Siang yang panas di Mie Ayam Pak Loso Yogyakarta. Kutulis ini sembari menunggu makananku datang karena antrian yang cukup lumayan.
"Aku ga bakal cemburu, hal seperti ini ngga bisa bikin aku cemburu" itu kalimat yang muncul dari Lucid dulu.. sebelum kami akhirnya memutuskan untuk berpartner. Ya sejak awal dia tau tentang diriku yang sedang berpartner dengan orang lain. Walaupun kala itu dia belum tau tentang Zoya. Entah apa yang dilalui dengan dom yang sebelumnya hingga ia bisa berkata seperti itu. Kutertawakan omong kosong itu. Dia harus tau seperti apa egoisme dari seorang submissive tentang dimiliki dan memiliki. Rasa sakit dalam scene memang adiktif tapi aku bisa lebih dari itu. Aku adalah virus yang menjangkitimu.. memberimu semua rasa yang akan membuatmu enggan mencari obat penawarnya.
Ketidaksengajaan membuat kami saling bertemu dan memunculkan benang merah yang akhirnya mengikat kami dalam sebuah hubungan partnership D/S. Sebenarnya sedikit konyol kriteria dom yang dia cari. Yang dia inginkan adalah seorang dominan yang lebih tinggi tubuhnya dari dia dan coklat. Aku mentertawakan kriteria itu, tapi semua kriteria itu ada padaku diluar tentang dia yang sangat menikmati bau tubuhku dan juga karena aku seorang rigger. Kekecewaan yang dirasakan pada pasangan kami masing-masing malah membuat kami jadi semakin dekat. Kala itu dia masih terikat hubungan yang mengambang dengan partnernya yang sebelumnya dan akupun sebelas dua belas dengannya. Ada hal yang sedikit menghujam perasaanku dan meluluhlantahkan chemistry yang kubangun dengan Zoya. Haruskah ku ceritakan tentang Zoya? Mungkin lain kali akan kuceritakan tentang si mojang Bandung itu.
Aku tak sadar dia sempat menyandarkan kepalanya di punggungku kala pertemuan pertama kami. Aku yang sedang sibuk memilih kartu debit yang mana yang harus ku keluarkan untuk membayar tagihan kami di kasir. Ternyata dia memastikan bau badanku.. konyol bukan? Memang terkesan konyol tapi memang banyak hal unik yang terjadi yang makin mendekatkan kami. Kala itu masih tak terpikirkan dia akan menjadi bunny terbaikku. Hanya sekedar saling memperkenalkan diri lalu berakhir dia pulang dengan orang lain yang aku sendiri tak tahu itu siapa dan aku menikmati malam itu bersama angin dan bintang-bintang di langit. Semua mengalir pelan.. obrolan-obrolan ringan membawa kami tetap dekat walau hanya sebatas chat. Candaan tentang hal remeh hingga cerita tentang ketidaknyamanannya dengan dom yang akhirnya dia tinggalkan.
Akhir oktober menjadi titik awal kebersamaan kami. Dalam kondisi yang sangat lelah dengan hidupku aku merapat ke sebuah hotel di tengah kota Yogyakarta menemuinya. Kulewatkan event Yogyarockarta dan memilih untuk mencoba Lucid. Andai aku memilih merapat di Kridosono kala itu mungkin cerita yang muncul akan berbeda. Tak kupungkiri aku rindu untuk mendominasi setelah sekian lama menyimpan semua itu. Menyentuhnya membuat jiwa ini kembali menghangat. Perlahan mencoba saling mengenali. Entah kenapa aku merasa tak asing lagi dengannya.. terlalu mudah untuk saling mencocokkan diri. Kala itu tak bisa dianggap sukses sebagai sebuah scene.. tapi lebih dari menakjubkan bila dianggap sebuah perkenalan. Dan pada akhirnya kupasang collar di lehernya.. memilihnya untuk menjadi partner.. menginjeksinya dengan virusku.. tentang sebuah rasa.. rasa memiliki..
Dengan segala konsekuensi yang ada kami memulai hubungan ini. Saling membuka diri perlahan. Lebih dari hanya sekedar mengenal. Membuka diri.. mengenal.. menemukan luka.. dan saling mencoba mengobati.. belajar saling percaya dan mempercayakan potongan gelapnya hidup satu sama lain. Percayakah kalian tak ada pembicaraan tentang safeword? Tak ada satupun safewordnya selain "use me" yang baru kami sepakati kemarin. Saling membagi trauma di masa lalu dan bersepakat untuk berusaha saling mengobati trauma itu.. berbagi rasa nyaman.. saling menyentuh..
Moodbooster mungkin jadi pilihan terbaik untuk menggambarkan tentangnya. Dia hadir setiap saat dan berusaha mengembalikan mood yang runtuh di tiap lelahku. Sengaja tak kufilter setiap cerita yang kuceritakan padanya untuk melihat sejauh mana dia merasa memilikiku bahkan cerita tentang Zoya. Dengan apa yang telah kami lewati bersama, tak mungkin Lucid masih bertahan dengan statementnya. Dengan kalimat "Aku ga bakal cemburu"..
Sebuah ledakan terjadi di bulan januari. Sebuah cerita tentang rencana kedatangan Zoya membuatnya benar-benar meledakkan emosinya. Cemburu? Amat sangat cemburu. Rasa cemburunya bahkan membuatnya berani melompati janji yang pernah dia ucapkan padaku. Sakit? Ya kami sama-sama berusaha saling menyakiti di sini. Aku menyakitinya dengan rencana kedatangan Zoya dan dia pun menancapkan luka dengan pilihan yang harus ku ambil bila akhirnya aku mengiyakan kedatangan Zoya. Di sini aku berhasil membuatnya menelan kembali kata-kata "aku ga bakal cemburu" tapi tidak ada rasa bangga sama sekali yang muncul. Haruskah Lucid menancapkan luka yang sama layaknya yang Zoya tancapkan padaku? Haruskah runtuh lagi chemistry yang sudah sejauh ini kami bangun? Haruskah aku bersiap bertualang menuju persinggahan selanjutnya? Jawabku TIDAK!!! Aku lelah harus mengulang semua lagi dari nol. Aku telah memilihnya.. memilih Lucid menjadi persinggahanku. Dan disini Lucid memenangkanku. Aku melepas Zoya.. mencabut pisau yang ditancapkannya dan membiarkannya menemukan dominan lain yang mungkin lebih tepat untuknya. Menyesal? Aku lebih menyesal bila Lucid melangkahi janjinya yang berarti dia mengingkari kepercayaan yang sudah kutitipkan padanya. Kupertahankan seseorang yang mau berjuang untukku layaknya aku berjuang untuknya.
Aku memilikimu, kamu milikku.. itu yang sekarang ada pada diri kami. Sekarang aku bisa tersenyum menceritakan ini semua.. menceritakan fase yang harus kami lalui di awal tahun ini. Tentang rasa dari merasa dimiliki. Tentang egoisme dari seorang Submissive yang disebut cemburu.
-k4yMORPHEUS-
KAMU SEDANG MEMBACA
BERLABUH
Randomkuharap ini bisa jadi akhir petualanganku.. aku lelah.. semoga ini adalah tempat yang tepat untuk berlabuh