6

367 55 0
                                    

Bagus, rasanya aku ingin memukul Seokjin jika dia sudah pulang ke rumah. Di saat aku ingin merasakan ketenangan, kenapa selalu ada bencana yang datang? Hoseok- hyung contohnya.

Bukan, bukan aku tidak suka dengan sosok manusia yang sedang membereskan baju dan bersenandung di kamarnya saat ini. Dia baik, sangat pengertian, tapi terkadang dia bodoh. Kenapa? Kalian akan mengerti pada waktunya dan secara reflek kalian akan menepuk jidat lebar kalian masing-masing


Maaf, terkadang mulutku yang sangat berharga ini lancang sekali-kali.


"ya, Taehyung- ah. Apa tidak ada asisten rumah tangga di sini? setidaknya kan bisa memasak untukmu, rasanya aku akan mati kelaparan jika tinggal di sini dan tidak makan" Hoseok- Hyung menepuk perutnya dan memiringkan sedikit kepalanya.

"Jika memang kau tau akan mati kelaparan, kenapa masih mau tinggal di sini?" jawabku meninggalkannya dari kamar.

"Aku lebih baik mati di tempat sahabat yang sudah aku anggap keluarga di banding mati di hotel ataupun tempat mewah"


kalian lihat?





inilah yang aku maksud barusan. Aku hanya bisa menghela nafas ketika dia berbicara layaknya seorang puitis, padahal nilai membuat puisinya tak sebagus dari yang ia katakan barusan.

"Omong-omong, apa yang baru saja kau lakukan sampai-sampai tidak menggunakan baju heum?" aku melihat wajah mesumnya saat bertanya.

"jangan salah paham, aku tadi baru dari Min caffe dan ada pelayan yang ceroboh menumpahkan semua pesananku ke arahku. Bajuku basah dan aku baru ingin menukarnya, tapi kau sudah datang sebelum aku tukar baju" jelasku.

Namun kelihatannya itu tidak bisa menjelaskan apa-apa, wajahnya masih sama. Terkadang aku ingin menggesekkan wajah Hoseok- hyung ke aspal jika ia terus-terusan begitu, maksudku ayolah itu tidak nyaman bagiku jika seseorang bertanya dengan wajah mesumnya!

"Apa kau menyimpan wanita di rumah ini?"

"mwo? yeoja?. Hanya noona Irene yang ada di rumah ini dan kau tau kalau perempuan itu akan menjadi istri sah Seokjin"

"Apa kau tidak punya ketertarikan terhadap perempuan manapun? Hatimu sangat kosong Taehyung, kau tidak bisa seperti ini terus aku kasihan melihatnya"

"Sebentar, kau berbicara layaknya orang yang sudah punya pacar saja ya? bukannya hatimu lebih kosong dariku? aku tampan banyak perempuan yang mengejarku dan hyung yang bermodal wajah aegyo ada yang mengejar?"

+x+x+x+x+x

Suasana berubah sepi, Hoseok yang mendengar ucapan yang indah dari mulut Taehyung hanya bisa tersenyum bodoh. Dia memegang dadanya dan menggeleng.










itu sakit kawan







Memang terkadang di dunia ini banyak tipe manusia yang suka menasehati bagaimana caranya agar mendapatkan perempuan atau laki-laki yang disukai, tapi orang yang menasehati tak punya pengalaman seperti itu sama sekali karena ia tidak punya pasangan. Hal itu sama dengan yang Hoseok lakukan kepada Taehyung, setelah Taehyung mengatakan hal itu dia langsung ke kamarnya untuk mengambil hoodie.

"Taehyung, bagaimana nanti malam kita makan di Japanese food? aku rindu makan makanan Jepang, terakhir aku memakan sushi yang di buat oleh Irene, itu sudah sangat lama" Ajak Hoseok

Taehyung yang sedang menyisir rambutnya mengangguk kecil. Sebenarnya dia tidak tertarik untuk keluar dari zona nyamannya, yaitu di kamar. Hanya kamar sebuah tempat yang di sukai oleh Taehyung, dia bisa tidur sepuasnya, mendengarkan musik semaunya kamar adalah tempat ternyaman di seluruh dunia.



kalian juga begitu?




