana bagus ga ran?"

Aku hanya diam, aku hanya bisa mengagumi ini semua.

"Ran, eh kamu kenapa? Kok diem? Jelek ya?"

Aku pun tersenyum, "Engga kok, indah banget. Makasih"

"Sama sama"
"Mau makan?"

"Oke"

Salah satu alasan mengapa aku hanya bisa diam adalah tempat ini indah, sangat indah, dekorasi nya berwarna pink, ya pink. Entah mengapa vino memilih pink, apakah karena pink adalah warna kesukaan ku? Hanya dia dan tuhan yang tahu dan mungkin waiters yang tadi juga:v. Dan yang lebih mengagumkan adalah, tempat nya sangat indah, di sekeliling meja terdapat banyak bunga, banyak hal yang indah disini, yang membuat ku hanya bisa diam dan mengagumi ini semua.

Aku banyak berkhayal karena ini, dan tiba tiba pertanyaan vino membuat ku kembali ke kenyataan,

"Gimana ran, enak ga?"

"Iya enak vin"

"Nih cobain deh yang punya aku"

Vino mengambil sedikit potongan steak nya dan memberikan nya padaku,

"Nih ran. Aaaaa"
"Aaam"

Dia menyuap kan nya padaku. Untung ruangan nya tidak terlalu terang, sehingga vino tak melihat betapa merahnya pipiku, rasanya menyenangkan sekali, tiba tiba vino membuka mulut nya.

"Apa vin? Mau aku suapin? Hahaha"
"Dasar anak kecil wkwk"

"Biarin, kan kalo jadi anak kecil itu banyak yang merhatiin, jadi aku pengen jadi anak kecil"

"Emang siapa yang merhatiin?"

"Kamuu"

Jawabannya vino membuat jantung ku berdetak cepat, seperti habis maraton 1 km:v.

"Dasar gombal, udah sana makan"

✖✖✖

Aku sudah berada di atas kasur sambil memikirkan apa yang beberapa jam lalu aku alami, rasanya indah, menyenangkan, mengejutkan, dan... Ntah lah apa lagi. Aku pun segera bangun dari tempat tidur, menuju sebuah meja belajar dan mengambil buku diary.

Dear Diary,

Sabtu, 09 February 2019

22.32 WIB

Wahai hati, apa yang sedang kau rasakan sebenarnya? Sampai sekarang engkau membuat ku tersiksa seperti ini. Apakah kau tak kasihan padaku?.

Cepatlah beri tahu aku agar aku tidak tersiksa seperti ini. Agar dia pun mengetahui nya, agar dia dan aku bisa menjadi kita, apakah itu mungkin?

"Everything is possible:)"

✖✖✖

"Ranii, bangun nak" Seseorang membangunkan ku dari tidur yang nyenyak sekali, ternyata hanya ibu ku.

"Iya iya ini udah bangun. Whoaaa" Jawab ku sambil menguap lebarr sekali.
"Emang mau ngapain sih pake bangunin rani sepagi ini?"

"Kita ke mall dong, sekarang kan hari minggu" Jawabnya dengn semangat 45 nya padahal umurnya sudah kepala 3.

"Oiyaa ya, rani lupaa hehe"

"Tunggu apa lagi, ayok mandi!"

"Siap laksanakan komandan"

Kami pun tertawa.

Jam 09.00

Waktunya untuk pergi,

"Ayo ran kita berangkat"

"Ok, kita berangkat dianter papah kan?"

Dia hanya terdiam, lalu tersenyum.

"Engga ran, kita naik taksi aja. Oke?"

"Hmm oke gak papa"
"Ayoo lets goo"

✖✖✖

Hai Gais, Part 4 Nyaa Sampe Sini Ajaa Dulu Yaa:( Maaf Buat Kalian Yang Udah Nungguin Lamaa Banget, Tapi Masih Mending Nungguin Lanjutan Chapter Ini Daripada Nungguin Dia Pekaa:v *Ehhhh Bucin^:v.
Jan Lupaa Vote And Coment, Saran And Kritik Juga Boleh. Thank you Buat Kalian Yang Udah Bacaa. Sorry Kalo Ga Bisaa Update Kilat, Karena Banyak Tugas Menumpuk Dan Males Dikerjain:v Padahal Udah Gede Kok Gabisa Ngerjain Sendiri Yaa? Kan Kasian Dikerjain Mulu, Kan Dia Ga Salah Apa Apaa:v. *Lagi Idoy Sesaat:v

Dan Makasih Buatt Yang Udah Bantuin Dalam Ceritaa Ini, Thanks Yaaa.

FYI:
^Bucin: Budak Cintaa:v

See You In Next Chapter Gais:).

Friend ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang