Empat Puluh Dua

1.3K 62 3
                                    

  💫💫💫

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  💫💫💫

   Matahari kian tenggelam saat Chandra mulai menginjak pedal gas. Tujuannya kali ini adalah rumah Tyas. Ia tak sabar untuk sampai di sana dan bertanya pada gadis itu perihal tadi siang di sekolah.

Chandra merutuki jalanan yang macet saat ia sedikit lagi sampai di rumah Tyas.

Dengan tergesa ia turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah Tyas sesampainya ia di sana. Keluarga Tyas sama sekali tidak mempunyai pembantu kecuali seorang tukang kebun. Karena Niar sangat menyukai tanaman.

"Loh, Chandra? Kok datang nggak bilang-bilang sama Om?" Jaka merangkul bahu Chandra dan membawa cowok itu duduk di sofa.

"Chandra mau nemenin Tyas pergi, Om," jawab Chandra tersenyum simpul.

Dahi Jaka mengerut lama. "Tapi, Tyas nggak bilang kalo mau pergi hari ini. Anaknya malah masih tidur," tukas Jaka melirik tangga.

Chandra menahan senyumnya, gadis itu benar-benar tidak mau pergi lagi sejak perdebatan mereka kemarin.

"Kamu samperin aja sana. Mungkin dia lupa, atau kalian lagi berantem?" selidik Jaka dengan wajah jahil. "Pintu jangan ditutup, ya," tambahnya.

Chandra mengangguk paham lalu melangkahkan kakinya ke kamar Tyas. Ia lupa bertanya dimana letak kamar gadis itu. Namun, karena malas berbalik ia tetap berjalan.

Ternyata mencari kamar gadis itu tidak sulit. Di pintu kamarnya tergantung kertas bertuliskan, 'Tyas lagi tidur. Mama sama Papa nggak boleh ganggu'.

Diketuknya pintu kamar itu perlahan. Tak ada sahutan. Terus diketuknya, semakin lama semakin kuat, bahkan Chandra juga memanggil gadis itu. Tetap saja tak ada suara sedikit pun.

Dengan berani Chandra membuka pintu yang tidak terkunci. Ia melihat Tyas sedang tengkurap sambil memainkan ponselnya, tak lupa telinganya tersumpal sebuah headset.

Chandra mendekati Tyas yang masih tidak menyadari keberadaannya. Ia menggelitiki kaki gadis itu, membuat Tyas menendang dan berpindah.

"Chandra!" pekiknya seraya membuka headset.  

"Apa Tyas?" balas Chandra dengan nada dibuat-buat seperti terkejut.

Tyas terkekeh dan sedetik kemudian cemberut. Ia baru ingat kalau masih ngambek dengan Chandra. "Ngapain kamu ke sini?" judesnya.

Chandra menghempas tubuhnya ke kasur Tyas. "Cepet siap-siap, gue tunggu di bawah. Setengah jam belum siap gue bilang sama Om Jaka lo ngambek sama gue, lo pasti tau dong siapa yang dipilih," celoteh Chandra menaik-turunkan alisnya.

Tyas menghentakkan kakinya ke lantai dan berjalan ke kamar mandinya. Chandra sendiri baru keluar dari kamar Tyas setelah mendengar suara gemericik air.

Dua puluh menit berlalu dan Tyas pun turun ke bawah. Ia memakai dress selutut berwarna pink soft. Dibahunya tersampir sling bag berwarna putih dan ia memakai sneakers berwarna putih abu-abu.

Bunga (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang