Bab Dua Puluh Tiga (1)

2.3K 397 54
                                    

"Kau harusnya belum mati, Nona."

Jennie tidak mengerti akan perkataan orang yang memperkenalkan dirinya sebagai malaikat pencabut nyawa itu. Keduanya sedang berdiri di sebuah jembatan. Jennie yakin kalau ia menjatuhkan dirinya ke sungai di bawah jembatan itu, pasti ia bisa langsung mati. Jennie tidak pandai berenang. Tapi, kemunculan orang di sampingnya pun membuat Jennie tersadar kalau bahkan ia tidak bisa menyentuh kumpulan zat cair di bawahnya.

"Kenapa takdir suka sekali merubah waktu kematian seseorang? Membuat repot saja."

Jennie menoleh malas, karena lagi-lagi perkataan tidak masuk akal itu membuat dirinya tidak mengerti.

"Hei, kau mendengarku?"

Jennie mengangguk.

"Jadi, kau mau hidup kembali atau tidak?"

"Maksudmu?"

"Ah, ini hak istimewa bagi arwah-arwah yang pergi sebelum waktunya."

Jennie terkekeh, "Bisakah takdir melakukan hal mustahil itu?"

Jinyoung terlihat berpikir. "Hm... sangat bisa."

"Kau ingin aku percaya dengan katamu?"

Orang itu mengedikkan bahunya. "Terserah kau, yang jelas, aku sudah mengatakan yang sebenarnya."

Jennie ingin segera mengusir orang itu, mungkin dengan mempercayainya katanya untuk beberapa saat, akan membuat orang itu pergi.

"Ah, kau tidak ingin meminta maaf kepada gadis itu? Bukankah sebelum kau mati, kalian bertengkar?"

Baiklah, Jennie sepertinya harus mempercayai orang itu karena perkataannya membuatnya langsung terpancing. Gadis itu, jadi tertarik tentang teori dihidupkan kembali ini.

"Sebelum aku melanjutkan, aku akan memperkenalkan diriku dulu. Namaku, Jinyoung." Pemuda itu mengulurkan tangannya. Belum Jennie membalas uluran tangan itu, Jinyoung segera menariknya.

"Kita bukan manusia, tidak usah main salam-salaman."

"Kau juga mantan manusia kan?"

Jinyoung menaikkan bahunya, "Tidak tahu," sahutnya.

Jennie memutar bola matanya. Ia kesal, "Sudah cepat beritahu aku cara apa? hidup hidup kembali itu?"

Jinyoung berdeham. "Jadi, begini.

"Waktu kematianmu masih panjang. Kau harusnya masih hidup beberapa tahun lagi. Aku tidak bisa memberitahu secara spesifik kapan dan bagaimana kau mati. Ketika kau memilih untuk dihidupkan kembali, kau harus menggantikan waktu kematian seseorang yang kau tuju. Persyaratan pertama adalah itu. Yang kedua, kau harus melakukan sebuah tugas yang dimana memungkinkan untukmu menggantikan posisi kematiannya.

"Hmm, timingnya tepat sekali atau bagaimana ya? Sekarang, waktu kematian orang di masa lalumu yang paling dekat adalah Kim Jisoo."

Jennie segera menoleh begitu nama itu disebutkan. Entah itu, ia tidak ingin senang karena nama itu disebutkan. Tapi, kalau mau jujur, jika Jennie ingin menggeser waktu kematian siapa, maka jawaban salah satunya adalah nama itu.

"Kulanjutkan lagi ya? Untuk persyaratan kedua, kau harus memilih. Pilihan pertama, kau harus membunuh orang yang menjadi penyebab kematian Kim Jisoo. Dan, pilihan kedua, kau bisa tidak membunuhnya, dan kau bisa langsung menggantikan posisi Jisoo untuk meninggal."

Jinyoung tersenyum sesaat. "Kau pikir, pilihan kedua pasti lebih baik kan? Dengarkan aku dulu." Jinyoung berdeham, kemudian melanjutkan perkataannya. "Setiap pilihan mempunyai resiko masing-masing. Resiko untuk pilihan tidak membunuh adalah ingatan Kim Jisoo tentang dirimu akan menghilang, begitupula dengan ingatanmu mengenai Kim Jisoo. Resiko untuk pilihan membunuh adalah ingatan Kim Jisoo tidak akan menghilang, begitupula dengan ingatannya tentang kau yang membunuh."

Jennie terdiam. Pilihan macam itu? Keduanya sama-sama tidak berdampak baik bagi dirinya. Dan juga ia merasa rugi atas dua pilihan itu.

"Tenang saja, kau tidak harus memutuskan sekarang. Kau bisa memutuskan nanti-nanti saja. Sekarang, kau mau aku hidupkan kembali atau tidak? Kusarankan kau cepat menjawab karena waktumu sepertinya tidak begitu banyak."

Jennie diam, mengikuti saran Jinyoung. Tentu ia ingin hidup kembali, tapi dengan persyaratan dari Jinyoung, ia sendiri tidak percaya ia akan mampu menjalankannya.

"Ah, satu lagi,"

"Resiko ketika kau dihidupkan kembali adalah, kau tidak langsung mengingat masa lalumu. Dan, ingatan orang-orang tentang dirimu sebelum mati, akan dihapuskan. Bisa dibilang, kau seolah terlahir kembali."

"Kenapa hobi sekali memberi syarat?" Ujar Jennie, dengan nada kesal.

Jinyoung terkekeh, "Karena, berurusan dengan takdir itu menyusahkan, Nona."

Jennie menghela napasnya. Setelah berpikir lama, gadis itu menganggukkan kepalanya. Menerima semua persyaratan dari Jinyoung.

Sebelum pemuda itu meninggalkannya, Jennie buru-buru menahannya dengan sebuah pertanyaan.

"Bagaimana aku tahu kalau jika itu adalah waktu kematian Kim Jisoo?"

"Gampang, ini seperti mengulang kematianmu. Kau pasti akan menyadarinya karena kejadian akan sama persis. Hanya saja, waktunya yang bergeser. Ketika kau merubah suatu kejadian di dalamnya, maka kau akan merubah hasil akhir dari kejadian tersebut."

***

Jisoo melirik pada jam tangannya. 20 menit lagi pukul 22:20. Ia sesekali menghembuskan nafasnya. Lalu lintas Seoul saat itu sangat ramai. Bahkan, orang-orang masih berjalan di sisi jalanan seraya memegang payung mereka. Berarti, sudah hampir saatnya, jika Jisoo tidak salah mengenai perkiraannya.

Jisoo melihat ke segala arah. Di jalan raya ini, susah mencurigai orang-orang. Apalagi dengan payung yang sedikit menutupi wajah mereka. Jisoo mendesah, harusnya sebentar lagi kejadian itu berlangsung.

Gadis itu memicingkan matanya ketika mendapati seseorang berdiri di seberangnya. Ia tidak tahu lagi apa mau orang itu. Jisoo mengabaikannya, dan kembali menunggu apa yang terjadi selanjutnya. Ia lalu teringat perkataan orang itu mengenai kematian Jennie yang sekali lagi. Dugaannya, kejadiannya akan sama persis dengan yang barusan dilihatnya kan?

Suara Sirine mobil mendekatinya, Jisoo segera memajukan tubuhnya, dan melambaikan tangannya. Di dalam mobil itu, sudah ada Seulgi dan beberapa polisi lainnya. Jisoo menghembuskan nafasnya, cukup lega karena amunisinya untuk menghalau kejadian malam itu terulang sudah terisi. Jisoo memberikan kode kepada Seulgi agar gadis itu tetap di dalam mobil.

Jisoo mengigit jarinya. 20 menit lagi dan masih belum ada yang terjadi.

"Jennie!!!"

Jisoo segera mencari arah suara tersebut. Jelas-jelas itu suara Lisa dan juga Irene, dan memanggil nama Jennie. Jisoo mengandalkan pendengarannya, akhirnya meminta Seulgi dan beberapa polisi itu untuk turun dari mobilnya. Matanya masih mengawas pada teriakan tersebut. Orang-orang disekitarnya pun terlihat ikut mencari asal suara teriakan itu.

Jisoo berbalik, kemudian matanya mendapati Jennie yang sedang berlari ke arahnya. Dan, juga seperti dugaannya, seorang pria yang juga ikut berlari di belakang Jennie. Pria itu, menggenggam sebuah pisau. Jisoo mengerjap kaget, ia segera berbalik ke arah polisi.

"Jennie!!"



Door!!



Ciiiit!!!



Brakk!!!



***

Pendek? Wkwk sengaja. Lanjutannya nanti yaaa~ biar penasaran :v

(✔️) RESET [ JENSOO STORY ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang