Hari berlalu dengan cepat. Sudah 2 minggu Hye ra bekerja di perusahaan itu, dan Mingyu selalu membuatnya kesal. Pria itu selalu mencoba mendekatinya. Hye ra memarahi Kyung soo yg tidak bekerja dengan becus menyingkirkan pria pengganggu itu.
"Aku menyuruh mu untuk menjauhkannya dariku! Apa yg sebenarnya kau lakukan selama ini? Dasar bodoh! Aku tidak bisa bergerak bebas, singkirkan dia sebelum kau yg ku singkirkan!" marah Hye ra di telpon pada Kyung soo.
Mingyu selalu mencoba mendekati Hye ra di waktu luangnya. Sehari tak melihat gadis itu seperti dunia tanpa udara yg ia rasakan. Mingyu beberapa kali hampir terluka saat sedang membuntuti Hye ra. Ia sering melihat gadis itu berkelahi dengan banyak pria besar seperti para gangster. Bukannya takut, Mingyu semakin penasaran dan ingin mengenal Hye ra lebih dalam.
"Aku sudah bilang padamu berulang kali, apa kau tuli? Menjauhlah dariku!" seru Hye ra pada Mingyu saat mereka berdua berada di Sungai Han.
"Aku sudah bilang padamu berulang kali, apa kau tuli? Aku tidak bisa menjauhimu!" seru Mingyu mengikuti cara berbicara Hye ra tadi.
Hye ra mendesah kesal melihat tingkah pria itu.
"We? Kenapa kau tak bisa menjauhiku?" tanya Hye ra ketus.
"Karena aku menyukaimu! Dari pertemuan pertama kita, aku sudah jatuh hati padamu. Itu alasan kenapa aku tak bisa menjahuimu." ujar Mingyu serius seraya menatap Hye ra intens.
"Kau akan menyesal nantinya telah mengatakan kalimat tak berguna itu padaku!" ujar Hye ra seraya tersenyum sinis.
"Aku pastikan itu tak akan terjadi!" ujar Mingyu membalas dengan senyuman manisnya.
Hye ra melihat Mingyu seraya mendengus kesal.
"Terserah kau saja! Tetapi aku sudah memperingati mu, jauhi aku jika kau tidak ingin terluka!" ucap Hye ra sebelum akhirnya melangkah pergi meninggalkan Mingyu.
"Sayangnya aku tidak bisa melakukannya, hatiku sudah diambil olehmu. Tunggu aku!" seru Mingyu berlari menyusul Hye ra.
Hye ra pergi ke rumah ibunya. Ayah dan ibunya sudah lama bercerai, maka dari itu mereka tinggal terpisah. Ibu Hye ra bekerja dibar kecil miliknya sendiri. Mingyu merasa risih saat melewati komplek perumahan tempat tinggal Ibu Hye ra. Banyak wanita-wanita muda yg berdiri di pinggir jalan dengan pakaian mini menggoda setiap orang lewat.
"Apakah kau tinggal disini?" tanya Mingyu seraya menghentikan langkahnya dan mengamati sekitar. Hye ra ikut berhenti.
"Tempat ini seperti tempat prostitu..."
" Prostitusi! Ya! Aku tinggal disini seminggu sekali! Hari-hari lainnya aku tinggal bersama Ayahku. Seharusnya kau tak mengikutiku ke tempat ini, mereka.." Hye ra menunjuk para wanita yg berdiri di pinggir jalan yg sekarang sedang menatap ganas pada Mingyu.
"Bisa memasangmu! Kau bisa pulang tanpa sehelai benang nantinya! Sebaiknya kau pulang secepatnya!" saran Hye ra.
"Tidak! Aku tak mau pulang! Aku tidak takut pada mereka, kau kan ada disini!" ucap Mingyu yakin.
"Whatever!" seru Hye ra lalu kembali melangkah.
Ia masuk ke dalam sebuah bar di ikuti oleh Mingyu. Bola matanya berputar mengamati setiap sudut ruangan bar itu, mencari sosok ibunya di antara wanita-wanita dan pria-pria yg sedang menikmati kesenangan mereka dengan cara masing-masing. Seorang gadis cantik bersurai panjang serta berpenampilan seksi menghampiri Mingyu.
"Oh.., siapa Pria tampan ini? Aku baru pertama kali melihatmu di sini? Siapa dia Hye ra?" tanya gadis itu sambil menggelayut manja di lengan Mingyu.
