23

5.3K 354 15
                                    


Kedua matanya fokus pada selembar kertas yang ia pegang, membaca setiap kalimat yang tengah ia cerna dan lama kelamaan membuatnya sedikit bersalah. Kecewa pada dirinya sendiri karena kelalaian dan kecerobohannya yang dinilai tidak profesional dalam pekerjaan, Daisy harusnya berpikir dahulu sebelum bertindak, seharusnya ia tidak berhubungan dengan sekertarisnya lebih dalam lagi.

Sekarang lihat apa yang terjadi, ia tengah membaca surat pengunduran diri Andrew. Sementara pria itu duduk didepan meja kerjanya dengan rapi menunggu tanggapan darinya, Daisy melirik pria itu sekilas, tak ada rasa bersalah sedikitpun dari wajah tampan nan polos itu. Tapi Daisy tahu ia tengah gelisah saat ini.

Daisy menghembuskan nafas kasar, menaruh lembar kertas tersebut diatas meja.

"Andrew, apapun yang kau pikirkan tentang malam itu, it was nothing..."

"Yes Miss, it was nothing..." potong Andrew sebelum Daisy melanjutkan kalimatnya, mengulangi perkataan Daisy seraya menatap wajahnya dengan pandangan kosong. Bodoh! Itu adalah wajah terbodoh yang pernah Daisy lihat. Seperti ia tidak memikirkan malam itu padahal Daisy tahu, perasaan pria itu masih sangat peka mengingat kejadian malam itu.

"Itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan Andrew, aku berharap kau bisa bersikap profesional" kata Daisy, Andrew tersenyum. Menampilkan gigi putihnya dan Daisy merasa horor melihat senyuman aneh itu.

"Bukannya kau yang bersikap sangat tidak profesional Miss? Tidakkah kau ingat? Kau menciumku tepat dihadapan Clientmu dan menggunakanku agar hubungan kalian berakhir?"

Deg

Wajah Daisy terasa dingin, bagai tersambar petir jantungnya seakan berhenti berdetak saat itu juga.

Pernyataan Andrew barusan berhasil menohok perasaannya, sayangnya tuduhan pria itu benar. Dan bodohnya ia telah terperangkap dengan permainan yang ia mulai sendiri.

"Andrew... jujur saja aku masih membutuhkanmu disini" Daisy berdeham, mencoba mengalihkan pembicaraan sebelum ia benar-benar kehilangan kewarasannya.

"Membutuhkanku diatas ranjangmu maksudmu?"

Sial...

Daisy mengumpat dalam hati, ingin sekali ia menampar wajah tampan yang pernah mencuri perhatiannya tersebut.

"Andrew bisakah kau fokus pada pekerjaan?"

"Bisakah kau Miss?" Ucapan Andrew barusan seperti menantang dirinya, Daisy menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya, berada satu ruangan bersama Andrew ternyata membuat pasokan oksigen disekitarnya terasa menyempit.

Pria itu memiliki segudang jawaban yang dapat menjatuhkan harga dirinya sebagai atasan dan juga sebagai seorang wanita, seperti ia betul-betul mengerti pasal wanita.

"Oke, jika itu yang kau inginkan. Kau ingin mengundurkan diri? Silakan! Aku tidak akan mencegahmu..." ujar Daisy merasa frustasi, jika begini terus ia bisa terjebak kedalam permainannya sendiri.

"Aku tidak akan melakukannya jika kau membayarku lebih" ujar pria itu, Daisy mengepalkan tangan. Baiklah, pria itu mulai bermain-main dengannya.

"Aku akan membayarmu tiga kali lipat..."

"Aku tidak mau dibayar dengan uang"

Daisy terdiam, hari ini pria itu benar-benar dapat membuatnya terkejut.

"Lalu?"

"You know what i mean, Miss" Andrew tersenyum, bibirnya membentuk lengkungan tipis yang sialnya sangat menggoda bagi Daisy.

"Cukup Andrew! Kau tetap bekerja untukku!" Ujar wanita itu dengan tajam seraya bangkit dari duduknya, membuka pintu ruangannya dengan lebar.

"Sekarang keluar dari ruanganku!" Desis Daisy, wanita itu berkacak pinggang disamping pintu.

Andrew yang mengerti maksud dari wanita itu lalu mengambil selembar kertas yang ia berikan kepada Daisy.

Berjalan pelan keluar ruangan dan melewati Daisy, wanita itu membuang muka saat Andrew menoleh kearahnya.

Brak!

Dan pada akhirnya Daisy menutup pintu dengan kasar, tak perduli pria itu merasa atau tidak. Ia bersandar didaun pintu, mengusap wajahnya sendiri sementara pria itupun bersandar diluar pintu.

DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang