3

673 76 0
                                    

"Taehyung!! Turun dan sarapan sekarang, aku akan pergi ke bandara apakah kau tidak mau bersapa untuk terakhir kalinya kepada nyonya Daegu ini?"

Teriakan yang begitu nyaring menusuk gendang telingaku, sehingga membangunkanku yang sedang tertidur dengan nyenyak.

Dari pada teriakan itu akan semakin nyaring dan melengking, lebih baik aku segera bangun dan turun ke bawah. Di rumah ini, hanya aku yang terkenal dengan julukan 'pelanggar' aku tidak merasa aku melanggar, aku hanya bermain-main dengan hukum, itu saja.

Aku turun dari tangga untuk menuju dapur, tapi aku malah melihat pemandangan tidak menyenangkan.

"Seokjin, aku hanya pergi 3 minggu bukan 3 tahun. Lepaskan, jika Taehyung lihat dia akan mulai belajar melakukan ini pada wanita"

Sayangnya aku sudah melihat,dan hei aku tidak terlalu polos yang aku lihat sekarang hanya mereka yang asik berbicara mesra bukan yang lain, daripada basa basi aku langsung duduk di meja makan dan menyantap roti bakar yang ada, terserah pada dua insan yang sedang asik bercumbu tanpa tau kalau aku di belakang mereka.

"Sekali saja, cium aku di pipi"

"Seokjin.."

"Menjijikan"

Aku meminum segelas susu putih dan langsung menaruh gelas itu, sayangnya suara gelas itu terdengar sehingga aku mengganggu mereka berdua. Gelagapan ketika melihat aku di belakang mereka, ketika itulah Seokjin berpura-pura ke meja makan dan duduk dengan tenang.

"Akting mu kurang bagus bodoh" ujarku mengambil apel yang ada di meja.

"Ya! Kau pikir aku sedang akting hah?"

"bertingkah seolah-olah tidak terjadi apa-apa, apalagi kalau bukan akting?" aku malas untuk berdebat, langsung saja aku meninggalkan konferensi meja petak ini dan langsung menuju kamar untuk mengambil handuk dan mandi

"Jika saja kau bukan adik, akan aku bakar kau hidup-hidup. KIM TAEHYUNG-SSI!!"

********

"Kau lihat? Entah kenapa waktu itu aku ingin mengangkat dia sebagai adiku" Seokjin menunjuk-nunjuk ke arah pintu kamar Taehyung.

"Itu salahmu tuan Gwacheon, kau sendiri yang bilang kau lakukan itu karena sebuah alasan. Yang bahkan aku tidak tau alasan apa itu" Irene mengambil piring dan gelas yang di tinggalkan Taehyung dan mencucinya.

"Kau selalu saja memanjakannya tapi kau tidak pernah memanjakanku" Seokjin memasang wajah cemberutnya yang terlihat seperti Baby Face.

Irene melirik ke arah Seokjin dan tersenyum kecil. Ia merasa belum Irene tinggal Seokjin masih belum rukun dengan Taehyung apalagi jika ia tinggal?

Irene melepaskan celemeknya dan menghampiri Seokjin. Menutup mata Seokjin dan mencium pipi Seokjin adalah cara termudah untuk mengubah wajahnya yang cemberut menjadi memerah.

"Aku akan bersiap, antar aku ke bandara. Kau jangan lama-lama mandinya, hmm?" Irene mengatupkan muka Seokjin dengan tangannya.

"Ayay capten!"

*****

"Kudaniel! Aku akan berangkat kerja  jangan buat rumah berantakan. Sampai aku lihat sampah satu saja, akan aku hancurkan kepalamu"  Gadis dengan mata elang berteriak dari luar kamar sang kakak.

"Kang Seulgi!! Jangan panggil aku Kudaniel, nama ku Kang Daniel!" Daniel merasa namanya di jadikan sebuah lelucon untuk sang adik.

"Ya ya ya, terserah padamu. Aku harus bekerja, jangan lupa cuci piring tugasku untuk memasak sudah selesai" Seulgi menatap Daniel dengan tajam.

"Aku akan terlambat, kau tau kan seorang polisi itu sangat sibuk dengan orang-orang jahat. Jadi aku tidak sempat untuk mencu-"

"Jangan harap aku menerima mu lagi di apartemenku ini"

Daniel terdiam ketika mendapatkan ancaman itu. Dia memang benar polisi, tapi dia tidak pernah membayarkan uangnya untuk sewa apartemen ini. Daniel diam dan menatap Seulgi yang hilang bak hantu, hal yang lebih terseram hanya ketika adik perempuannya mengancamnya untuk keluar dari apartemen dan dia akan tidur di kantor polisi.

+x+x+x+x

Akhirnya aku bisa bernafas lega, keluar dari apartemen dan menjauh dari seorang kakak yang hanya membebaniku saja itu hal yang sangat aku tidak suka. Tapi ini takdir, dan aku harus menerima bahwa aku menampung seseorang yang aku temukan di bawah saluran pembuangan air.

Hanya bercanda.

"Anyeong!! Maaf aku terlambat, tadi di rumah banyak hal yang aku kerjakan" ucapku merukuk sopan pada para pekerja di cafe yang memperkerjakanku.

"Oh? Tidak masalah, lagi pula tadi Jimin sudah memberitahuku kalau kau punya seorang kakak yang menyusahkan" sahut seorang pria yang terkenal dengan gigi kelincinya.

"Ya! Jeon jungkook! Bisa tidak jangan membocorkan apa yang aku katakan barang sedikit saja?" Park Jimin, orang yang selalu mendengar curhatanku dan keluh kesahku di saat apapun aku memerlukannya.

"Aku hanya memberitahu, bukan membocorkan" Jungkook mengangkat kedua tangannya dan mengangkat bahunya.

"Sudah-sudah, ini masih terlalu pagi untuk berdebat. Kita langsung kerja saja, dan jangan lupa aku ingat hari ini adalah hari istimewa" aku langsung memakai celemek yang disediakan cafe untuk para karyawanya.

"Memangnya hari apa?" Tanya Jungkook yang tanganya berhenti bekerja begitu aku mengucapkan hari istimewa.

"A-ahh, aniyo. itu hanya hari istimewa untuk perempuan" Jimin takut jika uangnya akan terkuras karena aku dan Jungkook pasti akan minta di traktir di restaurant.

"Jungkook, kau sudah buat laporan belum tentang data pembelian kita di bulan Oktober tanggal 10?"

Braakk!!

"TENTU SAJA SUDAH KAN? JUNGKOOK-SSI?" Jimin bergetar dia merasa akan kehilangan isi dompetnya beberapa jam kedepan.

"Oh? Aku rasa be-, Ahh!!! Arraseeo!!! Jimin-hyung hari ini kau ulang tahunkan? Ayo traktir kami makan, kebetulan seharian ini aku belum mengisi perutku dengan apapun kecuali roti sandwich yang aku beli" kata Jungkook tersenyum senang.

Jimin menatapku dan mengatupkan bibirnya, wajahnya tampak seperti menahan amarah karena kelakuanku.

"Baiklah... Akan aku traktir.. Malam. Ini" ujarnya yang masih menatapku dengan tatapan khasnya itu.

"Jimin-ssi, jangan lupa untuk memberikan makanan penutup ya"

"Seulgi-ah!!"
.
.
.
.
.
.
.
.

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang