Happy Reading😊
"Jira- ya ? Apa kau mengambil pulpenku?"
"N-ne?" (apa?)
"Kaukan yang mengambil pulpen kesayanganku? Bukankah kemarin kau meminjamnya?"
"Ahh aniyo (tidak), aku bahkan ti-tidak tahu bahwa kau memilikinya."
"Aku yakin kau mengambilnya, Katakan padaku Oh Jira!!!"
Jira POV
Sungguh, aku bersumpah. Aku tidak mengambil pulpen milik Lami. Bahkan aku sendiri tak tahu bahwa dia memilikinya.
"Biarkan aku mengecek tasmu. aku yakin akan menemukannya."
Aku hanya mengangguk pasrah. Aku yakin walau dia mengecek seratus kali pun dia tidak akan menemukannya. Karena aku yakin pulpen miliknya tidak ada di tas ku. Kecuali jika ada sesuatu.
Tempat duduk Lami dan tempat dudukku jauh, bahkan aku dan dia tidak pernah dekat, aku hanyalah sekedar pembantu yang dapat di bully kapan saja oleh dirinya dan antek-anteknya. Dia selalu jahat padaku. Dan aku yakin, kali ini dia membuatku dalam masalah.
Sekarang teman sekelasku telah mengelilingi tempat dudukku. Berusaha untuk menyaksikan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Sedangkan Lami sekarang masih terus mencari pulpen mahalnya itu dalam tasku.
Dan seperti dugaanku, dia menemukan pulpennya dalam tasku. Aku terkejut, tentu saja aku terkejut.
"Ini—ini pulpenku. Kau benar benar mencuri. Kau memiliki dendam terhadapku?"
Semua pasang mata tentu saja terarah padaku. Aku tahu semua. Pasti ini adalah jebakan dari teman teman Lami.
Kenapa Lami begitu membenciku? Kenapa Lami sangat tidak suka akan kehadiranku? Apa aku memiliki kesalahan yang tidak dapat diselesaikan oleh kata 'Maaf'?
"La-lamii, Mian aku tidak ada niat untuk mencuri pulpenmu. Aku tak tahu bahwa ternyata pulpen itu ada di dalam tasku. "
"Jangan mengelak. Aku tahu kau menginginkannya. Akanku laporkan kau pada ibuku. Jangan sampai kau melarikan diri."
"Lami-ya —"
"YAK! Bisa bisanya kau bicara banmal denganku? Kau pikir dirimu siapa? JANGAN BICARA TIDAK SOPAN PADAKU, MENGERTI?!"
Aku tak mengerti kenapa aku selalu hidup seperti ini. Jika saja aku tahu ini akan terjadi, aku akan melindungi tasku dari pulpen Lami. Sekali Lagi aku bersumpah, aku tak pernah berminat pada barang barang Lami yang katanya mahal itu.
"Yak! Ireonna! " Teriak Lami yang tinggi badannya lebih tinggi dariku, sekali-kali tak apa kan apabila aku melawan? Aku tak mau harga diriku di injak injak. Maka aku tak bangun dari tempat dudukku itu.
"Yak! Mau mati? pali ireonna!!"
Tuhan, aku takut. Tapi aku pun punya hati, aku sama sepertinya. Aku manusia, dan aku punya harga diri. Jika aku bangun sekarang, maka mungkin harga diriku akan di injak injak, tapi jika aku tak bangun, maka kemarahan Lami akan memuncak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe | Na Jaemin
Fiksi PenggemarRead aja dulu. Hehe. Bhs formal dan dikit bahasa frontal. Hehe