"Dasar anak itu! Sama orang tua kok berani!" gerutu Inggris berjalan di lorong istana. Dia masih kesal karena Belanda mengatainya nenek sihir, seharusnya kakek sihir.
"*nyam*nyam* ken-uapa*nyam*slurp* Inggris?" tanya Amerika yang sedang asik mengunyah hamburger dan meminum milkshake di tangan kirinya.
Inggris makin marah dengan pemandangan di depannya. Langsung direbutnya kedua makanan junkfood itu lalu ia serahkan ke Seychelles untuk dibuang.
"Apa yang kau lakukan? Itu makanan kesukaanku," teriak Amerika dengan pilu. Seychelles agak tidak enak tapi itu demi kesehatan sang raja seperti kata Inggris. Amerika hanya pundung di pojokan meratapi makanannya telah pergi. Padahal belum habis, sayang sekali.
"Berat badanmu naik lagi! Kau ingin jadi sebesar apa? Kalau kau terus melebar aku yang repot."
"Heh? Kalau aku gendut kau tidak cinta lagi padaku?" Amerika memasang muka memelas andalannya. Inggris mulai terpengaruh.
"Bukan gitu, hanya untuk...urusan pri-....em maksudku urusan tertentu aku kerepotan," jawab Inggris pelan.
"Baiklah, aku—tidak rela sebenarnya–ingin kau membantuku diet," ucap Amerika. Dia pikir akan lebih cepat jika ikut saja alur keinginan Inggris.
"Ya kalau kau memaksa, aku tidak keberatan. Mau bagaimana lagi," ucap Inggris bangga.
Tiba-tiba Amerika teringat sesuatu.
"Sebagai ratu yang baik, aku akan membuatkan makanan diet khusus untukmu."
Amerika lupa jika sang ratu tidak bisa memasak makanan yang bisa dimakan, bahkan orangnya sendiri tidak sadar dengan betapa tak layak masakannya. Sayang sekali dia sudah tidak punya jalan kabur.
Hari ini, Amerika sukses muntah-muntah setelah memakan masakan Inggris yang dibuat dengan cinta. Sepertinya Amerika tidak ingin Inggris kecewa sehingga dengan senang hati dia memakannya. Setidaknya berat badan Amerika turun karena seluruh makanan di perutnya keluar semua.
~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~~(^-^)~
"Indonesia tidak kerja?" tanya Liechtenstein pada Indonesia yang dengan santai mencuci piring di dapur.
"Iya begitulah, hari ini sedang libur. Oh iya, Liechtenstein perlu sesuatu?"
"Aku hanya mengambil air untuk Nyonya Ukraina minum obat," jawab Liechtenstein ramah. Indonesia mempersilahkan.
"Apa dokter Swiss sudah selesai memeriksa ibu?" tanya Indonesia. Sepertinya hari itu Dokter Swiss sedang datang untuk memeriksa kesehatan Ukraina.
Liechtenstein mengangguk, "iya, nyonya akhir-akhir ini keadaannya membaik, kakak saya bilang tidak ada yang perlu dikhawatirkan," lanjut Liechtenstein.
Indonesia menghela napas lega, 'untunglah tidak keluar uang lebih ternyata, tabunganku aman,' pikir Indonesia bahagia.
'Ternyata Indonesia sangat mengkhawatirkan ibunya, aku ikut terharu,' pikir Liechtenstein salah paham melihat raut wajah Indonesia yang berseri-seri.
"Kau mau ke atas kan? Aku ikut denganmu," ucap Indonesia yang sedang mengelap tangannya. Acara cuci piringnya sudah selesai. Liechtenstein mengangguk mengiyakan lalu mereka berjalan menaiki tangga menuju kamar Ukraina.
"Sekarang lebih baik Nyonya Ukraina istirahat dan menjaga pola makan, dan jangan terlalu capek," ucap dokter, Swiss, yang juga kakak Liechtenstein.
"Padahal aku ingin membantu pekerjaan rumah," ucap Ukraina.
"Untuk sekarang jalan-jalan pagi sudah cukup untuk anda nyonya," si dokter menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alternate Universe Hetalia : Indonesia Story
General FictionKisah tentang perjuangan Indonesia sebagai pekerja keras agak mata duitan karena hidup susah dan merasa bertanggung jawab penuh untuk masa depan keluarganya, yakni sang ibu tiri Ukraina dan kedua adik tirinya, Singapura dan Taiwan, setelah meninggal...