"Baiklah! Jam 8 nanti, kita akan ke sana"

+x+x+x+x+

"Apa? kita akan ke tempat Japanese food! Aku sangat senang dengan ajakan ini, wah Seulgi. Kau punya teman yang sangat baik hati, aku sangat rindu makan makanan Jepang sudah sangat lama kita tidak makan di sana" Daniel tersenyum girang, baginya traktiran adalah surga duniawi. Uangnya tidak akan hilang sepersen pun untuk memakan makanan Jepang, apalagi makanan di sana terbilang mahal.

"Tapi kau harus berjanji untuk tidak mengacaukan acaranya" Seulgi menunjuk ke arah Daniel dengan wajah yang sangat khas, wajah yang bisa saja mematahkan tulang kaki Daniel jika Daniel macam-macam dengan Seulgi.




Sangat kejam




Daniel melemparkan senyumnya dia tau apa yang harus ia lakukan dan tidak ia lakukan. Seulgi yang melihat senyum sang kakak merasa lega, bebannya hilang namun kesedihan di wajahnya sangat terlihat di mata Daniel, Seulgi tidak bisa berbohong dengan Daniel karena Daniel mengenal siapa adiknya, bagaimana sifatnya.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Daniel memegang pundak Seulgi dan menatapnya sembari menaikan kedua alisnya.

Seulgi tau dia tidak bisa berbohong pada Daniel, tapi pasti Daniel akan sangat khawatir jika Seulgi tidak mengatakan hal yang sebenarnya. "Aku, di pecat" tutur Seulgi dengan suara pelan, dia tau Daniel akan sangat terkejut tapi apa boleh buat dia harus jujur.

"Kau di pecat?"

"Eung"

"Seulgi- ah"

"Nde?"

Daniel sedikit merendahkan badannya agar tingginya sama dengan Seulgi. Daniel memasang wajah seriusnya, sepertinya Daniel akan membantu Ekonomi Seulgi, pikirnya.









"Apa kau menggoda pelanggan?"

Bruukk!!!

Bukan suara benda jatuh, tapi itu suara Daniel yang di banting oleh Seulgi. Kuat kan?

"AKU MASIH WARAS! DASAR BODOH!" Teriak Seulgi kesal.

"Tidak bisakah kau mengatakan hal yang membuat hatiku senang? seperti ya seulgi, aku akan membantumu untuk membayar apartemen ini, atau tenanglah aku akan mencarikanmu pekerjaan. Kenapa kau begitu-, ayolah kau adalah polisi! orang yang menjaga kedamaian negara dan juga membantu warga atau pemerintah yang kesulitan! Tapi kenapa kau tidak bisa membantu adikmu ini?!"

Emosi Seulgi sangat membara, rasanya Seulgi ingin memborgol dirinya sendiri dan masuk ke Rumah Sakit Jiwa untuk mendapatkan perawatan di sana, setidaknya dia benar-benar bertemu dengan orang gila.

"Aigo, badanku. Kau belajar membanting seperti barusan dari mana? film? Luar biasa, bahkan aku yang 2x lebih besar dari badanmu bisa terbanting" setelah terbanting Daniel menepuk tangannya sesekali dan memegang pinggangnya.

"Aku ini sudah tua, jika kau banting seperti tadi terus menerus aku akan segera mati" Daniel berjalan bungkuk ke arah kamar sempitnya.

Melihatnya yang seperti itu, kaki Seulgi merasa gatal untuk menendang bokongnya agar dia tersungkur. Emosinya masih belum mereda, tapi Seulgi mencoba untuk bersabar menghadapi seonggok- maksudnya sesosok manusia yang bisa saja membuat Seulgi merampok bank.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Menyebalkan!"

ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang