"Happy 5th Anniversary Gracia. Please stay with me just a little bit longer. I Love you" Ucap Shani seraya membawa sebuah kue.
Gracia menutup mulutnya tidak percaya. Perempuan menyebalkan yang sedari tadi tidak bisa dihubungi, membuatnya hampir saja berfikiran negatif, tiba tiba ada didepannya membawa kue dengan lilin berangka 5.
Gracia terpaku yang mana malah membuat Shani terkekeh.
"Heii" Ucap shani.
Air mata Gracia meleleh. Shani selalu bisa membuatnya hatinya merasakan perasaan bahagia yang membunca.
"Loh loh? Kok nangis?" Shani meletakan kue yang ia bawa di atas meja kemudian memandang Gracia dalam. Tangannya menangkup kedua pipi Gracia, untuk menghapus air mata gadis itu.
"Kenapa hemm?"
Gracia menggeleng. Ia memeluk Shani, menyembunyikan air matanya dibalik bahu Shani.
Shani memilih diam. Ia mengelus puggung gadis itu guna menenangkannya.
"Aku sayang Ci Shani.. Sayang banget" Ucap Gracia disela isakannya.
Shani tersenyum. Ia mengeratkan pelukannya, sambil sesekali mengecup pundak gracia.
Setelah lebih tenang. Gracia melepaskan pelukannya lebih dulu. Shani berinisyatif mengambil tisu lalu membersihkan jejak jejak air mata bahkan ingus Gracia.
"Dasar jorok! Untung sayang" Ledek Shani.
Gracia hanya terkekeh. Ia merasa amat beruntung memiliki Shani dalam hidupnya.
"Cici aku sayang cici. Cici sayang ga sama aku?" Tanya Gracia manja.
Shani dibuat gemas sendiri dengan sikap Gracia yang manja itu. Ia mencubit pelan pipi gadis itu, lalu berkali kali mengecupnya. Membuat Gracia kegelian. "jelas aku ga sayang sama kamu"
"ehh,, kok gtu? Jahat ihh" Gracia memukul lengan Shani, yang mana malah membuat Shani makin gemas dengan tingkah bocah itu.
Shani meraih kedua tangan Gracia, lalu menggenggamnya. "Nihh aku bilangin . . ." ditatapnya kedua maniak kelam itu dalam.
"Apa artinya kata sayang jikalau di sini . . ." Shani menunjuk dadanya "cuma ada ada nama kamu. Dan di sini" Ia kembali menunjuk kepalanya "cuma berisi kamu"
Gracia tersenyum malu. Semburat merah menghiasi wajahnya. Ia benci Shani ketika bersifat manis seperti ini, karna itu semua membuatnya terlihat bodoh dan salah tingkah.
"Cici selalu aja bikin aku salah tingkah" Ujar Gracia sambil tertunduk malu.
Shani terkekeh. Ia menangkup pipi gadis itu kemudian mencium keningnya sayang. "Please promise me, that no matter what you'll never let go. Sesulit apapun itu. Tetaplah berjalan berdampingan denganku"
Gracia menatap lekat kedua bola mata Shani, di sana ia bisa melihat binar kejujuran sekaligus kekhawatiran. Gracia berjinjit lalu mengecup bibir Shani. "Aku Janji Cici" Kemudian ia memeluk Shani erat. Meyakinkan gadis itu, bahwa ia tidak akan pernah pergi dari sisinya.
***
Gracia mengelap peluhnya. Ia benar benar lelah hari ini. Seharian bolak balik kampus, karna dikerjai dosen. Awalnya Shani menemaninya, mengantarkan dirinya ke sana kemari dengan sabar. Namun, dering ponsel dengan nama sang bos yang tertera dilayar ponselnya. Membuat gadis itu berkali kali harus meminta maaf pada Gracia karna tak bisa menemaninya.
Sebenarnya tidak masalah bagi Gracia. Toh,, dari awal Gracia sudah mengatakan pada Shani bahwa ia bisa berangkat sendiri. Namun, entah mengapa hari ini Shani terlihat sangat mengkhawatirkan dirinya. Bahkan sejak pagi gadis itu tak mau berada jauh dari dirinya.