"Seharusnya sebelah sini," gumam Indonesia mengikuti denah yang tertera dalam brosur pemberian Hungaria. Sesuai janji, Indonesia pergi ke tempat kerja sambilan sepulang kerja.
Terus berjalan sambil memperhatikan alamat tiap bangunan yang dia lewati, langkahnya berhenti pada sebuah toko alat tulis. Mengecek alamatnya kembali dan yakin setelah melihat tanda papan toko yang juga sebuah percetakan, seperti yang tertera pada brosurnya.
"Indonesia?"
Mendengar namanya disebut Indonesia langsung menoleh ke si pemanggil.
"J-Jepang?! Mau apa kau? Jika kau bermaksud mendekatiku untuk memuluskan niatmu untuk mengencani Taiwan, ITU TIDAK AKAN TERJADI!" Indonesia tiba-tiba berteriak. Indonesia agak overprotektif menyangkut adik perempuannya.
Sepengetahuan Indonesia, Jepang dekat dengan Taiwan. Sebagai kakak, Indonesia merasa Jepang belum sesuai dengan standarnya sehingga tidak menyukai kedekatan mereka.
"Tidak Indonesia-san, aku tidak punya niatan seperti itu," jawab Jepang gugup. Padahal Jepang orang yang kalem, tiba-tiba disembur sama Indonesia seperti itu membuatnya bingung bagaimana harus merespon.
Beberapa menit kemudian maki-makian Indonesia mulai membuat orang di jalanan memandang aneh mereka berdua. 'Ah apa dia selingkuh?' 'Mereka mau putus?' begitulah pikir beberapa orang yang lalu-lalang di depan sebuah toko. Mungkinkan semua penduduk kota ini fujodanshi?
"Oi, pasangan gila!! Kalau mau bertengkar jangan di depan toko orang!" tiba-tiba seseorang datang dengan senjata di tangan, siap menyerang. Indonesia dan Jepang terperanjat hampir melompat dan berguling ke belakang.
"Oh, kalian berdua ternyata. Maaf reflek," ternyata sosok yang muncul itu Hungaria dengan wajan anti lengket kesayangannya. Agak malu-malu lalu menyembunyikan senjata berbahayanya di balik punggung.
"Hungaria-san" "Hungaria" ucap Jepang dan Indonesia bersamaan.
Hungaria mempersilahkan Indonesia dan Jepang masuk ke kantornya untuk membicarakan pekerjaan. Di sebuah ruangan kecil dengan satu meja kecil di tengah ruangan dengan empat kursi yang mengelilinya, di bagian sudut terdapat meja kerja dengan banyak berkas-berkas menumpuk di atasnya, sepertinya tempat kerja Hungaria atau ayahnya?
"Jadi, Hungaria, apa kerja sabilan yang kau tawarkan?" tanya Indonesia memulai pembicaraan setelah Hungaria menyuguhkan minuman.
"Sebenarnya...," melirik Jepang sebentar, Jepang hanya mengangguk mempersilahkan, "aku ingin kau bekerja di bagian cetak khusus," Hungaria melanjutkan dengan pelan.
"Cetak khusus? Memangnya beda dengan cetak biasa?"
"Cetak khusus itu bagian kerja yang sepenuhnya menjadi tanggung jawabku, mulai pemasaran, produksi, promosi, bahkan manajemen keuangannya dipisah dari keuangan di cetak biasa karena itu milik orang tuaku" Hungaria menjelaskan, "meskipun begitu omzetnya jangan dibandingkan dengan usaha cetak orang tuaku ya, punyaku hanya usaha kecil-kecilan," lanjut Hungaria dengan tawa.
"Jadi, kau kekurangan pekerja?" Indonesia lanjut bertanya.
"Iya, karena jumlah order sedikit, seringkali musiman, dan usaha ini belum terlalu besar, aku tidak bisa menjanjikan upah besar jika merekrut pegawai," jawab Hungaria sedikit menghela napas, "tiga bulan lalu aku sudah membuka lowongan kerja tapi tidak berhasil, mereka bilang tidak tertarik."
"Aku sedikit paham, di kota ini saja usaha cetak yang cukup besar ada beberapa. Mereka pasti lebih bisa menjajikan upah lebih baik dari usahamu," Indonesia mengangguk-angguk paham dengan analisis versinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alternate Universe Hetalia : Indonesia Story
General FictionKisah tentang perjuangan Indonesia sebagai pekerja keras agak mata duitan karena hidup susah dan merasa bertanggung jawab penuh untuk masa depan keluarganya, yakni sang ibu tiri Ukraina dan kedua adik tirinya, Singapura dan Taiwan, setelah meninggal...