Hujan (2)

15 2 4
                                    

Saya akhirnya tidak berpura pura lagi, saya langsung bergegas meninggalkan lokasi latihan saat itu, padahal saya awalnya pun berniat pulang agak larut dikarenakan orangtua saya pergi dan akan kembali tengah malam, tapi semua berantakan, semua menjadi kacau, seperti situasi saat itu, hujan menggambarkan bagaimana saya begitu hancur saat itu, tidak tahu akan apa yang harus dilakukan, seakan kosong pikiran saat itu. Sampai akhirnya saya benar pulang, setelah menggunakan mantel hujan dan menyalakan kendaraan. Meliana jadi bareng? ucap saya ketus saat itu, entah. Mungkin karena bawaan hati saya saat itu yang benar benar kesal, marah, sedih kepada mentari. Iya sabeum, bentar saya prepare dulu jawab meliana sambil memprepare semuanya, sampai akhirnya berangkat, dalam perjalanan meliana bercerita hendak pulang menggunakan angkutan umum saat itu bareng afyan, tetapi karena kondisi hujan, hal itupun akhirnya diurungkan dan afyan dan meliana memutuskan menebeng sampai arah menteng.

Saya mendengarkan percakapan meliana saat itu, tapi pikiran dan hati saya kosong saat itu, hanya terfikirkan tentang mentari saja. Sepanjang perjalanan hujan mengguyur tak henti, bukan makin berhenti, malah makin turun dengan derasnya, lama saya terhenung akan situasi beberapa menit yang lalu hingga akhirnya saya bertanya ke meliana apa yang harus lakukan?  dan meliana mungkin kebingungan sambil menjawab pertanyaan saya saat itu maksudnya? Yang harus sabeum lakukan?, mengetahui kebingung itu akhirnya saya melanjutkan percakapan saya saat itu iya, bagaimana yang harus saya lakukan? Saya sangat sayang sama mentari, entah. Karena dia saya belajar makna bersyukur dan berusaha, karena dia saya belajar merubah pribadi saya, karena dia saya belajar arti berdoa dengan baik. Tapi mendengarkan perkataan kalian tadi, jujur saya terenung disitu, saya ga tahu harus apa, kalau saya bisa menangis saat itu, itu saya lakukan.

Lalu meliana pun menjawab "jangan pernah mundur sabeum, apapun itu. Lakukan dengan perjuangan, perjuangan sabeum ga akan sia sia ko, dan mereka pun belum jadian, sabeum masih ada peluang, sabeum masih bisa yakinin mentari terus. Tapi inget, sabeum harus ekstra dan sabeum relakan banyak waktu buat yakin in mentari, sabeum siap ga?" mendengar perkataan meliana itu, jujur, saya tidak harus memberikan ekspresi seperti apa, yang saya bisa lakukan hanyalah terdiam dan berfikir *benar kata meliana ini bukan akhir, tapi awal bagaimana mentari bisa yakin sama saya, bisa benar benar buktikan niat saya ke dia seperti apa, karena Allah ga mungkin kasih hamba wanitanya untuk dicintai seorang pria ketika pria itu tidak dapat menyakinkan Allah bahkan pria itu sangat ingin kepada hamba wanitanya*.

Setelah itupun saya akhirnya menjawab pernyataan meliana saya sanggup, dan sangat sanggup. Saya bakal buktiin apa yang saya lakukan bukan cuman karena awal, tetapi akan terus sampai akhirnya nanti, saya gamau main main menyayangi dia, saya juga terus berdoa agar Allah mudahkan, Meliana. kamu orang yang termasuk dekat dengan mentari, saya mohon bantuannya, pegang janji saya meliana, bahwa saya ga akan kecewain mentari nantinya ketika mentari dan saya dapat bersatu meliana, saya akan terus perjuangkan dia dan memiliki dia setulus hati, kalau saya ingkar dengan janji saya, meliana boleh kedepannya tidak percaya sama statement saya, cukup terdiam meliana mendengarnya dan akhirnya dia menjawab baik sabeum, saya percaya sabeum, saya juga gamau sabeum menyakiti orang yang saya anggap adik saya sendiri, saya sama yang lain bakal bantu sabeum, tapi inget janji sabeum ya. Jangan sakitin dia , karena dia adik saya juga. Saya juga percaya ke sabeum, hati sabeum tulus sama dia makanya saya mau bantu sabeum dan akhirnya saya berkata ya saya janji dan saya melanjutkan pembicaraan saya meliana, kalau malam ini saya nunggu dia gimana? Nunggu dia sebenernya buat yakinin saja bener ga dia udah jadian sama cowo lain atau belum? lalu meliana pun menjawab

Gapapa sabeum, lakukan saja. Mungkin sabeum masih penasaraan sama sikap dia. Tapi kalau emg dia gamau jangan dipaksa ya itulah perkataan terakhir meliana sebelum tiba di lokasi tujuan saya mengantar meliana, saya berterimakasih kepada dia, dan saya juga menceritakan sedikit inti yang saya rasakan kepada Afyan, karena saya pun merasa Afyan cukup dekat dengan mentari. Karena saya bukan orang yang pandai bersikap untuk sebuah cinta. Akhirnya kami berpisah, Meliana dan Afyan melanjutkan tujuannya sedangkan saya menuju rumah mentari, waktu saat itu saya ingat pukul 19:30 WIB, saya langsung memacu kendaraan saya untuk menuju rumah Mentari, dan memang untuk mendapatkan sesuatu tidaklah mudah, dalam perjalanan saya terhalang kemacetan cukup panjang ketika ingin kerumahnya, hampir 30 menit saya terjebak dalam kemacetan dan guyuran hujan saat itu, tapi itu tidak menyurutkan niat saya untuk menyakinkan Mentari saat itu, setelah hampir sampai rumah mentari, saya mampir ke sebuah rumah makan dan membelikan makanan kesukaan dia saat itu, pukul sudah menunjukkan seingat saya jam 8 Malam atau lebih saat itu, dan setelah membeli saya menuju dekat rumahnya, heii mentari, aku mau ketemu, aku tunggu didepan ya. Ya memang hujan si, tapi aku mau ngomongnya bentar aja, ga lama ko sama aku mau kasih sesuatu dan yang terjadi? Dia tidak merespond whatsapp saya saat itu.

Saya terus menunggu saat itu, cukup lama saat itu saya menunggu, sampai jam setengah 10 lama nya saya menunggu, kedinginan saat itu tidak membuat niat saya luntur meyakinkannya. Saya tetap dengan tujuan saya, untuk menanyakan saja sekedar memastikan, saya terus menunggu whatsapp dari dia, tapi tak kunjung ada hasil. Sampai akhir nya jam 10 kurang mungkin 10 menit atau 5 menit saya whatsapp dia hei, udah tidur ya? Yaudah maaf ya ganggu. Aku nunggu buat nanya aja sekedar memastikan kekamu, aku juga mau ngasih makanan kekamu, soalnya sayang kalau ga dimakan langsung, karena ini makanan harus langsung habis. Good night, aku pulang yaa. Nanti kalau kebangun whatsapp aku dibales ya itulah pesan whatsapp yang saya berikan kepada dia yang setelah nya itu saya melanjutkan perjalanan pulang kerumah. Walaupun tanpa hasil saat itu, setidak nya saya berfikir saya sudah melakukan hal yang baik yang bisa lakukan untuk mentari. Hujan pun tidak berhenti sampai saya tiba dirumah pukul 11 malam, segera saya membersihkan diri dan tidur untuk mempersiapkan fisik di hari esoknya.

Pagipun terbit, dan saya terbangun dengan whatsapp dari mentari maaf ya, semalem saya tidur, udah malampun juga, ditambah hp saya lowbet, charger saya dipakai papa saya, jadi maaf sekali lagi kemarin udh bikin sabeum nunggu, maaf begitu pesan whatsapp yang masuk dari dia pertama kali dihari itu, pesan selanjutnya untuk kemarin, saya ga jadian ko sama orang. Bener, saya ga bohong saya ga jadian, jadi udah dijawab ya yang sabeum khawtirkan, sekali lagi maaf. Setelah membaca nya, hati saya gembira saat itu, setelah itu saya bernazar kepada Allah *YaAllah, hamba memohon kepadamu Tuhan, hamba sangat sayang sama mentari, jika engkau titipkan mentari kepadaku, hamba bernazar, di hari ini, saya akan merubah sikap saya. Pengalaman buruk saya, hal negatif dari saya, agar engkau percaya kepada hamba ya Allah, dan hamba tidak akan mengecewakanmu* itulah sebagian nazar yang saya lakukan, dan dari setelah nazar tersebut saya panjatkan, semua nya dimulai...

SENJA MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang