Bab Dua Puluh Tiga (2)

2.2K 537 176
                                    

Kejadian itu berlangsung begitu cepat di hadapannya, hingga ia tidak bisa mencerna apa yang terjadi. Ia membuka mata, dan melihat Jin Hyuk sudah terbaring dengan darah yang menggenang di sekitarnya. Ia ingat, ada suara tembakan dan juga suara bunyi hantaman keras.

Sejemang kemudian, matanya membelalak. Ia menelan salivanya.

Ia berbalik, dan mendapati tubuh itu sudah mengeluarkan darah begitu banyak. Seulgi, Irene, dan juga Lisa segera mengerubungi tubuh itu. Ia terdiam, tubuhnya lemas begitu saja. Ia terduduk di bawah rintik hujan malam itu. Menyaksikan mata itu memandang ke arahnya. Mata dengan manik hitam itu, memandang kosong kearahnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

To be continue.

.
.
,

Boong, scroll lagi aja wkwk

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jennie menutup mulutnya, tidak percaya. Jantungnya berdegup begitu kencang ketika Seulgi mengecek nafas tubuh itu. Mata itu masih melihat ke arahnya. Jennie hanya bisa terus menatapnya sambil terus menyesal.

Seseorang berjalan ke arahnya. Pakaiannya tak lagi sama dengan yang sering ia gunakan. Pakaian itu, sama dengan di malam ia dihidupkan kembali. Jennie mengenalinya, dan ia tidak mengerti apa mau pemuda itu.

Pemuda itu masih berjalan mendekatinya, lalu berjongkok di hadapannya. "Kau tahu? Takdir juga terkadang begitu membingungkan."

Jennie tersadar akan sesuatu, buru-buru ia meraih tangan pemuda itu. Tidak bisa. Pemuda itu tidak dalam wujud manusianya, dan Jennie tidak dalam wujud arwahnya. Gadis itu lalu menggeleng, kemudian ia menangis.

"Tidak... Jinyoung... Kumohon..."

"Maafkan aku. Aku tidak menyangka juga. Sejak awal, takdirmu tidak mengijinkanmu untuk mengubah takdir Jisoo."

Jennie menarik napasnya. "Tapi, aku belum meminta maaf padanya..."

Jinyoung menggeleng. "Berjalanlah kesana, gadis itu masih hidup dan ia masih bisa mendengarmu. Cepat, 2 menit lagi aku harus menjemputnya."

Jennie dengan cepat mengikuti saran Jinyoung. Ia mendekati tubuh itu. Menginjak genangan darah di sekitarnya. Gadis itu berjongkok, di hadapannya. Masih menatap manik hitam kosong itu. Lagi-lagi tatapan itu membuat dirinya meneteskan air mata. Seulgi, Irene dan Lisa menoleh, dan melihat Jennie sudah berada di dekat mereka. Melemparkan tatapan cemas sekaligus kasihan pada gadis itu. Jennie langsung meraih tangan tubuh itu.

"Aku tidak tahu kalau kau sudah ingat atau bagaimana. Tapi, di malam sebelum kematianku, kita bertengkar."

"Aku menyesal saat itu telah marah padamu. Tapi, kau tahu kan egoku kepadamu selalu begitu besar? Karena kau terlalu baik dan aku tahu, kau pasti yang duluan datang kepadaku. Aku menunggu, dan kau tidak langsung datang kepadaku malam itu."

Jennie menghapus air mata di pipinya. "Kali ini, egoku sudah hilang. Dan, aku rela melakukan apapun dan datang kepadamu. Aku senang, walaupun kau tidak mengingatku, tapi perlakuanmu selalu sama dengan sebelum kau melupakanku." Gadis itu menarik napas, beberapa saat mendengar langkah. "Mungkin cukup terlambat, tapi, aku minta maaf. Aku minta maaf karena malam itu meninggalkanmu dan mengingkari janji untuk terus bersama. Maafkan aku..." Jennie terisak, terus menggenggam tangan Jisoo. Ia juga menatap manik hitam yang terus saja menatap kosong ke arahnya. Dan, Jennie makin mengeraskan isakannya ketika ia melihat mata itu sedikit mengeluarkan air mata.

Jinyoung sudah berdiri di samping Jennie. Ia ikut berjongkok. Kemudian ia mengeluarkan sebuah kartu dari balik kemeja hitamnya. Kali ini, pandangannya tertuju pada tubuh itu. Dan, sebentar lagi waktu untuk menjemput gadis itu.

30 detik lagi.

"Kim Jisoo— eh?"

Ucapan Jinyoung terhenti begitu saja karena membaca kartu pada tangannya. Sekali lagi, melalui manusia itu, ia melihat kejadian unik. Suara sirine ambulans mendekati mereka. Paramedis segera turun dan Seulgi langsung meminta mereka untuk mengangkat tubuh Jisoo lalu memasukkannya ke dalam ambulans. Jinyoung menghela napasnya, ia berdiri. Senyum tak lepas dari bibirnya.



***

End.






Yakali.

—Eh, gue ga ngerti kenapa jumlah vote nya makin berkurang but view nya lumayan. Hmm, jadi malas nge-up kan jadinya. Gue kecewa aja buat yang ga nge vote atau ninggalin komentar. Hm, ya terserah sih gimana kalian nanggepin gue kek gimana, tapi bener deh vote dan komen dari pembaca yang buat penulis semangat ngelanjutinnya. Apa susahnya nge-vote sih? Edan, gue bukannya haus vote ya. Kalau jumlah viewnya ga banyak sih, okelah ya. Lah ini?

*atau ada yang ngerti bagaimana wattpad bisa menghitung jumlah view dari suatu part publish?*

FF ini emang ga bagus, so buat yang baca diem2 yaudah sih ga usah lanjut bacanya :( wkwk Ini buat yang ga pernah ninggalin jejak ya. Untuk kalian yang selalu vote dan komen *walau kadang gaje :p* Saranghaeyoooo~~~

Hahaha, maaf jadi curhat :v—-

(✔️) RESET [ JENSOO STORY ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang