04

56.4K 6K 1K
                                    

•••

Good Daddy

•••
























Mark pulang ke rumahnya dengan lesu. Tak ada semangat hidup. Pekerjaan di kantor begitu banyak dan membuatnya frustasi sehingga ia memilih pulang cepat.

Sejujurnya bukan itu yang membuatnya frustasi. Namun hasil tes DNA yang dilakukannya kemarin sore. Dua hari ini pagi harinya diawali dengan penuh kejutan. Lama-lama ia bisa terkena serangan jantung di usia muda.

Mark sungguh tak mengerti. Bagaimana bisa hasilnya cocok? Meski beberapa dari mereka ada yang hanya 95% namun tetap saja dokter itu bilang bahwa anak itu memiliki gen dirinya.

Namun yang paling menegangkan dalam hidupnya adalah si anak kecil cerewet yang penuh keingintahuan bernama Chenle itu memiliki DNA yang sama persis dengannya. 99,8% mirip.

Apa-apaan itu?!

Mark benar-benar tidak ingat ia pernah bermain hingga kelepasan. Entahlah, mungkin saat itu ia mabuk atau diberi obat perangsang. Yang jelas, Mark selalu bermain aman.

Dan lagi, usia Chenle itu 4 tahun. Mark tak ingat perempuan mana yang mengandung benihnya kala itu. Yang kemarin saja Mark lupa tidur dengan siapa apalagi ini.

Jam menunjukan pukul 13.25 waktu setempat. Ia membuka pintu rumahnya perlahan. Namun ia merasa aneh, tak ada suara ramai nan berisik seperti kemarin. Hanya ada suara televisi dan tawa seorang wanita di rumah ini.

Mark bahkan baru ingat wanita cantik bernama Yeri itu berada di rumahnya.

Saat Mark melewati ruang tengah, Yeri memanggilnya. Membuatnya mau tidak mau melirik perempuan itu.

"Anak-anak mana?" tanyanya langsung. Mark mengernyit, berpikir.

"Anak-anak siapa?"

"Anak-anak lo lah!" bentak Yeri. "Haechan, Jaemin, Jeno, Renjun, Chenle!" tambahnya mengabsen.

Mark mengangguk paham dan menatap wanita itu. "Mereka sekolah kan?"

"Lo gak jemput mereka?!"

Mark kaget. Bentakan dari Yeri membuat tubuhnya menegang.

"Jemput siapa?"

Bodoh. Yeri mengumpat dalam hati. Sadar bahwa kefrustasian pria itu membuatnya hilang ingatan mendadak.

"Kunci mobil lo!" Sambil menggendong Jisung, Yeri mengulurkan kedua tangannya pada pria itu.

"Buat apa?" Mark bertanya sembari memberikan kunci mobilnya. Ia masing linglung.

"Jemput anak-anak lah bego! Mereka pasti nungguin dari tadi. Lo gimana sih, kok bisa lupa?!"

"Gue pusing, Jangan salahin gue kalau gue lupa!"

"Ck, lo tuh ya!" Yeri menahan dirinya untuk tidak memukul pria di depannya. Jika saja Jisung tak ada di pangkuannya, mungkin sudah ia lakukan daritadi.

Yeri tidak mengerti bagaimana mungkin Mark sampai lupa dengan anak-anaknya. Sungguh keterlaluan.

"Titip Jisung!" Tanpa persetujuan Mark, Yeri langsung menyerahkan anak itu ke pangkuannya dan melangkah keluar dengan cepat.

"Kenapa gak lo bawa aja ini anak woi!!" Tidak tahukah Yeri bahwa Mark sangat frustasi sekarang?

Baru saja Mark bicara begitu, Yeri kembali lagi ke hadapannya. "Keperluan di dapur dan anak-anak udah habis. Kasih gue uang buat belanja!" Ia mengulurkan kedua tangannya dengan wajah polos. Seperti seorang anak kecil merayu ayahnya agar diberikan uang jajan lebih.

Good DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang