Empat

22.5K 880 15
                                    

Assalamualaikum, selamat siang semua.. ets, tunggu dulu! Dibaca dulu bab empatnya, wkwkwk.. berharap cerita ini bisa disukainya dan dapat dibaca lebih banyak orang lagi, seperti cerita-cerita sebelumnya setelah berbulan-bulan tak menyentuh dunia khayalan, khayalan? Hmm😮

Semoga cerita ini bisa menghibur kalian semua, menambah wawasan atau bahkan bertukar pikiran jika diantara kalian pernah mengalami atau mungkin hampir mengalami. Berharapnya sih ini hanya sekedar khayalan, tak akan benar terjadi🙄

Cuss, langsung aja baca.. jangan lupa tinggalkan jejak kalian dalam cerita ini, dgn begitu aku tau kalian menunggu cerita ini dan mengharapkan akhir dari cerita ini. Insyaallah akan berlanjut, doakan saja🙏

🕊️🕊️🕊️

Author POV

"Lu bilang kayak gitu tadi? Wow.. amazing," tanya Michael meyakinkan Ilham saat setelah mendengar apa yang terjadi tadi siang.

"Entahlah Chael, gue jadi binggung sendiri sekarang."

Ilham menarik napas panjang seraya menatap langit yang mulai gelap dari teras rumahnya, ditemani segelas coklat panas yang sempat dibuatnya sebelum akhirnya ia menghampiri Michael dan menceritakan semuanya.

"Ham, kalau misalnya nih. Misalnya.. lu ditakdirkan buat jadi pelindung Aysha, gimana?"

"Maksud lu?"

"Ya kan lu sendiri yang bilang kalau perempuan itu diciptakan untuk dilindungi, bukan untuk disakiti kan?"

"Of course, lalu hubungannya sama Aysha?"

"Selama ini kan lu banyak ngelindungin dia, bagaimana kalau emang lu ditakdirkan untuk jadi pelindung dia?"

Ilham seketika terkekeh saat menyadari maksud ucapan Michael.

"Bagaimana bisa? Gue kan punya Lidya, lu lupa?"

"Come on lahh, Ham. Bukankah Islam mengijinkan seorang suami, beristri lebih dari satu? Gue yakin kok lu mampu,"

"Aduh.. kenapa ngga lu aja sih yang nikah? Secara kan lu belum nikah?" Usul Ilham to the points.

"Gue? Sama dia? Lu lupa? gue sama dia aja beda keyakinan, bagaimana bisa?"

"Ya bisa, gampang aja. Lu tinggal jadi mualaf, terus lu bisa deh jadi pelindung dia." Ilham menyeruput coklat panas miliknya.

"Mualaf ya? Haha.. bukannya gue pernah ngomong ini sama lu? Keputusan itu buat gue bukan hal main-main, Ham. Itu semua nyangkut diri gue dan keluarga besar gue. Lu tau kan gimana kuatnya agama keluarga gue, sama seperti kuatnya agama keluarga lu."

"Haha. Oke oke. Soal kepercayaan itu keputusan lu, gue ngga mau ikut campur." Ilham menepuk pundak Michael, tanda perdamaian.

"Tapi.. ada baiknya lu pikirin usul gue itu," usul Michael yang mencoba meyakinkan Ilham kembali.

"Chael..." Ilham menatap Michael tajam. Ilham seperti mulai tak suka dengan arah pembicaraan mereka.

"Ham.. bukannya lu pernah bilang sama gue kalau rejeki, jodoh, dan kematian itu ada ditangan Tuhan. Siapa tau kan, kalau.."

"Kalau gue sama Aysha itu berjodoh? Oke lahh, suka-suka lu. Gue masuk dulu, ngantuk." Ilham mengambil gelas miliknya dan bergegas masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Michael yang masih duduk di teras rumah.

"Ham, kok masuk sih. Baru juga jam 9, Ham. Ilham." Michael menatap Ilham hingga sosoknya menghilang dari balik pintu. Sedangkan Ilham tak memperdulikan panggilan itu, dirinya terus masuk kedalam rumah.

AKU (BUKAN) ISTRI SIMPANAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang