9

10.7K 566 8
                                    

"Cepat selesaikan Andrew! Setelah itu kau antarkan keruangan Meeting!" Ujar Daisy, sementara Andrew hanya mengangguk dan masih berfokus didepan komputernya.

Daisy menghela nafas kasar berdiri didepan sebuah pintu, Mr. Osborn memintanya untuk berbicara empat mata. Daisy mulai berpikir ini bukanlah rapat sungguhan yang dihadiri seluruh staff, ini lebih kepada sesuatu yang pribadi dan Daisy benci ini terjadi.

Tidakkah pria itu sadari? Dirinya tak menginginkan pria itu sama sekali, dan sepertinya Mr. Osborn tidak pernah mundur.

Tangannya beralih kearah gagang pintu, membukanya dan benar saja pria itu telah duduk manis dikursi paling ujung. Masih terlihat tampan ketika brewok dirahang kokoh tersebut mulai menebal, setelan kerja rapih seperti biasa, ia duduk dengan bersilang kaki dan kedua tangan bersidekap didepan dada.

Daisy memasuki ruangan rapat dengan wajah santai, duduk diukursi paling ujung berseberangan jauh dari Mr. Osborn.

Ia mempersiapkan bahannya dan mulai membuka rapat, "tidak perlu repot-repot Miss Yeager, aku telah memutuskan untuk tidak lagi menyuplai untuk perusahaanmu..." potong Mr. Osborn sebelum Daisy membuka suara.

"Maksudmu Sir?"

"Aku hanya tidak ingin bekerja dengan orang yang tidak profesional."

"Profesional?" Dahi Daisy berkerut bingung.

"Ya, dan jika seseorang telah menyetujui sebuah kesepakatan dari awal, maka kesepakatan itu harusnya dituntaskan..." ujar Mr. Osborn membuat hati Daisy memanas mendengarnya.

"Jadi ini sebuah ladang bisnis atau hanya sekedar affair?" Tanya Daisy tak mau kalah seraya menaikan dagunya.

Pria itu berdiri dari duduknya, langkahnya begitu pelan menuju Daisy sementara jari telunjuknya menyentuh meja.

Daisy masih duduk sopan seolah tak terpengaruh oleh gerakan pria itu, karena Daisy memang tidak perduli. Pikirnya, jika seseorang telah mempergunakan bisnis hanya untuk kesenangan, maka berakhirlah kesepakatan yang dibuat. Karena Daisy lebih mengutamakan pekerjaan dibanding urusan pribadi.

"Ehm... jika itu keputusanmu Sir, lagipula aku tidak bisa bekerja dengan seseorang yang tidak dapat membedakan bisnis dan seks." Desis Daisy seraya menatap tajam kearah Mr. Osborn yang telah berdiri menjulang disampingnya.

Demi tuhan, Daisy bukan wanita yang mudah goyah pendiriannya hanya karena satu gertakan.

"I like you Miss Yeager... bagaimana jika kau menjadi istriku lalu tidak usah repot bekerja dan biarkan aku yang mengelola perusahaanmu-"

Plak!

Satu tamparan keras mendarat diwajah tampan itu, Mr. Osborn sedikit terkejut dengan keberanian wanita itu namun ia hanya tersenyum miring seraya mengusap kasar pipinya. Daisy mengepalkan kedua tangannya ketika ia sontak berdiri dan menghajar wajah tampan Mr. Osborn.

"Watch your mouth Sir! Aku bisa saja membuatmu tunduk kepadaku, tapi jujur saja kau buka tipe pria yang aku inginkan meskipun wajah tampanmu itu dapat menyembunyikan sifat busukmu!" Cecar Daisy seraya menunjuk wajah Mr. Osborn, ia berniat meninggalkan pria yang telah menginjak harga dirinya barusan.

Brak!

Mr. Osbron menghentak tubuh Daisy dan mendudukannya dimeja, wajah Daisy memerah menahan amarah. Pria itu sudah berlaku kurang ajar kepadanya, ingin berusaha melawan tapi Mr. Osborn menahan tubuh dan kedua tangannya.

"Apa yang kau cari Miss Yeager? Wajahmu yang cantik itu beberapa tahun lagi akan keriput dan kau masih sendiri..." desis Mr. Osborn menyentuh dagu Daisy.

"I'm not alone anyway...." bohong Daisy, ia harus mencari sebuah cara agar orang gila ini lekas pergi dari hidupnya dan memutuskan bisnis gila yang ternyata hanya berlandaskan seks.

"Oh yeah? Siapa pria bodoh yang telah ditaklukan oleh wanita sepertimu?" Tanya Mr. Osborn, Daisy terdiam dan hanya menggigit bibirnya. Melirik kesana-kemari sementara Mr. Osborn memiringkan kepala menunggu jawabannya.

Tok... tok... tok...

"Masuk!" Ujar Daisy buru-buru.

Cekle...

"Miss, ini berkas yang kau minta sudah selesai-" seketika tubuh Andrew membeku ditempatnya, melihat bosnya duduk dimeja dengan kedua kaki terbuka sementara Mr. Osborn tepat berada diantara kedua kaki Daisy.

"He is..." desis Daisy seraya mendorong Mr. Osborn menjauh dan berjalan kearah Andrew.

Melihat tatapan yang dilayangkan kepadanya, Andrew hanya bisa terdiam dengan beberapa kertas ditangannya.

Seketika jemari Daisy menarik tengkuk Andrew dan memiringkan kepalanya.

Cup!

Kedua mata Andrew terbuka lebar, bosnya yang super seksi itu mengecup bibirnya tanpa permisi.

Rasa manis dan kenyal terasa dibibirnya, Daisy sungguh manis. Bibir seksi yang selama ini selalu mengeluarkan kata-kata pedas itu ternyata sangat manis dari yang ia duga, dan juga kenyal.

Dan, oh... Andrew sangat menyukai ketika bibir kenyal itu bermain dengan bibirnya, apalagi ketika lidah wanita itu terjulur keluar dan menggoda bibirnya untuk terbuka. Saliva miliknya dan Daisy bercampur menjadi satu dan membuat suara kecupan nyaring diruangan tersebut, kini jemari bercat kuku merah tersebut menyentuh rahang Andrew, memperdalam ciuman mereka dan entah mengapa Daisy menjadi sangat rakus kali ini.

Ini pengalaman ciuman yang paling panas, yang pernah Andrew rasakan. Dan ia tidak menyesal telah melakukan ini dengan bosnya sendiri, tapi yang membuatnya tidak nyaman adalah pria yang berdiri tak jauh dari mereka itu masih terdiam menyaksikan kegiatan mereka.

Suara kecupan nyaring menandakan usainya kegiatan ciuman mereka, Andrew mengelap bibirnya sendiri dan menunduk malu. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Daisy melakukan itu? Dan yang paling terpenting, mengapa ia turut menikmatinya?

Daisy menoleh kearah Mr. Osborn, melihat wajahnya yang tidak dapat diartikan.

"Now you see? Sekarang angkat kakimu dari bangunan kantorku dan jangan pernah kembali kemari!" Ketus Daisy dan mengajak Andrew keluar dari ruangan.

Andrew, pria itu sempat pamit kepada Mr. Osborn sebelum akhirnya membuntuti Daisy keluar dari bangunan kantornya menuju parkiran.

"Miss...?" Panggil Andrew beberapa kali, langkah wanita itu sungguh besar dan Andrew setengah berlari mengikutinya.

"Miss?"

Daisy melempar kunci mobil dan duduk dijok penumpang, membiarkan Andrew menyetir sementara ia menenangkan sakit kepalanya. Setelah ini ia harus mencari supplier anggur guna menutupi permintaan yang membludak.

Setelah adegan ciuman tadi, jujur saja Andrew menjadi tidak tenang. Sesekali ia melirik Daisy yang duduk disampingnya seraya memijit pangkal hidungnya sendiri.

"Miss?"

"Jangan banyak tanya Andrew! Jalan saja!" Ujar wanita mengusap kasar wajahnya.

"Baiklah...." jawab Andrew pasrah, padahal ada sesuatu yang membuatnya resah sedari tadi.

Sesuatu yang mengganggu hati dan mulutnya seolah ia ingin mendengar jawabannya langsung dari bibir wanita yang tadi menciumnya.

Andrew berdeham, menghembuskan nafas kasar. Ingin bertanya tapi takut jika membuat Daisy marah padanya.

"Miss, boleh aku bertanya?" Ujar Andrew mulai memberanikan diri.

"Hmm..." gumam Daisy, kepalanya menyandar dan kedua matanya tertutup. Sepertinya wanita itu benar-benar menyimpan beban, tapi rasa keingintahuan Andrew lebih besar saat ini dan akhirnya pertanyaan itu meluncur juga dari mulutnya.

"Apa tadi kau menciumku hanya untuk membuat Mr. Osborn cemburu?"

***

To be continue

12 Februari 2019

DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang