THE 1998
Kali ini aku memilih kursi paling depan sebagai tempatku untuk bertahan sampai kota tujuan. Dengan berbekalkan tekat dan keinginan kuat, aku membawa diriku menuju negeri orang. Kekalahan ku kemaren membuatku terpukul berkali-kali. Sialnya, orang tua, saudara,teman-temanku tak ada yang peduli tentang itu . aku benci jika harus mengingat hal itu kembali sekarang. Tekatku sudah bulat. Aku akan berjuang dinegara orang saja. Memangnya hanya dengan uang mereka aku bisa hidup? Tidak! Selama aku masih bernafas dan berjuang. Aku pasti bisa!
"permisi, apa sebelahmu kosong?" suara seorang gadis membuyarkan angan-anganku
"eh?...o..oh... kosong. Duduk saja" balasku sadar
"trimakasih" ujarnya. Aku memperhatikan dirinya yang masih sibuk dengan barang-barangnya yang sedang ia letakkan dikabin bus dengan susah payah.
"perlu bantuan?" ujar ku pelan
"oh, ne. ini berat sekali" ujarnya susah payah. Dengan sigap aku memasukkan barang-barang gadis itu dengan cepat karena bus sebentar lagi akan berangkat. Setelah semua selesai aku mempersilahkannya duduk didekat jendela.
"terimakasih dan maaf merepotkan" ujarnya lembut
"bukan masalah" ujarku tersenyum
Hening
"kau-" kami berdua sama-sama bersuara
"um..-" lagi
"kau-" hufft begini saja terus sampai Negara Api menikah dengan Air
"stop. Kau saja lebih dulu" ujarku membuatnya ikut tertawa
"kau mau ketujuan mana?" ujarnya masih menahan tawa
"aku juga akan menanyakan itu padamu tadi hehehe.... Aku akan ke Hirosima" jawabku jujur
"serius? Ku pikir kau akan ke Tokyo melihat dirimu yang bukan orang Jepang" ujarnya membulatkan mata
"aku ingin mencari pekerjaan disana" jawabku cepat
"ke Hirosima? Itu bukan tempat yang baik kalau kau mau tahu" ujarnya membuatku menolehkan kepala
"apa maksudmu?"
"disana tempat perbudakan. Kau memang akan mendapat pekerjaan tapi tidak dengan dengan layak. Kalau kau tak mampu bertahan maka kau akan mati secara perlahan" jelasnya membuat bulu kuduk ku merinding
"masih ada kesempatan untuk turun dari bus ini nona" lanjutnya memecah lamunanku
"apa kau tahu Negara Jepang mana lagi yang baik untuk mencari kerja?" tanyaku lugas
"kau sudah putus asa rupanya. Kenapa harus Jepang? Disinipun sangat baik kok"
"aku tidak sedang putus asa. Aku hanya sedang ingin pergi dan membuktikan pada mereka kalau aku pun bisa bertahan tanpa mereka" ujarku mengeras. Sungguh hatiku benar-benar sakit sekarang
"ya sudah, kalau kau mau aku akan membawamu kepamanku di Nagasaki, kupikir dia pasti mempunyai pekerjaan yang layak untukmu"
"baiklah. Trimakasih" .