Yogyakarta, 3 mei 2019..
Ojek online yang kutumpangi melaju menuju ke sebuah hotel di kota ini. Perasaanku campur aduk. Canggung, tegang, rindu dan juga hasrat bercampur menjadi satu tanpa harmoni yang membuat pikiranku menjadi tak karuan. Begitu memasuki daerah Mrican ku kontak Lucid untuk memastikan dia bersiap menyambutku. Ada sebuah task yang memang kami sepakati begitu kami bertemu nanti. Sedikit bermain "hummi" di sesi awal.
Aku masih harus menunggunya di lobby begitu aku sampai di hotel. Ternyata kendaraan yang kutumpangi lebih cepat membawaku sampai ke hotel dibanding langkahnya dari kamar menuju lobby. Tak menunggu lama kulihat sosoknya berdiri dihadapanku. Cantik seperti biasanya dan yang terpenting sesuai dengan apa yang aku perintahkan. Dandanan minimalis dengan setelan kerja rapi dan berheels tinggi dia menyambutku. Tanpa bra dan menggigit "sapi" dari lobby sampai masuk ke room kami. Melewati ruang makan yang beruntung untuknya sedang sepi. Kali ini pun aku berusaha tampil rapi dengan kemeja lengan panjang flanel kebanggaanku dipadu celana street hitam dan sepatu gunung untuk mengimbangi penampilannya. Ku gendong ransel yang di dalamnya bersemayam "peralatan tempur tambahan" untuk sesi kami kali ini. Dia nampak canggung di tiap kali ada mata yang memandangi langkah kami menuju kamar kami di lantai 2.
Aku sangat merindukannya.. Benar-benar merindukan sosoknya.. Kami melalui bulan april yang amat terjal dan penuh goncangan di awalnya dan terus berusaha saling mempererat diri walaupun muncul goncangan berikutnya. Tapi kini kami kembali bersama.. berdua mencoba menikmati malam ini dengan skenario yang cukup panjang yang menumpuk di otak. Begitu banyak hal yang ingin kami gapai kali ini dan aku tak yakin mampu meraih semuanya. Satu hal yang pasti.. aku ingin meredakan dahaga rinduku kali ini. Aku kembali kepada penyakit lamaku.. canggung.. setelah sekian lama tak menyentuhnya membuatku merasa asing.. tapi itu tak berlangsung lama setelah Lucid mulai melumat bibirku dan kami mulai bergumul diatas tempat tidur. Semua tertata rapi sesuai yang ku inginkan. Gulungan tali di atas ranjang dan bertumpuk kain diatas meja. Aku masih sempat melihat sekeliling sambil tetap mencumbunya dan dengan liar tanganku mulai membuka setiap kancing dari kemejanya. Kami larut dalam kerinduan. Saling membagi sentuhan untuk melepas semua rindu. Kulumat satu per satu puting mungilnya. Hal yang kini aku lakukan adalah memberinya sedikit lebih pada takaran rasa sakit yang biasanya menjadi batasanku. More pain Kay.. She need more.. desahannya pelan dan itu adalah hal yang sangat kunikmati. Dia menggugah hasratku.. membangunkan si iblis kecil untuk mulai mengambil alih semua kontrol pikiranku.
Kuraih collar yang tergeletak dan segera melingkarkannya pada leher Lucid yang sudah sedari tadi menunggu. Ini waktu untuk memulai semuanya. Kuikat tangannya dengan ikat pinggang lalu menariknya ke depan cermin dan mengikat tubuhnya di kursi dengan posisi kaki yang terbuka dan terikat kebelakang. Aku sengaja membiarkan dia tetap dengan celana dalamnya. Aku ingin Lucid membasahi celana dalamnya. Kali ini yang ingin ku lakukan adalah menyiksa kedua putingnya. Tit torture.. she need more pain Kay.. 2 buah jepit jemuran menggigit kencang kedua putingnya. Kubiarkan dia sejenak merasakan rasa sakit itu lalu kuberi dia ekstra bonus 4 jepit bambu di setiap buah dadanya. Mimik mukanya mencerminkan rasa sakit yang dia rasakan. Dan sengaja aku melewatkan blindfold agar dia tau aku menyukai semua yang kulakukan padanya dan juga respon dari tubuhnya sangat aku nikmati. Sentilan pelan pada tiap jepit menambah rasa ngilu yang dia rasakan. Kuselipkan egg vibra untuk semakin mengganggu fokusnya. Mau tau yang lebih nikmat lagi? Melepas semua jepit itu dengan gulungan tali jute yang membuatnya menjadi flogger.
Puas menyakiti putingnya, kulepas semua ikatan yang mengekang Lucid di kursi lalu kutarik dia menuju tempat tidur dan membuatnya terlentang disana. Pangkal pahanya sudah sangat basah saat jariku mulai menyapa clitnya. Dengan gunting ku buat sebuah lubang pada celana dalamnya lalu memasukkan kepala dari magicwand ke lubang itu hingga menyentuh clitnya dengan vibrasi. Perlahan tapi pasti squirt mulai membasahi celana dalamnya dan terus berulang. Semakin basah dan semakin basah.. memang itu yang kuharapkan. Tubuhnya sudah bergetar berkali-kali, squirt sudah membasahi selimut dan juga lantai.
Kembali kubawa Lucid menuju cermin dengan tarikan Leash. Kini semakin dekat. Sambil berdiri kutahan kepalanya supaya dia terus melihat bayangannya di cermin. Kugertak tegas setiap kali dia coba menutup matanya. Dia sudah melewati ketidaknyamanannya tanpa blindfold nampaknya. Lucid masih terus menikmati setiap tease yang aku lakukan.
"Jilat dia!!"
tanganku mendorong kepalanya menempel di cermin. Lucid mulai menjilati bayangannya sendiri. Aku mulai menyibukkan tanganku kembali memainkan vibra sambil sesekali membentaknya tiap dia mulai menutup matanya. Yang ada bersamaku sekarang bukan lagi Lucid yang bergantung dengan blindfold.. yang bersamaku sekarang adalah Lucid yang sangat menikmati saat melihat dirinya sendiri ku permainkan. Menikmati semua arahan dan tease yang kuberikan padanya.
Entah kenapa aku masih merasa celana dalamnya masih kurang basah. Padahal bagian sekitar selangkangannya sudah basah kuyup. Dengan sebuah gunting besar mulai kupotong setiap sisi celana dalamnya.. dimulai dari sisi kiri lalu sisi kanannya.. kini Lucid benar-benar telanjang dan celana dalamnya ada di genggamanku.. dan dengan sedikit tease mulai kupermainkan lagi selangkangannya dengan celana dalam yang kugenggam. Tak perlu waktu lama untuk menjadikan celana dalam itu basah kuyup. Dengan tangan kiri ku tahan mulutnya agar terbuka lalu kupaksa dia melihat dirinya sendiri di cermin. Dengan tangan kanan kujejalkan celana dalam yang basah ke dalam mulutnya penuh lalu kutahan dengan sebuah cleave gag. Degrade time.. aku masih memaksanya melihat tubuh telanjangnya di cermin sambil tetap mempermainkannya.
"Wanna fuck?!"
Dia hanya menjawab dengan anggukan dan suara yang tak begitu jelas yang sekilas kudengar seperti yes kay fuck me please. Kembali leash kutarik menuju sisi tempat tidur. Kuposisikan dia menungging dengan kepala diatas tempat tidur. Aku duduk dibelakangnya sambil mengacungkan 2 jari kananku dibawah selangkangannya.
"Make my fingers wet first!!"
Dengan sedikit kasar aku memasukkan kedua jariku ke dalam lubang senggamanya dan memaksanya untuk menggerakkan tubuhnya. Tubuhnya mulai bergerak naik turun berusaha membuat kedua jariku basah.
"Ini ngga akan selesai kalo aku belum merasa cukup basah"
Dia mulai mempercepat ritme geraknya. Sebenarnya jariku sudah terasa basah tapi aku masih ingin dia berusaha lebih membasahi jariku. Beberapa kali kudengar dia mendesah. Aku sangat menikmati sesi ini. Setelah beberapa saat kutarik dia untuk naik ke atas tempat tidur.
"Time to fuck bitch!! Be a good dog!!"
Kuberikan reward dengan posisi terbaiknya.. Doggystyle.. desahannya membuatku bersemangat.. kutarik cleavegagnya dari belakang yang membuat posisi tubuh atasnya jadi terangkat. Entah apa yang harus kunikmati dari ini.. yang kulakukan hanya membuatnya menikmati rewardnya. Berharap kedepan Lucid bisa mengajariku cara menikmati ini setelah sebelumnya dia sukses membuatku menang melawan rasa takutku untuk melakukan ini.
-K4Y-
KAMU SEDANG MEMBACA
BERLABUH
Randomkuharap ini bisa jadi akhir petualanganku.. aku lelah.. semoga ini adalah tempat yang tepat untuk berlabuh