Bab Delapan Belas

2.4K 432 41
                                    

Jinyoung melihat keberadaan gadis dengan jas putih itu, dan ia memilih duduk di hadapannya.

Jisoo langsung menegakkan tubuhnya ketika Jinyoung dengan santainya meletakkan gelas minumannya di depan Jisoo. Pemuda itu duduk, tanpa minta izin atau semacamnya. Ia bersiul, seolah tidak terjadi apa-apa.

Jisoo berdecak kesal, ia tidak ingin diganggu dengan hal lain dulu. Baginya, urusannya dengan pria bernama Kim Jin Woo itu sudah membuat otaknya seketika penuh. Ia tidak ingin menambahnya dengan apa maksud pemuda ini tiba-tiba duduk di hadapannya.

Jinyoung berhenti bersiul, ia lalu merubah posisinya. Kali ini, ia menopangkan dagunya di meja. Pemuda itu tersenyum. "Ada yang ingin kuberitahukan."

Jisoo melirik malas. "Katakan saja."

Jinyoung berdeham terlebih dahulu. Ia mengeluarkan sebuah kertas dari saku jas putihnya. "Sepertinya, kau sudah bertemu dengan pria bernama Kim Jin Woo kan?"

Jisoo tidak lagi melirik malas ke arah pemuda itu. Kali ini, ia cukup tertarik dengan apa yang dikatakan Jinyoung. Dan juga, cukup merasa aneh karena pemuda itu mengetahuinya. Jisoo menautkan kedua alisnya. "Kau, tahu darimana?"

Jinyoung menjentikkan jarinya. Ia mengambil pulpen, dan terlihat mencoret sesuatu pada kertas yang dipegangnya. "Pasti terasa aneh ya mengapa aku mengetahuinya?"

Jisoo ingin mengangguk, tapi ia memutuskan untuk tidak merespon pemuda yang terlihat sangat percaya diri itu. Jinyoung kontan saja tertawa melihat reaksi itu. "Aku ingin menceritakan padamu, tapi itu terdengar gila."

"Aku sudah terbiasa dengan hal-hal gila." Sahut Jisoo, pikirannya lalu kembali pada perkataan Jennie tentang hidup-kembali.

Jinyoung mengerecutkan bibirnya sembari mengangguk-angguk. "Aku ingin sekali memberitahumu, tapi kembali lagi, aku tidak bisa memberitahumu."

Jisoo mendengus kesal, "Lalu, untuk apa kau menemuiku?" Tanyanya.

"Hanya untuk memastikan hal tadi," Jinyoung meletakkan kertas dan pulpen tadi kembali ke jas putihnya. "Oh iya, dan satu hal lagi."

Jisoo menunggu perkataan dari pemuda yang menggantung itu. Jinyoung terlihat berpikir, ia melirik sejenak ke arah Jisoo. Gadis itu terlihat penasaran dengan apa yang akan dikatakannya.

Kali ini, Jinyoung merubah wajahnya dengan serius. "Berhati-hatilah dengan pembunuh ibumu. Kau sedang tidak aman sekarang."

Jisoo kontan saja menutup mulutnya. Ia tidak percaya dengan kata-kata yang diucapkan Jinyoung. Bukan soal peringatan untuknya. Tapi, darimana Jinyoung tahu kalau ibunya sudah meninggal dan juga karena dibunuh?

Jinyoung langsung berdiri, ia lalu meraih gelas minumannya. Baru saja ia ingin mengangkat gelas tersebut, tangan Jisoo sudah mencengkram erat pergelangan Jinyoung. Pemuda itu diam, menunggu apa yang akan dilakukan Jisoo selanjutnya.

Jisoo mendongak untuk melihat ke arah Jinyoung. Tatapan itu terlihat sangat tajam. "Sebenarnya, kau siapa? Kenapa kau mengetahui rahasiaku? Dan, apa hubunganmu dengan Jennie?"

Jinyoung menarik tangannya, membuat Jisoo tersentak. Pemuda itu memajukan tubuhnya, dan matanya menatap lurus ke arah tatapan tajam milik Jisoo.

"Kalau kuberitahu, kau akan percaya?"

"Beritahu saja," Tantang Jisoo. Ia tiba-tiba teringat satu hal. "Oh iya, satu lagi yang ingin kutanyakan, sekalian kau jawab saja.

"Untuk apa kau memalsukan CV-mu?" Lanjut Jisoo.

(✔️) RESET [ JENSOO STORY ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang