.
.
.
.
.
Usai berdoa, gue natap sekeliling kamar seperti kemarin waktu gue baru bangun.
Memang bukan mimpi, mama udah gak ada.
HP gue berbunyi berulang kali dibawah bantal. Gue nutup alkitab dipangkuan gue, lalu gue letakin dikepala tempat tidur, setelah itu gue selipin tangan gue ke bawah bantal untuk ngambil HP gue. Gue terdiam sejenak, gue baru sadar saat natap layar HP gue kalo, hari ini tanggal 14 Februari.
Hari kasih sayang, dan harusnya jadi hari jadian gue sama Mingyu yang ke enam tahun.
Meski gue ngerasa baik-baik aja dihari ke empat putus sama dia. Tapi hati gue sakit pas lihat pengingat dikalender HP gue.
Dihari ini, enam tahun lalu dia nembak gue dibawah guyuran hujan waktu kita pulang sekolah. Gue ingat saat itu gue terpaksa nerima dia, karna dia ngancam mau nabrakim diri dia ke mobil dijalan raya kalo gue gak nerima dia.
Disaat itu gue merasa jadi cewek paling beruntung karna tindakan konyol Kim Mingyu. Gue gak tahu saat itu dia beneran tulus, atau cuma kamuflase dia buat dapetin gue.
Karna kalo melihat perlakuan dia ke gue sekarang, kontras banget sama dia yang dulu selalu memuja gue bagai ratu.
Seharusnya gue gak udah perduli tentang dia. Dia bahkan bisa dengan santainya cumbuin cewek lain habis mutusin gue.
Dia bahkan bisa bersenang-senang disaat gue lagi terpuruk karna keadaan mama kemarin.
Harusnya gue benci dia ...
Tapi gue gak bisa, karna gue memang sayang sama dia.
Tatapan gue teralihkan ke jemari gue yang lagi megang HP gue. Kilau benda berbahan logam mulia dijemari gue menyadarkan gue tentang hal lain.
Gue sadar, ada alasan lain yang lebih kuat dari pada sekedar perasaan cinta gue yang dihancurin, atau pengkhianatan Kim Mingyu yang bikin gue harus benar-benar lupain dia.
Iya, alasan ini lebih kuat dari apapun.
Alasan yang harusnya gue hormatin lebih dari apapun mulai sekarang.
________________Gue melangkah keluar dari kamar setelah ngelihat jam yang nunjukin jam tujuh pagi.
Keluar kamar mama, dalam rumah sudah terang benderang dan sejuk. Dari arah panas matahari yang jatuh bebas ke dalam lorong rumah, bikin gue tahu kalau Minghao pasti sudah membuka semua jendela sama pintu.
Melangkah ke ruang tamu kecil rumah gue, gue menemukan Minghao yang duduk dengan rambut agak basah dan setelan casual yang melekat sempurna ditubuh dia. Kacamata menggantung pas ditulang hidung dia, laptop gue diatas pangkuan dia dan beberapa jurnal serta kertas lain berceceran dimeja depan dia.
Entah kenapa gue senang ngelihat cowok yang kerja dengan serius dipagi hari, sambil nikmatin udara pagi kayak yang dilakuin Minghao sekarang.
Dia terlihat serius merhatiin laptop gue sementara tangan kirinya bergerak ngambil cangkir yang entah datang dari mana, lalu didekatin ke bibir dia dengan asap yang masih lumayan mengepul.
Earphone yang nempel dikuping dia bikin dia gak sadar sama pergerakan gue dan bunyi pintu kamar mama tadi.
Ngelihat dia kayak gini, berasa kayak dia yang mau sidang. Karna dia gak henti-henti ngedit draft gue beberapa hari ini terlebih sejak mama dimakamin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETE] MINGHAO |21+| (The8 SEVENTEEN x Lisa BLACKPINK)
Fiksi PenggemarImage: @tteugeowoah "Namanya Xu Minghao, gue hanya kenal dia sebagai temennya mantan gue Mingyu. Dalam dua hari kita dekat dan tiba-tiba dia udah jadi suami gue" - Another story from another crack-ship -