Part 1

1.5K 54 3
                                    

Malam yang begitu hening dan dingin di sebuah hutan belantara nan luas terdapat sebuah sungai yang begitu jernih dengan air yang mengalir dari pegunungan terlihat seorang anak perempuan yang berusia 8 tahun tengah meneguk air sungai tersebut bersama dua ekor rubah yang sedang menemaninya.
Setelah mereka selesai merekapun kembali ke kumpulan kawanannya.
Para kawanan sedang berlatih untuk berburu termasuk rura.

Ketua: Ayo... Rura... Kamu pasti bisa! Taklukan musuhmu!

Anak tersebut bernama Rura, Rura di temukan oleh sekelompok rubah cerdas sedang hanyut di aliran sungai yang pada saat itu kawanan rubah tengah menelusuri aliran sungai.

Dico: Ayo... Rura... Hanya segitu kemampuanmu?
Rura: Baiklah... Ayok kita buktikan!

Rura kalah bertarung dengan rubah 1 yaitu Dico,

Dico: Rura, kau begitu lemah!! Kau tidak bisa mengalahkan lawanmu!

Rura terjatuh ke tanah saat bertarung dengan Dico.

Rura: Dico, kamu jangan sombong,...! Lihat saja nanti aku akan buktikan kemampuanku yang sebenarnya?!
Dico: Coba saja... Hahahahahhh...

Dico meledek dan meremehkan rura semua kawanan rubah menertawakan rura sehingga membuat ketua kawanan yaitu ayah angkatnya rura menenangkan situasi.

Ketua: Heiiii kalian semua...! Sudahh jangan seperti ini!
Dico: Ayah, dia ini begitu lemah, bagaimana nanti dia bisa melawan musuhnya?
Ketua: Dico... Cukup jangan teruskan,!!

Rura bangkit dan berlari memeluk ketua.

Ketua: Rura, kamu baik- baik aja?
Rura: Iya, ayahh...
Dico: Ayahhh jangan manjakan dia!

Ketua mengeluarkan gaungan yang besar membuat seluruh kawanan menjadi takut termasuk dico.

Ketua: Kalian semua dengar...! Kita semua tau bahwa rura seorang manusia, tapi kita tidak boleh meremehkan kemampuannya walaupun dia tidak memiliki kemampuan seperti kita!!? Kalian semua paham? Semua bubar sekarang!!

Semua kawanan meninggalkan area pertarungan. Rura masih menangis di pelukan rubah ketua.

Rura: Ayahhh, rura minta maaf!!?
Ketua: Tidak rura... Jgn begitu? Abaikan saja semua ini! Lebih baik sekarang kita istirahat.

Semua kawanan beristirahat termasuk ketua tetapi tidak dengan rura, rura tidak bisa tidur memikirkan kejadian tadi, rura duduk di bawah pohon beringin besar di sudut kumpulan di tepi sebuah jurang, rura melemparkan tongkat ranting kayu berulang kali dan melemparkannya kedalam jurang, sehingga terdengar oleh ketua.
Ketua terbangun dari tidurnya dan melihat rura sambil menghampirinya.

Ketua: Rura... Kenapa kamu belum tidur?
Rura: Ayahhh rura ini siapa? Dan kenapa bisa ada bersama kalian semua? Rura seorang manusia sedangkan kalian....
Ketua memotong pembicaraan.
Ketua: Sudahhh... Lahhh rura, jangan difikirkan!
Rura: Tapi... Ayahhhh...?
Ketua: Sudahlah jangan bersedih lagi, sekarang ayo tidur!! Karna besok ayah akan mengajak kamu berburu!?
Rura: Bener ni?
Ketua: Iya..  Ayo tidur!
Rura: Baiklah ayah.

Rura kembali bersama ibunya dan tidur sedangkan ketua berjaga jaga bersama Dico.

Keesokan harinya pagi pagi sekali Rura bersam Kawanan yang lainnya berburu mangsa mereka. Dari balik semak- semak mereka mengintai seekor kerbau besar.

Ketua: Rura, Ayo tangkap kerbau itu!
Dico: Ayahhh biar aku saja?
Rura Menelan air ludah karena takut.
Ketua: Biarkan rura yang melakukannya dico!
Dico: Tapi...Ayahhh...???
Ketua: Sudah dico, rura ayo lakukan! Semua kawanan bersiap!

Semua bersiap rura dengan diam- diam menghampiri kerbau tersebut dan mencoba untuk menangkapnya.

Rura: Astaga besar sekali??...

Kawanan rubah mengawasi rura dari balik semak- semak.

Rura berusaha melawan kerbau tersebut dengan sebuah tongkat dan seutas tali, setelah beberapa saat rura berhasil menaklukkan kerbau tersebut, semua kawanan kaget dan tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh rura.

Dico: Itu tidak mungkin?
Ketua: Sudah ku bilang dia pasti bisa! Ayo semuanya kita bantu rura membawa kerbau itu!

Semua kawanan memghampiri rura, akan tetapi dua ekor harimau menghalangi langkahnya rura dan mengancam rura untuk menyerahkan hasil buruannya.

Harimau 1: Heiii, serahkan kerbau itu!
Rura: Apa?? Aku tidak akan menyerahkan kerbau ini!
Harimau 2: Kk ayo kita hajar dia!

Rubah ketua langsung melindungi rura, terjadilah pertarungan antara dua ekor harimau dan seekor rubah ketua.

Ketua: Heiii hariamau!! Apa kalian tidak bisa berburu sendiri?
Harimau 1: Zord, kami menginginkan kerbau itu! Cepat serahkan!
Ketua: Kami tidak akan menyerahkan hasil jerih payah ini!
Harimau 2: Baiklah kami akan ambil secara paksa dari kalian!!

Pertarungan semakin sengit rubah ketua yang begitu kuat hampir berhasil menaklukkan kedua harimau tersebut, tetapi gagal.

Rura: Ayahhh.....
Hariamau 1: Zord, kau sudah tua, kemampuan tidak begitu baik lagi!
Harimau 2: Kau dulu begitu kuat dan sekarang kau begitu lemah!

Rubah ketua terjatuh dan kalah dari pertarungan, membuat semua kawanan terkejut.

Dico: Tidak, ayahhh.....!!!

Dico mengaung melihat ayahnya jatuh terbaring ketanah.

Rura: Tidak ayahhhh.....,,,,,

Rura menghapiri ayahnya, melihat ayahnya seperti itu rura mulai emosi dan mengeluarkan aungan yang sangat keras membuat semuanya menjadi takut, begitu juga dengan 2 ekor harimau yang langsung menjadi ketakutan, rura mengeluarkan kukunya yang begitu panjang dan tajam, kedua harimau tersebut ketakutan dan berlari meninggalkan area tersebut.

Dico: Rura, apa yang terjadi padamu?
Rura: Ntahlah dico,... Aku tidak tau!
Rura menghampiri ayahnya.
Rura: Ayahhh, apa ayah baik- baik aja?
Ketua: Rura, ayah baik-baik aja,!
Dico: Ayahh, leher ayah berdarah!
Ketua: Ayah tidak apa- apa, sekarang kalian jangan bersedih!

Rubah ketua sekarat hingga kematian menjemputnya.

Ketua: Dico, kamu jaga rura dan kawanan kita!
Rura: Ayahhh...?
Dico: Dico janji ayahhh...!

Ketua tewas semua kawanan menundukkan kepalanya untuk menghormati kepergian rubah ketua.

Dico: Rura, jangan menangis lagi! Semuanya kita kembali ke kawanan!

Merekapun kembalj kekawanan sambil membawa jasad rubah ketua beserta hasil buruannya. Sesampainya di sana semua kawanan lain terkejut melihat ketua mati. Termasuk ibunya rura Zckia.

Zckia: Dico, apa yang terjadi?
Rura memeluk ibunya.
Dico: Ibu, ayah sudah tiada!
Zckia Menangis mendengar hal tersebut dan menghampiri jasad rubah ketua.

Zckia: Zord, kenapa kau pergi begitu cepat? Kau belum berhasil melatih rura?
Dico: Sudahlah bu, kita terima saja!
Rura: Maafkan rura ibu?
Zckia: Tidak nak... Ini sudah ajalnya, kita harus merelakannya! Dico kuburkan jasad ayahmu bersama dengan kawanan yang lainnya!
Dico: Baiklah bu,..

"RURA" Fighting To JusticeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang