22

5K 321 0
                                    


"Dimana adikku?" Kalimat pertama yang keluar dari bibir Daisy karena ia khawatir akan keadaan adiknya, mesti ia yakin Anthonio dapat dipercaya.

"Dia baik-baik saja, dia sedang mengandung, dan terlihat sangat sehat." Jawab Anthonio, Daisy mengangguk mengerti.

Dari wajah lesu itu Anthonio dapat melihat kesedihan, dan seperti biasanya. Daisy masih mengetatkan jaket yang dipakaikan Anthonio, dingin ditubuhnya tidak seperti dingin dihatinya, membeku layaknya tidak pernah mendapatkan kehangatan.

"kau baik-baik saja?" Anthonio menarik dagu Daisy, wanita itu menggeleng dengan kedua matanya berkaca-kaca.

"Hey don't cry, come here!" Ujar Anthonio, dan pada akhirnya Daisy menumpahkan segala kesedihannya dibahu Anthonio.

Pria itu mengelus pelan bahu Daisy guna menenangkan wanita itu, tubuhnya bergetar seiring bulir bening itu membasahi pipi mulusnya. Ia butuh tempat untuk bersandar, ia butuh seseorang yang mengerti dirinya. Hanya beberapa sahabat yang ia miliki, dan beberapa diantaranya yang paling mengerti dirinya dan segala kegilaannya hanyalah Anthonio.

"It's okay baby..... tumpahkan segala emosimu, kau membutuhkannya." Ujar Anthonio, wanita itu menangis sejadi-jadinya. Untuk pertama kalinya ia mendengar wanita itu menangis kembali setelah beberapa tahun lamanya, terakhir kali Daisy menangis adalah hal yang sangat menyedihkan bagi hidupnya, dan kini terulang kembali, itu artinya sesuatu benar-benar membuat hatinya terluka hingga membuatnya seperti ini.

"Kau tidak harus bersedih Daisy, jika kau pikirkan kembali pria itu bukanlah pria yang baik untukmu..." kata Anthonio, Daisy tidak terkejut jika Anthonio tiba-tiba berkata seolah ia tahu segala permasalahan dirinya. Anthonio selalu tahu kehidupan sahabatnya sendiri.

"He's not good enough for you, kau pantas mendapatkan yang lebih baik." Ujar Anthonio meyakinkan, Andrew adalah bocah labil, yang Anthonio takutkan pria itu tidak dapat menjaga dan memperlakukan Daisy dengan baik, seliar-liarnya Daisy tetaplah wanita yang harus dilindungi dan dikasihi.

"Aku memiliki tanggung jawab atas adikmu sekarang Daisy, aku tidak bisa menjagamu lagi, kau butuh seseorang yang dapat menjagamu. Tapi tidak seperti Andrew" dan pada akhirnya ia menyebutkan nama itu, itu artinya Anthonio benar-benar mengetahui segalanya. Dan ucapan Anthonio ada benarnya, Andrew bukanlah pria yang baik untuknya.

Ia butuh seseorang yang mengerti dirinya, mengerti kegilaan dan segala fantasi liarnya. Bukan seseorang dengan pemikiran labil dengan emosi yang tidak terkendali seperti itu.

"Aku selalu mendukungmu Daisy, meski dengan segala kegilaanmu. Kau orang baik, kau wanita cerdas dan penuh prestasi, Ayah dan Ibumu pasti sangat bangga melihat putrinya saat ini. Dan mereka pasti akan kecewa jika putrinya tersakiti seperti sekarang ini, maka dari itu, kau harus menentukannya Daisy, aku tahu kau bisa..." jelas Anthonio panjang lebar, otak Daisy berpikir dengan keras.

Kaos berwarna putih yang dipakai oleh pria itu telah basah karena tangisnya, Daisy menarik wajahnya dari sana. Menatap pria itu memandangnya seraya mengelus rambutnya, "maafkan bajumu menjadi basah.." ujar Daisy, Anthonio hanya tertawa renyah, membuat mereka berdua tertawa bersama-sama.

"Ayolah Daisy, jangan membuatku malu seperti itu. Kau adalah wanita kuat" Anthonio mengusap bulir bening itu dari wajah dan kelopak mata Daisy.

"Air mata hina ini harus segera disingkirkan, semua masalah itu harus segera diselesaikan agar hidup kembali seperti sedia kala" Anthonio menaruh beberapa helai rambut Daisy yang ada diwajahnya, merapihkan kembali jaket yang dikenakan oleh wanita itu dan membuatnya terlihat segar kembali.

Daisy sudah seperti adik bagi Anthonio, wanita yang cantik itu memang memiliki fantasi liar. Tapi itu tidak semata buruk dimatanya, setiap insan dibumi ini memiliki fantasi dan keinginannya tersendiri, tidak ada yang salah dengan hal itu, hanya saja tidak perlu menyakiti perasaan orang lain.

DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang