Part ini isinya sangat melenceng dari kisah Deira dan Rama di part sebelumnya. Dimana part-part sebelumnya berisi tentang kemesraan mereka, namun kali berbeda.
Loh kenapa??Biar ada part tentang konflik antara Deira dan bosnya gitu. Haha😆
Jangan pernah bosan yaa, dan jangan lupa vote😊
Selamat membaca❤
"Sttt, diem lo! Nanti Deira denger taik!"
"Iya-iya"
Suara-suara itu terdengar sayup di telingaku. Aku berusaha melihat orang itu dari balik pintu kaca itu. Dan benar, ada dua orang yang sedang menguntip kami disini. Aku dan Rama.
"Ada apa?" Tanya Rama sambil menyuapkan makanan yang ia buat tadi padaku.
"Kuayaak nyaa ad.."
Tiba-tiba Rama meletakkan telunjuknya ke bibir ku. Aku melotot kaget.
"Makan aja dulu! Gak usah ngomong" katanya sok manis.
Aku menepis tangannya kasar. Perasaan aku ya, dulu waktu aku kecil, bunda selalu ngajarin kalo ada yang nanya ke aku maka harus dijawab. Tadi Rama kan nanya ke aku, trus aku jawab sesuai ajaran bunda deh. Emang salah ya?? Perasaan aku enggak! Dan Rama yang goblok! Tau orang lagi makan malah ditanya_-
Rama kaget saat aku menepis tangannya. Dan malah melotot padaku.
"Apa?" Aku bertanya padanya dengan nada menantang, dan aku yakin dia tidak suka nada bicara ku ini.
Ia hanya diam lalu berdiri untuk meletakkan makanan yang sedang disuapkannya untukku itu. Ia terlihat marah dan sedang menahan emosinya. Itu dapat aku lihat dari wajahnya yang memerah dan hembusan nafasnya yang menggebu-gebu.
"Maaf," Diluar kesadaranku mulutku meminta maaf padanya. Hatiku luluh saat sadar bahwa aku memang salah. Ia masih hanya diam dan membelakangiku. 'Beginikah seorang dokter Rama jika lagi marah?'
"Dokter..aku minta maaf,"
Lagi dan lagi, hanya suaraku yang bergeming di ruangan ini. Ruangan ini sunyi melebihi kuburan. 'Apakah dia akan mogok ngomong sama gue? Selamanya??' Sekali lagi batinku bertanya. Hanya batin.
"Dokterr, jangan bikin aku takut dong, aku minta maaf. Maafin aku..." Aku merengek seperti biasanya agar bisa membuat hatinya yang membeku itu segera mencair. Namun, nihil!
"DOKTER RAMAAA.."
Brukk
Karena suara itu, aku dan Rama sontak melihat ke arah pintu. Dimana disanalah suara itu berasal.
"Deon? Deana?" Aku kaget saat mengetahui ada dua sahabatku di lantai kamarku. Sepertinya merekalah yang menguntip kami tadi.
Mereka hanya nyengir dan berdiri lalu saling dorong mendorong seperti anak Tk yang lagi gugup karena dipanggil untuk maju oleh gurunya.
"Kalian ngap.." ucapanku dipotong oleh Rama dengan cepat.
"Beruntung kalian datang. Gue ada pasien lain, jadi gantian kita jaga nyonya Keysheva Deira ini ya?"
'What? Rama nyebut nama panjang gue? Dan itu adalah salah satu cara dia nunjukin bahwa dia itu muak ngelihat gue.. Rama, kenapa lo harus membenci gue disaat hati gue mulai berpaling pada lo? Kenapa Rama? Kenapa boss???' Batinku berteriak sangat kencang, dadaku terasa sesak dan air dalam mataku terasa tergenang. Bunda salah! Rama bukanlah yang terbaik untukku. Bukan!
Rama berjalan pergi meninggalakanku disini, bahkan dia tidak melirik ke arah ku sedikitpun. Dari atas kasur putih ini, aku hanya bisa menitikkan air mata dan menatap punggungnya yang mulai menjauh dariku dengan balutan jas berwarna putih miliknya. Milik bos ku..
KAMU SEDANG MEMBACA
TigaDe
Random" gue bahagia kok kalau kalian bahagia bersama," nada sendu itu keluar dari mulut kecil Deira. Seketika itu juga semua tamu dirumah nya melirik ke arah dua sahabat Deira. Air mata mulai terasa di pipi halus Deira. "Ra..?" Sahabatnya serentak memang...