20

46.7K 4.1K 700
                                    

Xiaojun masih tak mengerti akan jalan pikiran sahabatnya yang satu ini. Apakah ini efek dari terlalu banyak mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna atau karena faktor jatuh cinta, Mark bisa-bisanya menunjukan diri sebagai pria paling bahagia di dunia ini.

Setelah kemarin mengejutkan ia dengan pertanyaan perihal perasaan dan wanita, sekarang Mark datang lagi dengan seorang bayi laki-laki yang cukup gemuk dengan wajah sumringah bak orang habis dihujani harta melimpah. Oh, Xiaojun hampir lupa jika harta Mark sudah lebih dari cukup jika dikatakan melimpah.

Mark yang ia lihat pagi ini sangatlah bukan Mark yang biasanya. Terakhir kali ia melihat ekspresi yang sama adalah saat Mark mengatakan ia sudah tidak perjaka lagi. Kala itu Mark merasa masa mudanya sudah sangat sempurna setelah melepas status perjaka. Entah otak Mark dan Lucas tertukar atau bagaimana, yang jelas Xiaojun yakin saat itu adalah hal paling membahagiakan dalam hidup Mark meskipun ia tak mengingat perempuan mana yang ia tiduri malamnya.

Dan kini, apa yang ada didepannya apakah pengulangan dari kejadian lima tahun silam?

"Jadi?" tanyanya menuntut, netranya tak lepas dari bayi laki-laki yang tengah memegang dotnya dengan sangat erat di pangkuan Mark.

"Apa yang mau lo tanyain?" Nah kan, apakah sebelum ke rumahnya Mark bertukar otak dulu dengan Lucas? Kemana otak bergelar MBA-nya itu?

"Harusnya itu pertanyaan gue, sialan," umpatnya menahan kekesalan. Ia memegang cangkir kopinya erat, berharap tak kelepasan untuk melemparkannya pada pria bodoh didepannya.

"Uh oh, iya gue cuma mau bilang sesuatu sama lo," ucapnya, terlihat gugup. Tingkahnya seperti seseorang yang hendak mengakui dosanya.

"Apa?" Xiaojun bertanya santai, menyesap kopinya pelan. Menunggu ucapan Mark sebelum meminta penjelasan mengenai gumpalan lemak yang tengah menatapnya.

"Gue udah ngungkapin perasaan gue," ujarnya malu-malu. Bisa malu juga makhluk tak tahu malu ini.

"Terus?"

Senyum Mark mengengembang, begitu antusias untuk mulai bercerita. Oke Xiaojun siap dengan dongeng imajinasi Mark sekarang, "Gue gak nyangka reaksinya bakal sepositif itu, biasanya juga dia bentak-bentak gue dan sekarang kayak nerima aja gue apa-apain. Bukannya itu artinya dia udah percaya sama gue? Lo bilang perasaan itu bisa diliat dari tingkahnya iya kan? Itu artinya dia juga suka sama gue kan iya kan?"

Berpikir sesaat, Xiaojun berusaha menerka wanita seperti apa yang bersikap demikian pada pria brengsek macam Mark. Namun ia rasa semua wanita dibelahan dunia manapun akan merespon positif jika saja Mark tiba-tiba menyatakan cinta. Untuk memastikan kebenaran itu, Xiaojun harus memastikan satu hal penting lain terlebih dahulu.

"Kurang dari tiga minggu buat pedekate itu kecepetan, kecuali kalau lo setiap hari dan setiap detik ketemu dia, makan bareng dia, tinggal bareng dia, dan... tidur bareng dia?" Xiaojun menatap Mark. Dilihat dari tingkah pria itu, agaknya tebakanya tepat sasaran.

Mark tersenyum tulus, tangannya mengelus surai hitam Jisung dengan lembut dan pandangannya lurus pada wajah si bayi yang kini menatapnya. "Lo bener Jun, gue udah terbiasa banget sama dia. Bahkan gue hampir gak bisa hidup cuma karena dia gak ada dirumah. Pas gue udah tau kebenarannya, gue beneran gak mau ngelepas dia. Pengen dia ada buat gue terus. Dia, anak-anak, gue pe-"

"Anak-anak?" Netra Xiaojun membola, telinganya menajam berharap tak salah dengar.

"Ah!" Mark kembali melihat ke arah Xiaojun, "cuma lo yang belum tau ya?"

Kening Xiaojun berkerut, semakin tak mengerti akan kata-kata Mark yang bagai bualan. "Cuma gue?"

"Iya, Hendery sama Lucas udah tau kalau gue punya anak," ujar Mark santai.

Good DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang