Kedua

9.3K 944 186
                                    

.

.

.

.

.

.

[Hai ... malam ...]

"Sa ..." gue tersentak dari pikiran gue dan natap Minghao yang lagi natap penuh tanya ke gue.

"Iya?" Minghao natap serius ke gue. Gue bingung, jujur.

"Kamu baik-baik aja kan?" mendengar pertanyaan dia gue, tersenyum nanggapin.

Dia masih natap gue dengan wajah serius dia, yang menurut gue terlihat dewasa dan penuh wibawa.

Eh, apa yang gue omongin?

"Gue baik kok" ujar gue pelan.

Wajah serius dia pudar dan berganti dengan senyuman teduh ke gue seolah maklum dengan keadaan gue.

Ya, memang sikap gue tadi ada unsur suasana hati gue juga yang jadi pemicuh.

"Kamu bisa kan ikut saya ke catatan sipil siang ini?" gue mengernyit.

"Mau apa?" Minghao ngulum bibir dia sambil natap gue.

"Kita tanda tangan akta pernikahan kita sama ngurus kartu keluarga. Akta nikah harus ditanda-tangani depan petugas dan saksi. Saya udah minta bunda sama mba Jisoo buat jadi saksi" alis kiri gue terangkat. Itu tindakan refleks gue saat membutuhkan sebuah jawaban.

"Mba Jisoo?" ulang gue nyebut satu nama perempuan yang gue gak tahu dia siapa.

"Hmm, dia istri bang Lay. Kemarin gak bisa datang ke pemakaman mama, karna anak mereka yang tua lagi demam dan rewel" gue menganguk.

Tapi disaat itu gue menyadari, gue sama dia udah nikah tapi gue gak tahu sama sekali latar belakang keluarga Minghao. Siapa aja anggota keluarga inti dia, dan lain-lain.

Kalo gue udah jelas, gue gak punya siapa-siapa dan berita keluarga gue udah jadi konsumsi seantero negara ini, dan lagi kemarin pemakaman juga cuma dia doang sama bunda dan abangnya yang nemenin gue.

Jadi mungkin dia gak tahu.

"Oh" gue cuma bisa nanggepin kayak gini karna bingung juga mau gimana. Bukan karna gue cuek atau gimana.

"Kamu bisa kan ikut saya?" ujar dia dengan wajah yang jelas kelihatan memohon. Gue bingung jujur, bingung kenapa dia kayak gitu.

Belum lagi gue ngomong dia udah ngelanjutin.

"Maaf kalo terlalu desak kamu. Saya hanya tidak mau kita digunjingkan orang karna tinggal tanpa dokumen sah meski kita udah sah nikah" dia kayak gak enak banget ngomong ke gue. Kelihatan dari ekspresi wajah dia sama nada yang dia pake buat ngomong.

Padahal gue belum ngomong apa-apa. Gue natap dia sesaat.

"Gue tinggal berangkat kok ini" kata gue tanpa basa-basi, karna gue rasa gak perlu ada basa-basi tentang ini.

"Makasih ya untuk pengertian kamu" gue heran karna dia ngucapin terimakasih ke gue.

"Ngapain terimakasih, ini kan untuk kita juga" ujar gue. Masa gara-gara gue ikut dia urus surat-surat kita aja, dia mesti terimakasih ke gue?

Gue makin heran karna Minghao tiba-tiba senyum pas gue ngomong. Tapi tiba-tiba gue ngerasa ... entah gue kepedean atau gimana.

Tapi gue rasa dia senyum gara-gara kata kita yang gue pakai?

Dia masih aja senyum sambil bangkit berdiri dan ngeraba saku jacketnya yang gue gantung dibelakang pintu rumah.

Kok, gue jadi pengen blushing sendiri ya gara-gara hal sepeleh gini.

[COMPLETE] MINGHAO |21+| (The8 SEVENTEEN x Lisa BLACKPINK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang