FIVE~ Semua sudah membaik

36 4 0
                                    

Selamat membaca❤

Suara gelak tawa kami menghiasi ruangan mini ini. Sekarang suasana hatiku sedikit membaik. Semua ini karena Rama.

"Udah?"

"Udah apa bos?"

Dia melirik ke arah pintu dan sungguh aku tidak paham dengan maksudnya itu.

"Apa sih ah?" Mataku memandang ke arah pintu itu lalu ku pandangi wajahnya dengan tanda tanya.

Ia menghembuskan nafasnya. "Udah siap ketemu sama mereka?"

"Oh," kini aku mengerti dan mengangguk mengiyakan pertanyaannya.

Ia berjalan ke arah pintu itu. Lalu ia keluar setelah berhasil membuka knop pintu tersebut. Selama kepergiaannya aku hanya diam, dalam ruangan ini. Hatiku berdecak kesal, kenapa aku mengiyakan nya tadi. Kenapa?

"Sayaang..." wanita itu menangis dan berlari kecil ke arahku lalu memeluk ku.

"Maafin bunda dei..,"

"Aku gak marah kok sama bunda. Justru dei yang mau minta maaf, udah membuat kalian cemas" air mata ku jatuh dan tanpa kusadaro tangan ku ternyata sudah melilit punggung bunda.

Bunda bangkit lalu mengusap rambutku pelan. Ia tersenyum dan memandangi papa yang berada di seberang kasur ku. Mereka berdua terus mengusap-usap rambutku. Dan, aku menikmati belaian mereka ini. Ini persis sama dengan apa yang aku harapkan.

Di ujung kasur ini. Aku melihat sosok wanita yang tadi aku ceritakan pada Rama. Siapa lagi kalau bukan si Deana. Rama benar, Deana kali ini berbeda dengan yang biasanya. Deana yang selalu ceria ini sekarang tampak terpuruk. Walaupun aku membenci nya akhir-akhir ini, tapi aku tidak tega melihatnya seperti itu. Deana, aku akan berusaha menghapus rasa benci ini. Aku janji...

"Deana? Lo gak mau meluk gue?" Aku melihatkan senyum jenaka ku padanya sehingga mampu membuat semburan air keluar dari matanya. Ia menghampiriku lalu memelukku.

"Maafin gue raa..."

Hanya itu yang bisa keluar dari bibir nya. Namun bertolak belakang dengan matanya. Matanya mengeluarkan tangisan yang sangat menyayat hatiku. Seakan aku ini satu hati dengannya.

"Gue gak bakalan maafin lo, lo udah buat gue kek gini!" Aku melepaskan pelukan kami dan bergaya sok cuek. Ini mampu membuat kami tertawa disini. Sekarang hubungan ku dengan Deana kembali membaik. Walau masih ada rasa sakit di hatiku. Tapi aku yakiin, perlahan rasa itu pasti akan hilang. Dan begitu pun hatiku pada Deon, aku akan berusaha menghapus cinta ini. Dan menjalani hariku dengan Deana dan Deon seperti biasanya, seperti sahabat.

"Hmm, gue diacuhin aja deii," aku melirik ke arah Deon yang berada di samping bunda. Semuanya tertawa selain aku.

"Yaa, elo kan ga ngapa-ngapain" jawabku santai.

"Yaah, lupa gue! Lo tadi kan pingsan, jadi lo mana tau kalau gue yang gendong lo kesini." Ia mengangkat sebelah alisnya dan bergaya sok cool.

"Lo mau baca-baca kebaikan gitu?" Aku membalas panggilan alisnya tadi.

"Kriingg..."

Sebuah benda bersuara dari saku papa, dan itu mampu membuat kami menatap ke arah saku tersebut. Papa mengambil ponsel nya dan berjalan menjauh. Aku tidak tau apa yang di bicarakan papa. Tapi, aku yakin itu sangat penting.

"Ada apa pa?" Tanyaku saat papa berjalan ke arah kami sambil memasukkan ponselnya kembali.

Papa hanya diam dan itu menimbulkan pertanyaan di benakku.

TigaDeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang