14

45.2K 5K 506
                                    

•••
Good Daddy
•••














Mark benar-benar memberi Yeri waktu untuk menjauh darinya, hari pertama ia masih memikirkan cara meminta maaf pada perempuan itu. Menjemput anak-anak kemudian mengantarnya ke rumah Koeun sepulang dari kantor ia menjemput si kembar lagi. Hanya saja, meski ia bertemu dengan Chenle wanita itu masih tak mau menemui dirinya. Masih sangat kecewa. Walaupun Mark datang membawa bunga dan coklat-mengikuti saran Hendery. Yeri masih menolak menemui dirinya.

Tiga hari itu, Mark terus melakukan hal yang sama terus-menerus. Membuat Yeri bosan dengan coklat yang semakin hari semakin bertambah. Sepertinya Mark ingin membuat Yeri gemuk karena makan coklat terus menerus.

Yah, meskipun ia masih kecewa pada Mark. Namun perhatian pria itu pada anak-anak dan usahanya untuk meminta maaf pada Yeri membuatnya perlahan melunak. Pernikahan Koeun masih 5 hari hari lagi, terundur karena ada masalah di perusahaan Hendery. Jadi Yeri memiliki waktu lebih lama bersama Koeun, tak berniat segera pulang. Meski Chenle terus merengek padanya.

Keempat anak kembar itu menumpukkan kepala mereka di pintu ruang kerja Mark. Kepala Renjun dibawah, Haechan, Jeno lalu Jaemin dipaling atas. Mereka terus memperhatikan sang ayah yang bekutat dengan laptopnya tanpa berniat masuk.

"Udah satu jam loh," ujar Renjun pelan, mengalihkan atensi ketiga saudaranya.

"Iya, udah satu jam daddy kerja terus. Padahal baru pulang kerja," jawab Jeno. Namun Renjun hanya menghela nafasnya mendengar jawaban kembarannya itu.

"Bukan itu No, kita udah satu jam kayak gini! Mau sampai kapan? Injun udah pegel tau!" Desisnya sebal. Ia yang berada paling bawah menjadi penumpu mereka. Memangnya mereka tidak berat?

"Nana nih gak mau nyingkir! Awas Na!" Jeno menyenggol sedikit perut Jaemin, membuat anak itu menjauh darinya.

"Kamu juga awas No!" Jeno tersenyum lebar dan segera menjauh dari Haechan. Begitupula selanjutnya, sehingga mereka berbaris di depan pintu ruangan Mark.

"Jadi gimana? Daddy belum makan malam," ucap Jaemin, menatap ketiga saudaranya.

"Kita masuk bareng-bareng aja ya!" usul Jeno dan disetuju anggukan dari ketiganya.

Mereka perlahan masuk, Renjun masuk lebih dulu diikuti ketiga saudaranya. Namun Mark sama sekali tak menyadari kehadiran mereka. Bahkan Haechan sudah memanggilnya berkali-kali, Mark tak juga menanggapi. Hingga tanpa sengaja anak itu menjatuhkan bolpen ke lantai. Barulah Mark meliriknya dan tersentak.

"Eh, kalian. Eumm.. mau ngerjain PR ya? Mana PRnya sini biar daddy bantuin," ujar Mark setelah sadar dari kegiatan melamunnya.

"Daddy belum makan malam." Jawaban melenceng dari Renjun justru Mark tanggapi dengan senyum tipis.

"Udah kok, daddy-ugh!" Mark harus menelan ucapannya saat dirasa perutnya mual dan kepalanya pusing. Ia menumpu kepalanya pada meja. Menahan rasa sakit.

"Daddy! Daddy gak apa-apa?" Haechan yang berada di dekatnya menatap laki-laki itu khawatir.

"Da..." Mark benar-benar tak bisa berkata apapun lagi. Perutnya serasa aduk, mual. Padahal terakhir kali ia makan tadi pagi dan belum mengisi apapun lagi sejak siang hingga sekarang. Ia tak nafsu makan.

Dan inilah efeknya, migrainnya kambuh dan tubuhnya panas. Terus memikirkan Yeri cukup berefek pada kesehatannya. Meski ia berusaha mengalihkan perhatian dengan cara fokus bekerja, namun rasanya percuma. Perempuan itu berhasil menguasai pikirannya.

Mark tak mengerti mengapa ia begitu memikirkan wanita itu. Namun Mark merasa kehilangan, dengan tidak adanya Yeri hidupnya terasa berat. Perasannya menginginkan Yeri segera pulang dan berada di rumahnya lagi. Meski kehadiran wanita itu terkadang menyebalkan, namun Mark nyaman dengan semua itu.

Good DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang