Bertemu

18 8 6
                                    

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Disini, Zaza bertemu dengan lelaki itu. Siapa lagi jika bukan Deff.
Jika boleh jujur, Zaza sangat ingin pergi dari keramaian ini. Ia merasa sangat risih.

Zaza sudah berusaha menghindari Deff, namun seakan-akan semesta tidak mengizinkannya.

"Za!" Deff melambai kearah Zaza dengan sedikit berlari menyusulnya.

"Eh, iya" Jawab Zaza canggung.

"Za, aku ga nyangka kita bakalan ketemu disini. Kamu masih ingat aku kan?"

"Masih dong, Deff. Gue bukan pelupa yang handal soal lupain wajah orang" terang Zaza dengan nada songongnya.
Iya deh, kamu terbaiklah, Za. Beneran deh, aku nggak nyangka kita bakalan ketemu disini. Itu artinya kita bakalan satu sekolah juga. Za. Apa mungkin kita jodoh, ya?"

"Aah, Deff apa-apaan sih, becanda mulu. Nanti kedengeran sama Salma baru tau rasa. Ntar malah berantem, aku nggak mau Salma salah paham" Jelas Zaza panjang lebar.

Salma Dwicantika, perempuan berkulit sawo matang yang pertama kali dikenal Zaza di SMP Harapan Bangsa dulu, sekolah mereka. Ketika itu mereka menjadi teman sekelas,  lalu menjadi dekat, hingga masa SMA pun baru saja akan dimulai.
Salma sendiri sudah menganggap Zaza seperti saudara sendiri. Jarak sudah hampir tidak tercipta diantara mereka.

"Santai kali, Za. Serius amat jadi orang. Aku kan becanda, nggak usah ditanggepin seserius itu".

Terdengar tawa renyah Deff setelah mengakhiri kalimatnya itu. Sontak Zaza merasa malu, sebab tak seharusnya dia membalas gurauan Deff dengan serius.

Bodoh deh, kenapa aku nanggepin omongan Deff sih. Ntar Deff malah ngira yang macem-macem. Au ah. Ribet. Zaza menyalahkan perkataannya sendiri.

"Hello, Za." Deff melambaikan tangan di depan wajah Zaza.
"Kok malah ngelamun sih?"

"Nggak apa-apa kok Deff, aku pergi dulu ya."

Mau pergi kemana? Barengan aja yuk, sama aku. Kebetulan aku nggak ada temen nih buat diajak ngobrol.

Jadi dia ngajakin aku buat pergi sama dia karena dia nggak punya temen? Oh, I see.

Setelah berpikir beberapa saat, gadis cantik berambut hitam sebahu itu mengiyakan ajakan Deff.

Ketika akan beranjak pergi, Zaza dan Deff melihat kakak kelas mereka sedang menempelkan nama-nama siswa-siswi baru yang telah dikelompokkan menjadi beberapa regu untuk masa pengenalan sekolah.

Mereka bergegas menghampiri kerumunan yang juga penasaran masuk regu mana mereka berada.
Deff menyibak kerumunan dengan memegang erat tangan Zaza agar tidak tertinggal di belakang.

Zaza menatap tangannya yang sedang dipegang oleh Deff.

Manis sekali sikap lelaki ini.

"Wah, Za, kita satu regu!"

Seketika mata Zaza pun beralih menatap kertas yang ditempel di kaca itu. Ia kira Deff bercanda, namun itu memang nyata.

"Kenapa semesta semperti memintaku untuk terus bersama lelaki ini? " Pikir Zaza.

Hola,  happy reading guys.
Aku tunggu kritik dan saran kalian. Terima kasih ❤❤

After You Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang