Akram Ilham Zufar
🕊️🕊️🕊️
Ilham POV
"Abah gimana kondisinya sekarang? Masih sesak?" Tanya gue pada laki-laki paruh baya, yang gue sebut abah. Abah terlihat tengah duduk diatas kasurnya, menyender pada dinding kamar dengan beralaskan bantal.
"Alhamdulillah. Abah senang dengan keberadaan dokter Ilham dua hari ini, Abah berasa punya dokter pribadi." Jawab Abah dengan suara paraunya, sesekali ia menarik napasnya. Ya gue tau betul, pasti rasa sesak di dadanya masih terus ada.
"Abah istirahat ya, Abah harus sembuh." Ucap gue sambil memasukkan kembali stetoskop kedalam tas.
"Apa.. Abah.. masih bisa sembuh??" Gue menatapnya binggung. Binggung dengan jawaban apa yang harus gue jawab.
"Insyaallah, Allah akan mengangkat semua penyakit Abah."
"Abah cuma takut terjadi sesuatu sama Aysha, Aysha satu-satunya permata hati Abah. Abah berharap Aysha cepat punya pendamping yang akan menggantikan Abah, yang akan selalu melindungi Aysha dari Abdul. Dan Abah akan tenang, jika memang Abah harus pergi."
Gue mengernyitkan dahi, menatap Abah.
Siapa itu Abdul? Kenapa Abah begitu mengkhawatirkan Aysha? Apa...?
Gue menarik napas panjang, memejamkan mata gue sejenak. Mencoba menepis semua pikiran tentang gadis itu.
"Udah bah, jangan bicara begitu. Nanti kalau Aysha dengar, kasian Aysha. Aysha pasti akan baik-baik aja,"
"Tolong jaga Aysha, lindungi dia dari Abdul.""Insyaallah, saya akan menolong siapapun yang memang patut saya tolong."
"Gimana kak dengan kondisi Abah," sebuah suara tiba-tiba muncul dan reflek membuat gue langsung mencari asal suara itu .
"Alhamdulilah, cuma masih harus tetap diobservasi. Sewaktu-waktu sesaknya bisa bertambah," ujar gue pada Aysha. Dia menyimpan baskom yang dibawanya ke atas meja tak jauh dari kasur.
"Iya, nanti Sha coba bantu observasi. Makasih ya kak," Aysha terlihat tersenyum kearahku.
Gadis itu benar-benar gadis baik. Dia nampak tulus merawat Abahnya, pantas Abah Rahman sangat menyayanginya.
"Kak? Kak Ilham," panggilannya membuat gue tersadar dari lamunan. Lamunan gue tentang dia. Tidak. Tidak seharusnya gue memikirkannya perempuan lain. Walau apa yang gue pikirkan tentang dia benar adanya. Dia memang baik, gadis yang baik.
"Iya Sha?"
"Kak Ilham kenapa?
"Ngga apa-apa, oya kak Ilham pulang dulu ya. Besok aja kita lanjutin ke rumah warganya,"
"Iya kak,"
"Abah, Saya pamit dulu. Assalamualaikum," gue menyalami Abah lalu beranjak dari dudukku, berjalan melewati Aysha.
"Kak Ilham," baru beberapa langkah, gue mendengar suaranya memanggil. Tanpa berkata, gue membalikkan tubuh gue kearahnya.
"Makasih.." gue hanya menatapnya. "Karena udah berkenan datang untuk ngecek kondisi Abah," ucapnya yang nampak mengerti maksud arti dari tatapan gue. Sedang gue hanya membalasnya dengan mengangguk mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU (BUKAN) ISTRI SIMPANAN [END]
SpiritualCerita complicate hanya di dreame... ### Setiap wanita pasti menginginkan suatu pernikahan yang indah. Suatu pernikahan yang hanya ada satu wanita dan satu pria yang saling mencintai. Memiliki suami yang sepenuhnya milik sang istri. Yang hati dan r...