"Semalam Emak nggak bisa tidur, batuk terus. Dada rasanya sesak. Emak mau suntik di dokter yang cantik itu aja," suara mertua Fitri diantara gemericik air yang disiramkan di rambutnya.
Siang ini jadwal Fitri mencuci rambut mertuanya.
Memang, semalaman Emak batuk sangat sering. Membuat Fitri tak bisa tidur nyenyak barang sejam."Besok kan waktunya kontrol ke Rumah Sakit, Mak. Apa nggak sekalian aja diperiksakan besok?" tanya Fitri sambil memijat kulit kepala mertuanya pelan.
"Wong batuknya sekarang, kok diperiksakan besok! Emak nggak mau ke Rumah Sakit lagi! Antrinya lama, capek! Periksa ke dokter praktek aja!"
"Engge, Mak. Besok kita ke dokter."
"Kok, besok? Nanti malam kan dokternya buka? Nanti malam aja. Badanku ini sudah nggak enak semua. Waktunya suntik. Kalo di Rumah Sakit itu dokternya nggak mau nyuntik. Tapi di dokter cantik itu Emak minta disuntik pasti disuntik. Pokoknya nanti malam aja ke dokternya!"
Fitri terdiam.
Hari ini suaminya masih di luar kota dan baru pulang besok. Di dompetnya hanya tinggal selembar uang berwarna biru. Pasti kurang kalau untuk biaya berobat.
Setelah acara mandi keramas selesai, Fitri meraih gawalnya. Dia harus mengabari suaminya.
[Assalamu'alaikum, Ayah. Emak batuk terus, minta berobat ke dokter Diah. Udah nggak mau kontrol ke RS, antrinya lama, capek katanya. Kujanjikan periksa nunggu ayah datang aja, tapi Emak nggak mau. Tetep minta nanti malam. Lha, aku nggak ada duit e, Yah. Gimana, enaknya?]
Butuh waktu beberapa menit sampai suaminya membalas.
[Besok aja, tunggu Ayah datang]
Singkat, padat dan jelas.
Saat menyiapkan obat sementara ibu mertuanya makan bersama ibu kandungnya, Fitri menceritakan pesan dari suaminya.
"Mak, saya tadi WA Ayahnya anak-anak. Katanya, Emak periksa nunggu Ayah datang aja."
Emak langsung tersedak, lalu batuk-batuk berkepanjangan.
Ibunya mengusap punggung sang besan pelan.
"Minum dulu, Mak." Fitri menyodorkan segelas air hangat.
Emak menepis gelas itu.
"Emak ini sakit! Masa' cuma minta berobat aja kok disuruh nunggu? Iya kalo suamimu besok pulang. Kalau nggak pulang, gimana? Pokoknya Emak mau nanti malam ke dokter!!"
Fitri hendak mengatakan sesuatu, tapi diurungkan demi melihat Ibunya memberi isyarat agar dia tidak membantah sedikitpun.
"Sudah, Emak mau liat tivi aja! Nggak nafsu makan! Anak di mana-mana sama saja! Nggak berbakti sama orang tua!" Emak berusaha bangkit dari duduknya.
Tanpa suara Fitri bergegas membantu. Beberapa minggu tinggal serumah, Fitri mulai mengenali watak mertuanya.
Dipapahnya wanita berkebaya itu untuk duduk di ruang tengah, menonton televisi yang tak pernah mati. Jadwal acara yang ditonton Emak berjejer mulai pagi sampai lepas isya' nanti.
Di dapur, Fitri melihat Ibunya sedang mencuci piring.
"Sini, Bu, biar Fitri lanjutin nyuci piringnya."
"Sudah, Ibu aja. Mulai sekarang, biarkan Ibu membantumu lagi ngerjain pekerjaan yang ringan-ringan. Ini sudah tiga bulan, kan? Jadi Ibu sudah bisa beraktifitas lagi."
Tiga bulan yang lalu Ibunya menjalani operasi mata kirinya. Kata dokter, selama tiga bulan masa penyembuhan, pasien dilarang melakukan aktifitas yang berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG MERTUA
Художественная прозаMertua adalah orang tua kedua, yang harus dihormati selayaknya orang tua kandung. Banyak mertua yang sangat baik, tapi ada juga yang kebalikannya. Apa jadinya jika ternyata Sang Mertua jauh dari impian?