"Jangan menyentuhnya Mina!" seru Hye ra memperingati.
"Jangan seperti itu Hye ra! Kau pelit sekali. Aku baru pertama kali melihat mu membawa pria tampan ke tempat ini. Kenalkan dia padaku. Mungkin saja dia ingin bersamaku malam ini!" ujar gadis yg bernama Mina itu sambil mencolek dagu Mingyu. Mingyu benar-benar risih, ia ingin melepas gandengan gadis centil itu tapi tak bisa.
Hye ra belum menanggapi, ia masih sibuk mencari ibunya. Dan saat matanya menangkap sosok wanita yg dia cari sedang berciuman dengan seorang pria muda, tangannya mengepal.
"Hye ra, bolehkah ku minta dia!" bujuk Mina.
Hye ra menoleh lalu menatap nyalang pada gadis itu membuat si pemilik nama Mina tersebut mengatupkan bibirnya rapat-rapat tanpa berani membukanya lagi.
"Kojo! Enyalah dari hadapan ku, sebelum aku membuatmu menghilang dari muka bumi ini!" ucapnya sarat dengan nada mengancam.
Mina dengan cepat meninggalkan Mingyu dan Hye ra sambil ketakutan.
"Aah.., seharusnya kau mengancamnya dari tadi!" oceh Mingyu tak ditanggapi oleh Hye ra.
Hye ra berjalan cepat menghampiri Ibunya. Tanpa aba-aba ia menarik baju pria muda yg sedang mencium ibunya tersebut lalu melayangkan bogem ke wajahnya. Semua orang terkejut. Pria muda itu jatuh tersungkur dengan hidung berdarah.
"Hye ra! Apa yg kau lakukan?!" bentak ibunya keras.
Mingyu tak berani mendekat, ia hanya bisa melihat dari jauh. Tak peduli dengan bentakkan ibunya, Hye ra kembali menarik kerah baju pria muda itu.
"Dasar pria sialan! Umurmu berapa beraninya mencium ibuku! Kau tahu siapa yang kau cium? Seorang janda beranak satu! Wanita berumur 39 tahun! Apa ibumu tahu apa yg kau lakukan? Apa kau juga memperlakukan ibumu seperti pelacur?"
Buk!
Hye ra kembali melanyangkan pukulannya.
"Hye ra! Hentikan!" teriak ibunya sambil menarik Hye ra menjauh dari pria muda tersebut yg sudah babak belur. Hye ra berontak sambil berteriak.
"Eomma yg seharusnya berhenti!" bentaknya seraya menatap ibunya tajam dengan mata memerah.
"Apa kau tidak memiliki harga diri lagi? Kau rela di pegang dan dicium oleh seorang pria yg lebih pantas menjadi anakmu!"
Plak!
Satu tamparan melayang di wajahnya.
Hye ra menatap nyalang pada ibunya. Ia menghambur semua gelas dan minuman yg ada di meja, membuat semua orang takut dan pergi meninggalkan tempat itu.
"YA! Apa kau gila?" bentak ibunya.
"Tutup barnya, dan hentikan semua ini! Apa kau seorang pelacur?" bentak Hye ra dengan nada tinggi.
"Ya, aku seorang pelacur! Apa itu masalah bagimu? Kau malu? Kau kira dirimu lebih baik dariku? Ingatlah, kau anak ku berarti kau juga anak dari seorang pelacur. Dasar gadis sialan! Apa hak mu untuk melarangku berbuat ini dan itu? Kau yg memberiku uang? Kau yg memberiku makan? Urus urusanmu sendiri! Bukankah kau tak membutuhkan seorang ibu lagi? Kau punya seorang ayah yg bisa menjadi apa saja, kau hidup enak disana, jadi untuk apa datang ke tempat kumuh ini? Pergilah, aku tak butuh uang gajimu atau uang ayahmu! Dan aku tidak butuh ceramah mu! Aku punya kehidupan sendiri dan jangan mencampurinya. Pergi dan jangan pernah datang lagi, mulai saat ini jangan pernah menganggapku sebagai ibumu dan mulai saat ini juga aku tak pernah menganggapmu sebagai putriku! Enyahlah!"
*******
TBC!
Jangan lupa vote ma koment!
See you next Chapter 4 boomboom!
Pai-pai!