Lee Vacation 2

326 22 0
                                    

Puas berkeliling Bali dan memborong oleh-oleh (40% nya adalah skincare herbal ala Bali) Jeno memaksa untuk sesegera mungkin pergi ke Yogyakarta. Jeno bilang kalau ia penasaran dengan kota tempat Jeni dibesarkan sehingga menjadi sosok anak yang lemah lembut. Jeno sampai niat mencari di panel pencarian tentang latar belakang Yogyakarta karena itu.

"Tata krama sangat dijunjung tinggi di sana. Pantas saja Jeni sangat lembut ketika bertutur." kata Jeno.

"Di sana, kita akan bertemu dengan remaja seumuran kita. Provinsi itu, adalah pusat pendidikan. Aku bangga pernah jadi mahasiswi di sana. Aku kuliah di dua universitas sekaligus karena ingin punya lebih dari satu gelar. Kampus biru dan kampus gading." jelas Jeni.

"Oh ayo! Penerbangan kita sudah siap." Donghae menarik Jeni dan Jeno menuju ke gate. Barang mereka telah lebih dulu masuk bagasi.

***

Turun dari pesawat, Jeni langsung menangis. Ia rindu tanah tempat ia dibesarkan. Masa kecil yang dihabiskan di Yogyakarta menyeruak kembali. Jeni langsung berlarian untuk segera pergi ke rumahnya selama di Yogyakarta.

Rumah pamannya yang kini jadi hak milik Jeni sepenuhnya. Sang paman sudah tiada, keluarganya memilih pindah. Bibi Jeni menitipkan rumah itu pada Jeni.

"Rumahku..." ketika Jeni tiba di depan gerbang rumahnya.

Rumah itu memang terkesan kontemporer. Ada unsur tradisionalnya karena masih mirip bangunan joglo. Akan tetapi, material rumah tersebut sudah seperti bangunan modern. Isi rumahnya pun juga demikian, banyak unsur tradisional yang berpadu dengan unsur modern.

"Rumah ini indah, Jeni. Jika aku diizinkan lebih lama di sini aku ingin tetap disini selamanya." komentar Jeno ketika menyentuh furnitur rumah.

"Jeno..." Jeni langsung memeluk Jeno.

"hah?" Jeno kebingungan karena Jeni langsung memeluknya.

"Sebenarnya aku ingin mengajakmu ke sini dari dulu. Tapi, kamu sibuk." ujar Jeni.

"aku akan betah selama satu minggu lebih di sini." kata Jeno.

"Rumah ini tampak sangat nyaman. Tak ada yang menghuninya?" tanya Donghae.

"Rumah ini masih sering dipakai oleh tetangga. Makanya ini masih kelihatan bersih. Padahal sudah beberapa bulan aku tinggalkan." jawab Jeni.

"Mana kamarku? Aku ingin istirahat." Jeno menengok-nengok.

"Pakai saja kamar itu. Bersihkan kasurnya dengan ini." kata Jeni ketika memberikan sapu lidi.

"Apa ini?" tanya Jeno bingung karena baru melihat benda semacam itu.

"Orang di sini menyebutnya 'sapu lidi' hampir sama dengan sapu yang di pakai di taman. Tapi itu khusus untuk tempat tidur. Karena di sini, dulu tak kenal vacuum cleaner." jelas Jeni.

"Ah, oke." Jeno masuk ke kamarnya dan membersihkan tempat tidur seperti yang Jeni katakan.

"Wah nyaman sekali, dingin dan empuk." kata Jeno yang merebahkan dirinya

"Tidurlah, besok kita baru jalan-jalan." Jeni masuk ke kamarnya.

Jeno bangkit sebentar ketika sekilas melihat foto yang terpajang di kamar yang dipakainya. Ia pun berdiri lagi karena penasaran akan foto itu. Di foto itu, terlihat seorang gadis berhidung mancung yang menggunakan kebaya beludru berwarna hitam sedang berpose. Wajahnya cukup asing karena sanggulnya sangat merubah tatanan rambut. Jeno baru sadar kalau foto itu adalah foto Jeni.

Di foto yang lain, Jeni menggunakan kebaya broklat merah. Glitter yang dipakai di matanya meluber hingga ke pipi. Tapi itu sangat menggemaskan. Jeno tertawa pelan melihat foto masa kecil Jeni yang memakai baju tradisional itu.

Star TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang