Kabut masih tebal dan udara belum mau memanas meski matahari sudah terlihat jelas. Gue sengaja datang pagi-pagi demi mendapatkan udara segar yang belum tercampur nafas para pengkhianat. Seperti biasa, gue selalu menyempatkan diri buat belok ke kamar mandi samping gudang. Masih gelap dan sedikit mencekam, tapi gue udah biasa kesini setiap pagi cuma buat ngaca dan merapikan seragam. Setelah itu gue langsung ke mushola. Bukan, gue bukan mau shalat, kelas gue emang suka diem disana buat nyimpen tas. Koridor masih sepi peminat, belum banyak siswa-siswi cekakak-cekikik, lari-larian, teriak-teriak, atau jalan sendiri dengan earphone yang nyangkut disalah satu telinganya. Biasanya gue juga nyangkutin earphone di kedua telinga untuk menghindari omong kosong yang bertebaran.
"Buset! Gak kepagian lo?" Tanya Maman.
Namanya Hilman. Sengaja gue panggil Maman biar lebih kental aja pertemanan kita.
"Iya dong. Lu juga ngapain pagi-pagi udah dateng?" Tanya gue.
"Gue mau jadi rajin mulai saat ini"
"Yakin lo?"
"Iya, emang lo gak percaya?"
"Gue orangnya gak mudah percaya sama omongan orang karena..." jelas gue, belum juga gue selesai ngomong, Maman udah nyerocos aja."Pasti nyangkut masa lalu, dah, baper"
Maman nyelonong melewatkan gue yang lagi duduk anggun diteras masjid sambil nungguin teman-teman yang lain datang. Benar, akhirnya teman-teman gue datang beberapa menit sebelum apel pagi dimulai alias udah agak siang.
Sekolah gue emang mewajibkan seluruh warga sekolah buat apel pagi setiap hari, makanya gue kalau gak diapelin malam minggu gak masalah karena udah apel sabtu paginya, hehe, becanda. Gue masih pengen kok diapelin cowok-cowok ganteng. Silahkan antre.
Setelah apel pagi selesai, gue punya ritual tersendiri sebelum masuk kelas, yaitu beli cilok cabe ijo di koperasi guru. Udah gue lakuin sejak kelas sepuluh. Biar lebih apdol enaknya makan cilok ini ditangga dekat ruang kelas. Jadi, kalau ada guru gue bisa langsung ngacir dan ngasih tahu teman-teman yang lain. Gue emang selalu sendiri kemana-mana jadi gak heran ketika banyak teman-teman yang percaya sama gue buat dengerin curhatan mereka.
"Udah abis aja ini cilok" keluh gue sembari membuang bungkusnya bersama kenangan manis ke tempat sampah.
Gue melenggangkan kaki bak ratu permaisuri memasuki singgasana. Teman-teman gue lagi asik becanda. Gue yang lihat teman gue lagi dijadiin bahan becandaan gue samperin terus gue teriak,
"Jangan gitu kalian teh gini-gini juga dia ini ayang aku"Dengan gaya bicara yang centil dan sedikit mendesah biar yang dengar pada basah.
Otomatis semua langsung ketawa dan gue baru sadar kalau teman gue yang dijadiin bahan becandaan mereka semua mukanya merah udah kaya hell boy. Teman-teman gue menyuruh gue buat mengulang hal yang sama. Terus dan terus. Gue juga kecanduan.
Tiba-tiba ketua murid datang dan berdiri didepan, dia teriak diiringi senyum lebar dibibirnya yang seksi. Ketua kelas gue laki-laki.
"Hari ini semua guru sedang rapat, jadi diperbolehkan untuk pulang"
Gue bercucuran air mata, karena senang sekali. Tanpa basa basi gue cabut dari kelas dan langsung pulang ke kosan. Di kosan seperti biasa udah ada Gita yang lagi rebahan manja.
"Lu gak ke kampus?" Tanya gue.
"Enggak"
"Kenapa?"
"Gue bingung, Ja"Gita buru-buru duduk menghadap kiblat, eh gue. Dia cerita sambil liatin gue yang lagi buka sepatu. Gita suka manggil gue Eja, karena nama gue yang elok nan berseri ini lebih pantas untuk kaum pria. Reza Sastrawinata. Gue gak tahu apa yang menjadi motivasi ibu dan bapak ngasih nama itu buat gue.
"Ja, gue pengen berhenti kuliah aja" singkat Gita.
"Lah kenapa? Gue heran, lo kan kesini mau melanjutkan pendidikan"
"Iya gue berasa pengen kerja aja"
"Lebih capek kerja kali, Git"Gue duduk dekat Gita yang kelihatan udah sekarat oleh buku-buku, kertas-kertas, dan alat tulis yang berantakan dilantai. Gue yakin dia udah gak sanggup menanggung tugas-tugas kuliahnya.
"Gue tahu, tapi kayaknya udah saatnya gue tunjukin ke orang-orang kalau gue bukan anak manja yang cuma bisanya ngabisin harta orang tua"
"Hmm, gimana, gimana, Git?" Sengaja gue bales omongan dia begitu.
"Lo gak dengerin gue?" Tanya Gita dengan nada suara tinggi-tinggi sekali.
"Apa sih lo kok ngegas? Gue cuma mau lo gak usah mikir kayak gitu. Lo harusnya buktikan dengan jiwa dan raga lo kalau diri lo yang manja ini bisa kuliah yang bener. Lo bener gak ada jadwal mata kuliah sekarang?"
"Ada, Ja." Jawab Gita singkat, padat, dan jelas kayak mbak-mbak yang lagi badmood ditanya pacarnya.
"Gue temenin, ayok!"
Tiba-tiba Gita jadi semangat empat lima dan segera bersiap untuk berangkat bersama gue yang lucu nan menggemazkan. Kampus Gita gak terlalu jauh dari kosan. Jadi, kita cepat sampai. Kampus Gita juga gak besar seperti universitas, tetapi perlu diingat, setiap hal pasti ada lebih dan kurangnya. Kebetulan sekali, sampai di kampus, adzan ashar berkumandang, gue dan Gita memutuskan untuk ke masjid kampus dulu buat sembahyang.
Waktu gue diambang pintu masjid kampusnya Gita ada seseorang lagi tiduran. Gue gak tahu dia perempuan atau laki-laki yang jelas dia manusia. Dengan kepala dan badan yang ditutupi jaket tebal dan kaki yang ditutupi kebawahan mukena. Firasat gue mengatakan kalau dia adalah seorang perempuan.
Gue balik lagi keluar buat ambil air wudhu, sedangkan Gita ternyata langsung masuk kelas, karena dia lagi PMS.
Pas gue masuk masjid, gue teriak. AAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!
Bagaimana gue gak kaget, kalau seseorang yang bobo cantik tadi berdiri dihadapan gue. Dia pun sudah melepas rok mukena yang tadi dia pakai untuk melindungi kakinya yang pakai celana panjang. Jadi, apa sih yang dia lindungi. Heran."Eh, eh, maaf. Udah bikin kaget"
"Ah, iya, gak apa-apa"
"Gue ambil wudhu dulu. Abis gitu kita berjamaah aja"
Gue jawab dengan anggukan.
Dia gercep juga. Gue gak nunggu lama dan kita langsung menyegerakan shalat.
Selesai attahiyat akhir dan salam. Dia langsung pamit dengan memberikan oleh-oleh sebuah senyum ujuk gigi dan mata yang menyipit menjadi satu garis. Gue bales dengan senyum malu-malu. Dunia gue seakan berhenti. Semuanya terfokus pada wajah lelaki tadi. Gue benar-benar terhipnotis olehnya. Bodohnya, gue gak nanya nama dia siapa, tapi ya masa juga gue yang duluan nanya. Batin gue seakan mengirimkan surat untuk ibu dan bapak gue yang entah sedang apa disana,
Bu, pak, anak mu jatuh hati pada seseorang.Gue langsung ambil ponsel dan mengetik,
Git, gue balik ya mau langsung ke kedai.Kirim.
Selain siswi yang punya kepribadian ganda, gue juga seorang karyawan part time disalah satu kedai gak megah-megah banget di kota ini.
Sekali lagi, jangan lupa, panggil gue Eja.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY IS DIFFICULT
General FictionTubuh anggun seseorang terjebak dalam sebuah nama yang begitu jantan membuatnya kesulitan untuk mendekati lelaki yang dia sukai. Setiap dia memberikan hadiah lengkap dengan surat justru menjadi teror bagi Ridwan. "Gila masa gue dipepet batangan" te...