"Daebbak! Mengapa dia tampan sekali!" ucapku saat menonton video EXO di ponselku.
Hana tiba-tiba mengambil ponsel itu dari tanganku, membuatku mengerutkan dahi.
"We?" tanyaku bingung.
"Apa kau tidak bosan menonton di ponsel terus? Ayo kita pergi menonton konser mereka secara langsung!" seru Hana
Aku menghela napas pelan. Siapa yang tidak ingin menonton konser mereka secara langsung? Semua orang pasti ingin, tetapi aku tidak akan pernah bisa mewujudkannya. Dari mana aku bisa mendapatkan uang untuk membeli tiket konser yang super mahal itu. Bisa membayar uang SPP sekolah saja aku sudah senang.
"Aku tidak punya uang untuk pergi ke konser, kau tahu sendiri aku bukanlah orang kaya. Uang jajan ku ke sekolah saja pas-pasan. Bisa nonton di ponsel saja aku sudah senang, apalagi nonton secara langsung...aaaah aku rasa aku bisa pingsan di tempat! Bisa ku bayangkan saat aku berada di konser, melihat Baekhyun, Chanyeol, Sehun, mereka semua, meminta foto, tanda tangan...."
Hana menoyor kepalaku.
"Berhentilah menghayal! Ayo pergi, kau sampai tak mendengar bel pulang!" seru Hana seraya beranjak pergi dari kelas.
Aku bergegas mengambil tas dan melangkah menyusul sahabatku itu yang belum jauh. Kami berdua berpisah di gerbang sekolah karena arah jalan pulang kami berbeda. Aku berjalan santai atau lebih tepatnya berjalan lemot. Para cacing yang sedang demo di dalam perutku tidak mampu membuat langkah kakiku berjalan dengan cepat. Pikiranku terus berputar pada PR Matematika yang diberikan oleh Pak Han tadi. Sungguh, itu benar-benar susah. Apa aku bisa mengerjakannya nanti malam?
Aku terkejut saat seseorang pria bertopi hitam dan memakai masker menabrak ku. Pria itu terlihat panik dan terburu-buru.
"Maaf!" katanya gugup.
"Tidak apa-apa!" kataku.
Sejenak kemudian aku terhenyak. Aku mengenalnya.
"Sehun!" seruku tak percaya.
Sebagai Kpopers atau lebih tepatnya EXO-L yang selalu mendengar lagu, menonton drama dan reality show para member EXO, aku sangat menghafal ciri-ciri dan suara mereka. Dan aku sangat yakin, yang berdiri di depan ku saat ini adalah Sehun.
Pria itu menutup mulutku saat diriku tadi dengan spontan menyebutkan nama Sehun. Sepertinya dia takut ada yang mendengar. Berarti dugaan ku benar. Oh God...mimpi aku semalam bisa bertemu dengan dia. Ini benar-benar nyata atau mimpi? Jika mimpi, tolong jangan bangunkan aku. Tiba-tiba terdengar suara jeritan para gadis dari kejauhan membuat Sehun panik. Ia menarik ku pergi berlari bersamanya. Jantungku berdegup dengan kencang. Entah mengapa kaki ini bisa berlari dengan cepat. Padahal tadi hanya untuk berjalan saja terasa berat. Mataku tak bisa lepas dari genggaman tangannya. Kami bersembunyi dibalik mobil yang terparkir di halaman sebuah rumah. Matanya terus bersiaga melihat kiri kanan. Ia menghela napas lega saat para gadis itu telah pergi melewati kami. Sehun melirikku yang berada di sampingnya sambil melepas genggamannya. Aku dengan cepat menunduk.