03.03

3.7K 109 12
                                    

Malam itu berbeda. Ya, entah perasaan ku saja atau memang benar benar tak seperti biasanya. Aku menutup mataku rapat berharap menetralkan rasa gelisah dihatiku, tidak. Tidak hanya hati. Pikiran dan tubuhku bahkan seolah saling bersatu meeriakkan kegelisahan itu.

Jarum panjang di Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.40 namun, gadis itu belum juga pulang. Entah apa yang ia lakukan aku tak pernah mengerti. Bukan sekali dua kali aku dan dia mengalami hal serupa. Betengkar hanya karna berbeda pendapat lalu melemparkan barang apa saja kedinding dan beralalu pergi ketika ia merasa jenggah akan akhir yang tak berarti.

Bukan, bukan aku ingin membenarkan diriku. Aku hanya terlalu lelah dengan perasan ini. Entah sudah berapa kali dia memilih pergi ketika terjadi masalah antara aku dengan dia. Sudah sering!hingga berakhir dengan aku yang merayunya untuk pulang. Meminta maaf, mengalah, membenarkan semuanya dan menyalahkan diriku karenanya. Apa harus selalu aku? Kenapa tidak sekalipun ia mau mengalah untuk hubungan ini. Aku kalut, gelisah, marah dan sedih. Malam ini terasa benar benar berbeda dibanding malam malam sebelumnya Ketika ia memilih pergi dan menghilang tanpa kabar selama satu bulan.

Aku berdiri dari ranjang kamar kami. Mengecek handphone ku yang berada di meja rias, berharap gadis itu memberitahukan kabarnya padaku. Walau hanya kabar tapi bagiku itu adalah kepastian bahwa ia baik baik saja. Tapi bukan kah konyol, Kau bertengkar dan berharap kekasihmu memberimu kabar? Hah munafiknya diriku.

Tubuhku tak tenang, bergerak mengambil coat dan memakainya terburu buru , bergegas menuju rumah siapa saja yang kemungkinan menjadi tempat pelariannya. Membawa kedua kaki ku kearah tak menentu. Mataku mencoba focus pada jalanan malam. Berhenti dan mengetuk pada rumah para sahabtnya namun,nihil. Gadis itu entah kemana dan dimana. Kulirik jam tanganku yang sudah menunjukkan pukul 00.30. kuhela nafasku lelah dan frustasi. Dimana dirimu?

Kulangkahkan kakiku dengan lemas mencoba dan berharap kau ada disetiap jalan yang kulalui. Berharap pada kemungkinan kecil. Lampu tanda berhenti membuatku menyerah kali ini. Yeah aku menemukan mu, tepat pukul 03.00. tersenyum manis dan tertawa bahagia bersama dengan lelaki. Dengan bangganya lelaki itu menggenggam tanganmu, mencium bibirmu dan memeluk tubuhmu. Mataku memanas Menyadari arti semua keanehan yang terjadi beberapa bulan belakangan ini. Mengerti arti perubahan sikapmu padaku. Paham apa arti kegelisahanku malam ini. Tubuhku tersentak ketika dengan manisnya kalian disana saling berbagi ciuman mesra. Lidahku bahkan kelu tanpa kata yang mampu kukeluarkan untuk berteriak memanggil namamu. Kucoba berjalan dengan bodoh kearahmu.

"Sana- unnie" Memanggil namamu pelan bahkan nyaris tanpa suara. Dan kau berbalik dengan mata tak percaya melihat kehadiranku. Aku menatap matamu lekat. Mencoba mencari diriku dimatamu namun, yang kulihat hanya kekosongan tentangku disana. Benar. Kau sudah bosan denganku. Seharusnya aku tau ini sejak awal. Sejak pertama kali aku melihatmu. Sejak pertama kali aku jatuh cinta padamu. aku yang mengharapkanmu dan berjuang dengan hubungan ini sendiri.

Air mataku lolos begitu saja sekarang. Melihatmu bahagia benar benar kelegaan untukku. Benar jika melihat orang yang kita cintai bahagia dengan yang lain itu sakit. Tapi bukankah lebih indah jika bahagianya bersama dengan orang yang mampu memberikannya kebahagiaan dan membuatnya bahagia. Kuremas erat sweater ku dibagian dada. Meredam sakitnya. Setelahnya, tubuhku mendekat kearahmu

"hey aku..a-aku maaf" aku tertunduk didepanmu. Mencoba ikhlas dengan scenario ini.

"harusnya kau katakan sejak dulu, bukan malah lari dan membuatmu tertekan seperti ini. Maaf kan aku sana-unnie, ini berikan pada siapapun yang benar benar kau sayangi dan yang akan menjadi masa depanmu kelak. Ia akan bahagia mendapatkan gadis semanis dirimu. Aku-aku menyerah unnie kita akhiri saja. Aku melepasmu" kulepas cincin emas yang lama bertengger di jari manisku. Tersenyum lembut sambil menatap mata cerahnya. Kalau bisa dijelaskan melepaskan cincin itu bukanlah mudah sama seperti mendapatkannya. Aku harus bekerja paruh waktu di tiga tempat berbeda selama tiga bulan demi mendapatkan cincin yang diinginkan sana unnie ditahun kedua kami meresmikan hubungan. Aku pikir jika cincin itu dapat melambangkan bahwa aku dan dia sudah terikat, tapi ternyata dia tetaplah sana unnie. Gadis manis yang tak akan pernah bisa bertahan pada satu hati saja. Kurasa 3 tahun sudah membuatnya benar- benar berada pada titik bosannya. Walau kutahu hal seperti ini bukan hanya sekali dihubunganku dengannya. Tapi cinta pada gadis nakal ini membuatku benar benar tak peduli tentang itu. Kupikir dengan cinta tulusku yang kuberikan kepadanya dapat membuatnya mengerti. Tapi, ya, dia Minatozaki Sana. Tak akan pernah luluh hanya dengan cinta tulus. Kuberiakan coat putih milikku padanya udara pagi ini benar-benar dingin. Untuk kali ini harus kuakui aku benar benar menyerah.

"Trimakasih unnie" setelahnya kubawa tubuhku menjauh darimu. Berjalan entah kemana. Mataku menggabur penuh dengan airmata. Yah.. ini berakhir. Aku akhirnya melepasmu. Hey gadis nakal. Aku mencintaimu. Benar benar mencintaimu. Sana unnie. Tapat dipukul 03.33 tanggal 03-03-2013 pppffftttt.

see you later guys

with love saida

one shootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang