Perkumpulan tanpa nama seperti hidup tanpa arah.

44 5 1
                                    

Senin sore hari selesai make up class, dimana kami berkumpul dikantin dan ingin bersantai  setelah pusing belajar kimia farmasi memesan seteko es teh manis ucok, ya itu adalah nama yang sering kami sebut saat ingin memesan teh manis, saat teh sedang dibuat kami membakar beberapa batang rokok, untuk melepaskan betapa penatnya memikirkan kimia, apa itu kimia kita tak perah dapat saat wahyu, aqshal, mahfud dan hiban duduk dibangku smk, pusing? Sudah pasti karna harus menguasai hal yang belum pernah didapatkan sebelumnya. Yang terlintas dipikiran hanyalah refreshing, perjalanan yang belum pernah kita lakukan sebelumnya seketika mahfud mengajak naik gunung, mungkin itu hanya wacana yang tak mungkin terlaksana, seketika dimas dan riski melanjutkan wacana itu, ayo naik gunung gede aja deket gimana?, semua hanya diam bertanya dalam hati masing-masing, apakah ini bakal benar terlaksana atau hanya sebuah wacana belaka.

Sore berganti malam, matahari seakan tak menemani hari ini seakan kita harus menunggunya esok hari untuk ditemani, dengan kumandang adzan magrib menutup sore ini dan malam pun ingin berkunjung. Kami mendengarkan adzan tanpa adanya sepatah perkataan lain sambil memikirkan rencana itu, apakah benar akan terlaksana?, setelah adzan selesai kami bergegas kemasjid kampus untuk melaksanakan shalat magrib berjamaah, meninggalkan kesibukan hari ini dan berfokus untuk beramal dimasa mendatang. Singkat cerita kami kembali ke meja kantin yang sama untuk membicarakan rencana yang tadi.

Dimas : "Gimana, kuy gak naik gunung?"

Risky : "Iya gimana berangkatin gak nih?"

Mahfud : "ayo aja gue mah, gimana yang lain"

Dimas dan riski : " gimana lu sal?"

Aqshal : "Kuy aja gue mah, tapi ada yang tau jalurnya gak kalo gak ada gue gak gak ikut."

Dimas : "lu gimana yu?"

Wahyu : " ayo, bawa duit berapa kesana?"

Riski : "bawa aja 250 ribu udah enak paling yu"

Hibban : "Gue ikut dong"

*serempak menjawab ayo lahh...

Riski dan Dimas : " gimana lu bon?"

Bonji : "Ayo dah, tapi gue ngajak temen gue satu yaa"

*seketika semua bertanya, siapa bon? Adhon?

Bonji : " bukan, temen rumah gue paling satu, adhon gak mau paling."

Semua mengiyakan rencana naik gunung, mungkin ini menjadi pengalaman pertama bagi beberapa orang disini. Saat itu langsung membahas hari keberangkatan kapan mau mulai tracking, dan semua menjatuhkan pada hari jumat minggu ini karna jumat adalah waktu yang pas karna libur 2 hari, disana menfixkan rencana pendakian itu.

Seketika semua diam, entah apa yang difikirkan, apa yang ada difikiran masing-masing, dan dimas berucap. Apa nih nama perkumpulan kita? Masa kumpul-kumpul aja gak ada namanya kaya gaada tujuan hidup. Seperti biasa yang lain kompak bilang "apaan sih dim hahaha"  lagi-lagi seketika diam namun semua tertuju pada suatu kegiatan kampus yang bernama HIMPALA ( Himpunan mahasiswa pencinta alam), kenapa kita gak bikin nama dari situ aja? Riski berucap seketika, dan dipatahkan oleh mahfud, masa ngikutin orang nanti kita dihujat. HIMAMAG, entah siapa yang berucap itu saya pun admin lupa siapa yang membuat, pada sore menuju malam itu diresmikan perkumpulan ini dengan nama HIMAMAG (Himpunan Mahasiswa Mager), kami setuju dengan nama ini karna nama ini adalah kesimpulan dari sekian banyak kesamaan sifat kami yaitu MAGER, malam seakan memisahkan pertemuan hari ini dan segera membubarkan meeting hari ini, dan kembali kerumah masing-masing.

"Bawa perbedaan tak memberhentikan kebersamaan, karna setiap perbedaan pasti mempunyai satu kesamaan yang mendasar, mungkin kesamaan dari kita semua adalah mager, satu kesamaan yang buruk, tapi saling melengkapi satu sama lain, menjadikan hal buruk memberikan nilai kebersamaan yang mungkin suatu hal yang tak bisa digantikan. –HIMAMAG 2018"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HIMAMAGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang