"Jangan melamun saat pelajaran."
"Ha!? S-siapa? Apa? Oh, maaf," Belanda menjawab kaget noleh kanan kiri dan akhirnya malu karena ketahuan ngelamun.
"Apa ada masalah? Tidak biasanya kau melamun."
"Tidak ada apa-apa, Kanada."
"Ehem! Sudah kubilang berapa kali kalau saat pelajaran panggil aku profesor."
"Maaf, em..hanya sedang banyak pikiran Kan..em profesor."
Kanada hanya menghela napas, "kau benar-benar tidak fokus, cukup sekian pelajarannya." Ia berjalan ke meja Belanda lalu duduk di kursi yang ada di dekatnya, tak lupa Kuma..mm..jiro diletakkan dipangkuannya.
"Baiklah sekarang kita bicara sebagai paman dan keponakan. Ada apa? Apa Amerika melakukan sesuatu?"
Kanada adalah paman Belanda, karena dia adalah kakak Amerika yang merupakan ayah dari Belanda. Meskipun paman, Belanda lebih dekat dengannya dibandingkan ayah sendiri karena kesibukan orang tua.
Sewaktu kecil Kanada selalu menjaga Belanda walaupun Belanda sering kehilangan Kanada waktu bermain karena hawa keberadaan sang paman yang sangat tipis. Namun tetap saja, Belanda mempercayainya lebih dari siapa pun, setidaknya di wilayah istana.
"Aku ingin kau membatalkan pesta itu." Kanada terdiam sejenak mendengar ucapan Belanda.
"Kenapa? Itu kan hanya perayaan ulang tahunmu dan hari jadi Amerika dan Inggris."
"Jangan pura-pura tidak tahu Kanada. Mereka bermaksud mencarikan calon istri untukku dengan kedok pesta, memikirkannya saja aku muak." Saking kesalnya Belanda memukul mejanya yang tak bersalah. Kanada tidak terkejut dengan sikap keponakannya, hanya memperhatikan.
"Memangnya kau sudah punya calon sendiri? Atau orang yang kau sukai? Segera kenalkan pada mereka."
"Aku menyukaimu," ucap Belanda sedikit menundukkan kepalanya.
Hening. Kanada berpikir sejenak.
"Itu.... tidak bisa." Entah berapakali Belanda mengatakan itu sewaktu kecil karena Kanada selalu merawatnya di saat kedua orang tuanya sibuk. Ternyata perasaan itu terbawa sampai sekarang.
"Kenapa? Apa karena kau pamanku? Atau ada orang lain?"
"Sebenarnya dua-duanya."
Mendengarkan jawaban paman kesayangannya, Belanda menghela napas dan menempelkan dahi ke meja. Dia malu berat tidak siap ditolak sekarang.
"Menurutku kau perlu mengenal lebih banyak orang lalu temukan orang yang penting bagimu," Kanda mengelus-elus rambut keponakannya yang masih menempelkan wajahnya di meja.
"Aku sudah kenal banyak orang," jawab Belanda.
"Selain teman bisnis?"
"Aa..mm..akan kuusahakan."
"Itu bagus," Kanada beranjak dari kursinya, "sekarang kerjakan tugasmu, aku akan pergi sekarang."
"Kau ada urusan pekerjaan?" tanya Belanda.
"Semacam itu," jawab Kanada singkat lalu mengambil buku dan berkas di mejanya kemudian keluar dari ruang belajar.
Belanda mengangkat wajahnya. Terkejut bukan main melihat tumpukkan buku tebal di depannya dan beberapa lembar soal tugas hari ini. Diam-diam kejam juga pamannya, sudah ditolak, diberi tugas ekstra pula.
Tapi jika tidak dikerjakan entah semarah apa pamannya yang biasa kalem selalu menggendong (boneka) beruangnya. Mau tidak mau dia mulai mengerjakan tugas itu, hitung-hitung melupakan rencana gila orang tuanya pada pesta ulang tahunnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alternate Universe Hetalia : Indonesia Story
Narrativa generaleKisah tentang perjuangan Indonesia sebagai pekerja keras agak mata duitan karena hidup susah dan merasa bertanggung jawab penuh untuk masa depan keluarganya, yakni sang ibu tiri Ukraina dan kedua adik tirinya, Singapura dan Taiwan, setelah meninggal...