: ONEUS's Xion x ONEWE's Dongmyeong :
Dongju menyimpan map warna putih dalam tas ransel, bahan presentasi kelompok yang dia siapkan sebagai kesibukan untuk mengalihkan pemikirannya mengenai Dongmyeong (yang tidak lagi ditemuinya dalam dua pekan terakhir).Walau Dongju mengatakan kalau dirinya dan Dongmyeong mungkin ditakdirkan sebagai 'orang asing', Dongju merasa pertemuan terakhir mereka bukanlah temu yang menyenangkan meski hanya sebagai ingatan orang asing.
Kaki Dongju mengambil satu langkah maju saat kereta melakukan perhentian, tidak sengaja dia membentur penumpang yang berdiri di depannya . . .
"Ah, aku minta maaf" Tangan Dongju meraih pegangan besi selagi dia meminta maaf
"Tidak masalah" Dongju tidak yakin apakah dia mendengar suara anak sekolah menengah atas yang familiar atau telinganya bermasalah
"Kau baik saja?" Tanya Dongju, merasa kalau dia membentur penumpang di depannya dengan kuat
"Iya, aku baik saja" Penumpang itu membalik tubuhnya saat Dongju mulai meyakini kalau telinganya memang bermasalah
"Oh?" Dongju membuka mulutnya, sementara matanya melebar
"Kantung matamu lebih buruk dari yang kuingat" Komentar Dongmyeong dengan ringan, tidak tahu Dongju merutukinya dalam hati sebagai alasan dari menebalnya kantung mata
"Aku menyiapkan presentasi kelompok" Balas Dongju, mengembalikan nada bicara datar
"Eh?" Dongmyeong memasang ekspresi terkejut, seperti dia teringatkan sesuatu
"Ada apa?" Walau Dongju menggunakan nada datar, siapapun bisa mengetahui kalau dia peduli pada orang di depannya
"Dongju, apakah kita pernah bertemu di kereta umum seperti ini?" Manik Dongmyeong menatap Dongju dengan rasa ingin tahu
"Iya" Balas Dongju dengan senyuman tipis, mengingat waktu dimana dia menyukai seseorang pada temu pertama (perkataan remeh yang tidak dia percayai selama sembilan belas tahun).
Rasanya percuma, Dongju menyibukkan diri dengan kegiatan kuliah juga menyiapkan bahan presentasi agar dia tidak perlu memikirkan Dongmyeong, namun dia masih tersenyum saat mengingat temu pertama mereka.
"Artinya, kita memiliki lebih dari tiga pertemuan? Dipastikan, kita adalah takdir" Dongmyeong membentuk senyuman, tidak selebar biasanya walau juga tidak dipaksakan
"Takdir menjadi orang asing atau teman bicara?" Dongju tidak memiliki maksud untuk melontar pertanyaan itu secara langsung, salahkan mulutnya yang bergerak kelewat cepat
"Entahlah" Tatapan Dongju mengarah pada senyuman geli Dongmyeong
"Kupikir, kau tidak menganggapku sebagai orang asing" Tanggap Dongju yang menimbulkan tawa geli Dongmyeong
"Tentu saja, aku mengenalmu dan kau peduli padaku. Kau bukan lagi orang asing bagiku" Kata Dongmyeong yang menimbulkan senyum geli di wajah Dongju
"Maksudku, kau biasa mengatakan apapun pada orang asing" Perkataan Dongju menerima decakan sebal dari Dongmyeong
"Kau menegurku, jadi sekarang aku tidak lagi menceritakan apapun pada sembarang orang yang kutemui" Jawab Dongmyeong
"Bagus" Respon Dongju dengan seadanya, mendengar pemberitahuan untuk berhenti di stasiun tempat dimana Dongmyeong turun pada waktu lalu
"Kau tidak turun?" Dongju membuka suara seraya melihat Dongmyeong yang memasang ekspresi sebal
"Tidak" Balas Dongmyeong, bersama dengan pintu kereta yang kembali menutup dan menyisakan sedikit orang pada gerbong mereka
"Kau tidak mengunjungi orangtua dari pacarmu?" Pertanyaan Dongju menerima delikan sebal dari Dongmyeong
"Pertemuanku dua pekan lalu adalah pertemuan terakhir dengannya, aku tidak yakin pada awalnya tapi aku sudah meyakinkan diri selama dua pekan ini" Kata Dongmyeong
"Lalu, kenapa kau disini?" Tanya Dongju dengan kernyitan tidak mengerti
"Aku ingin menemui temanku di internet, yang pernah kuceritakan padamu" Anggukan mengerti dari Dongju mengembangkan senyuman Dongmyeong
"Temu pertama, kau membantuku agar aku tidak cemas dengan acara temu orangtua pacarku. Temu kedua, kau menghiburku dengan permen buah saat pacarku bersama tunangannya. Temu ketiga, kau menghampiriku yang tidak sengaja berpapasan pacarku juga tunangannya. Temu keempat, kau mengucap selamat karena aku akan bertemu orang yang kusayangi, walau aku sendiri tidak tahu harus melakukan reaksi seperti apa. Pertemuan kelima ini, pasti takdir kan?" Dongmyeong melontar kalimat panjang
"Apa?" Respon Dongju, memasang ekspresi bingung
"Aku tidak tahu apa aku melakukan hal yang benar, tapi dia bahkan meninggalkanku saat film belum selesai. Meski aku pikir aku sangat menyukainya, tapi banyak hal menyulitkanku untuk tetap menyukai dia. Walau aku pikir kita hanya orang asing, kita bertemu dan bertemu tanpa sengaja, kau memperhatikan juga mempedulikanku" Kata Dongmyeong
"Kuharap, apa yang dikatakan oleh temanku mengenai pertemuan juga takdir adalah benar. Paling tidak, aku mempercayainya saat ini" Dongmyeong melanjutkan dengan senyum lebar
"Aku tidak tahu aku harus memberi respon seperti apa" Balas Dongju seraya mengusap tengkuk, hanya mengarahkan tatapan pada sepatunya
"Seperti yang diduga, dari seseorang yang tidak memiliki pengalaman romansa" Cibir Dongmyeong menjadi penutup pembicaraan mereka.
Dongju mengangkat wajahnya saat dia mendengar pemberitahuan untuk stasiun berikutnya, ekor matanya menemukan Dongmyeong yang mengikuti langkahnya dan berdiri di sisinya saat dia mendekati pintu kereta.
Apakah takdir untuk menemukan kalau teman internet yang ingin ditemui Dongmyeong adalah Kiwook, teman tidak setia kawan Dongju yang membiarkan dirinya menyiapkan bahan presentasi sendirian?
Dongju bisa tersenyum tanpa pikiran kalau dia menyukai pacar orang lain saat ini, dan dia tidak tahu hal yang lebih menyenangkan dari melihat Dongmyeong tersenyum padanya saat dia meninggalkan kampus pada sore hari.
. (Final Chapter) End .
Hehe, cerita (Meet) akhirnya selesai tapi aku masih belum rela buat pisah sama anak kembar ini.
Sampai ketemu di sequel (Meet), ini juga kalau ada yang mau sih 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet
Short StoryDongju itu jomblo dari lahir, nilainya nol besar tentang suka sama orang lain. Dia sama sekali tidak mengerti permasalahan orang yang memiliki pacar, tapi dia mengerti kalau dia tidak senang saat Dongmyeong tidak bahagia dengan kekasihnya. ('ONEUS'...