Bab 1

6.2K 149 28
                                    

Kata orang sakitnya hidup akan memberimu pelajaran, memberimu kekuatan. Lantas mengapa sakit dijiwa yang tak berkesudahan ini tak mendapatkan apa-apa? Nestapa kian menenggelamkan raga ini.

...

Bangunan megah milik SMA Tarunawijaya itu penuh dengan euforia teriakan dari penonton basket. Teriakkan histeris menggema ke seluruh penjuru gedung megah tersebut.  Panas terik diluar seakan merambat membakar lebih semangat tim Galaksi, pasalnya tinggal satu angka mereka akan memenangkan pertandingan ini. Tim Galaksi yang menjadi tuan rumah kali ini mengundang salah satu tim basket yang digadang-gadang akan mengikuti seleksi untuk bergabung dengan tim resmi Indonesia. Tapi sepertinya semua orang tahu tim mana yang akan maju nantinya.

"Galaksi! Galaksi! kalian pasti bisaaa!" Kembali, gemuruh teriakan di tribun penonton memenuhi gedung Tarunawijaya.

Pertandingan terus berlanjut hingga satu cetakan angka langsung di bawa oleh kapten Galaksi, Zayn Alkenno. Tiupan pluit dari sang wasit memekakan telinga, menandakan berakhirnya pertandingan sekaligus kemenangan yang diperoleh Galaksi, bersamaan dengan teriakan heboh dari warga Tarunawijaya. Kaki-kaki penuh gembira langsung berdatangan menyerbu lapangan untuk menghampiri personel Galaksi. Semua tim Galaksi memyerukan kemenangannya, sembari berfoto ria dengan sahabat, teman, dan pacar.

Namun lain halnya dengan sang kapten Galaksi.

Zayn Alkenno, salah satu pemuda emas Tarunawijaya yang memiliki perawakkan di atas standar, tak heran jika cowok bertubuh tegap itu menjadi incaran para kaum hawa. Namun, sifatnya yang terbilang cukup sangar itu membuat para siswi Tarunawijaya musti berpikir ratusan kali untuk mendekatinya.

"Bang, mau kemana lo? Kelar ini kita mau rencanain buat barberque-an entar malam!" teriak Leo, salah satu personel Galaksi.

Sembari mengangkat ransel hitamnya ke atas bahu, Zayn menoleh ke arah Leo. Ia menggeleng. "Kalian aja, gue mau balik." Zayn mengayunkan kakinya menuju pintu tribun, tak peduli teriakan Leo dan teman-temannya di belakang sana.

Zayn hampir menaiki motor kawasaki ninja miliknya saat sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya. Zayn berbalik, menemukan sosok gadis cantik nan manis yang menatapnya dengan senyum lebar. Zayn tertegun sejenak. Ia tak tahu darimana asalnya hawa panas yang mendadak perlahan membakar hatinya saat ini.

Gadis cantik itu, Jesicca Milana namanya. Gadis yang kini masih mengisi relung hati Zayn. Cinta? Oh tidak. Tidak sama sekali. Mungkin Zayn harus belajar banyak tentang melupakan, karena nyatanya rasa benci terhadap gadis manis tersebut lebih mendominasi seisi hatinya.

Zayn menarik pelan lengannya dari genggam Jesicca, membuat senyum dibibir gadis itu nyaris rapuh. Jesicca membasahi bibirnya sebelum menarik sudut bibirnya lebih lebar lagi. Ia mencoba menguatkan hatinya.

"Gue cuma mau ngucapin selamat karena lo udah menangin pertandingan tadi, lo keren banget! Tadi gue hampir mau loncat dari tribun tau gak, pas lo masukin angka terakhir. Sumpah demi apa, lo keren abis, Ze!" Jesicca menyuarakan isi hatinya seolah dialah yang telah memenangkan pertandingan tersebut. Napasnya terengah penuh antusias.

Zayn tak menanggapinya. Ia menyalakan motor lalu menarik gas, berlalu meninggalkan Jesicca yang bergeming menatap kepergiannya.

Mata indah Jesicca memandang nanar kepergian Zayn. Ia tak tau apa yang harus dilakukan. Teriak pun percuma. Marah apa lagi. Jesicca tak bisa, bahkan tidak akan pernah bisa. Sebab dirinya tahu, siapa yang paling berhak marah disini. Seharusnya Zayn mencaci maki saja dirinya, memukul pun tak apa bagi Jesicca. Tapi tidak. Zayn bersikap dingin. Menganggap Jesicca tak pernah ada, dan itu lebih menyakitkan dari apapun.

Sepasang mata hitam bening yang tak sengaja memperhatikan interaksi tak berbalas itu hanya bisa mengerutkan kening. Sisi kemanusiaannya merasa sedih, ia bisa merasakan bagaimana sakitnya diacuhkan seperti itu. Dan siapa sih laki-laki tadi? Huh, lagaknya sombong sekali. Meski hanya punggung tegap itu, mata hitam beningnya bisa melihat bahwa laki-laki tadi pasti salah satu tim basket Tarunawijaya.

Ah, biarpun dia tidak menonton pertandingan basket—yang sejak Minggu kemarin menjadi topik terpanas dibicarakan di Tarunawija—dia yakin Tarunawijaya yang mendapatkan kemenangan kali ini. Telinganya tak sengaja mencuri dengar dari beberapa siswa yang baru keluar dari gedung olahraga tadi. Oh, dia mengerti sekarang, gadis tadi pasti salah satu fens tim basket Tarunawijaya, dia mungkin ingin mengambil foto atau hanya sekedar membarikan ucapan selamat, tapi sayangnya si cowok tadi terlampau angkuh nan sombong. Huh, mentang-mentang sudah menang, bisa sesombong itu.

Gadis itu lantas mengangkat bahu sambil melangkah ringan ke arah taman.

•••

Me and You | Selesai✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang