Kedelapan

7.6K 853 78
                                    

.

.

.

.

[Double Update: End + Mini epilogue]

Gue melangkah beriringan sama Minghao ditangga menaiki bukit yang lebih tinggi dari bukit tempat makam papa.

Kita, mau ngunjungin makam ayah.

Tadi kita udah ngunjungin makam mama dan papa. Makanya sekarang kita mau ke makam ayah. Sejak kita nikah sebulan lalu, kita belum pernah ke makam ayah dan papa sama sekali.

Beberapa kali mau ke makam papa jalannya rusak. Makanya baru kesana tadi.

Dan gue baru tahu ternyata makam ayah sama papa ada dilingkungan pemakaman yang sama, hanya berbeda blok.

Beberapa kali gue nanya soal makam ayah emang Minghao gak ngasih tahu lokasinya dan dia bilang nanti aja pas mau ke papa sekalian. Ternyata tempatnya bareng.

Gue ngeratin pegangan gue ke lengan Minghao. Ini gue masih pakai kebaya sama sandal klom lengkap sama riasan-riasan diwajah gue, dan Minghao masih pakai jas lengkap sama dasi dan sepatu.

Kita baru diwisuda tadi, dan kita langsung berkunjung ke makam sementara bunda, mba Jisoo, bang Lay sama anak-anak pada pulang untuk beres-beres karna nanti malam ada ibadah syukuran dirumah bang Lay sama mba Jisoo untuk wisuda gue sama Minghao.

Sama sekalian untuk doain keberangkatan kita minggu depan ke Jerman.

Gue mengamit erat lengan Minghao biar gue gak salah napak, sedangkan Minghao melangkah dengan tenang. Wajah dia juga terlihat tenang dengan kacamata hitam yang nutupin matanya.

Untung gue pakai kebaya bali cuma setulang kering jadi gak rempong.

Sampailah kita didepan makam ayah. Tempatnya enak, rindang diatas bukit dan belum banyak kubur disini. Baru ada sekitar empat atau lima kubur dan satu galian baru kuburan yang belum diisi disebelah kubur ayah.

Tiba depan kubur ayah, Minghao melepas tangan gue perlahan dan langsung mendekat ke makam ayah dengan megang bunga lili terakhir yang tadi kita beli. Sebelum kesini, kita tadi mampir dan beli tiga buket bunga lili putih buat makam mama, papa sama ayah.

"Hao ..." ujar gue pelan. Dia langsung berhenti melangkah dan menoleh ke gue.

Gue matah-matah jari gue ragu pas dia natap gue.

"Kenapa Sa?" tanya dia. Gue nelan ludah gue pelan.

"Boleh gak aku yang naruh bunga dimakam ayah? Tadi kan kamu udah naruh dimakam papa sama mama" suara gue memelan, karna gue tiba-tiba sadar kalo tingkah gue udah kayak bocah minta megang duit.

Jika kalian sadar ...
Yah ... mungkin tiga minggu lalu. Gue secara natural mulai biasain diri buat ngomong sama dia gak kayak ngomong sama temen.

Gak ada yang nuntut gue berubah, semua keinginan gue sendiri. Gue pengen nunjukin penghargaan gue ke Minghao dari hal-hal kecil. Lagi-lagi gue emang belajar banyak dari mba Jisoo.

Menanggapi sikap gue yang kayak bocah, Minghao malah tersenyum lalu nganguk sambil julurin bunga ditangannya.

"Boleh banget Sa, sini" ujar dia, tapi tetep aja dia melangkah mendekat ke gue dan langsung nyerahin buketnya ke tangan kanan gue, sementara tangan kiri gue digenggam erat sama dia, dan dia nuntun gue mendekat ke makam ayah tanpa suara.

Gue ngelepas tangan Minghao dan tersenyum disisi makam ayah dengan megang buket bunga Lili tadi. Minghao tetep berdiri berdampingan dengan gue disisi yang sama dikubur ayah.

[COMPLETE] MINGHAO |21+| (The8 SEVENTEEN x Lisa BLACKPINK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang